CORE: Penjarahan Akumulasi Kekecewaan Kelas Menengah Bawah

- Ketidakadilan ekonomi jadi akar masalah, belum diatasi dengan baik
- Lebih dari 100 juta warga hidup di sekitar garis kemiskinan
- Kondisi ketenagakerjaan juga jadi persoalan, jumlah PHK meningkat 150 persen
Jakarta, IDN Times - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai gelombang aksi demonstrasi yang berujung ricuh beberapa hari terakhir merupakan bentuk akumulasi emosi masyarakat kelas menengah bawah.
"Kami sangat memahami bahwa aksi demonstrasi yang berbuntut kekacauan dan penjarahan saat ini merupakan akumulasi kekecewaan, kemarahan dan frustrasi kelompok masyarakat sosial kalangan menengah bawah," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal dalam diskusi daring, Senin (1/9/2025).
1. Ketidakadilan ekonomi jadi akar masalah

Terlepas dari kemungkinan adanya motif politik, CORE menilai akar permasalahan sebenarnya terletak pada ketidakadilan ekonomi. Lembaga think tank itu menilai masalah itu belum diatasi dengan baik.
"Kami sebagai lembaga think tank melihat ada akar permasalahan mendasar yang berhubungan dengan kehidupan, kesejahteraan dan keadilan yang selama ini belum diatasi dengan baik," ujar dia.
Persoalan itu menjadi "api dalam sekam" yang mudah menyulut emosi masyarakat jika ditunggangi tindakan provokatif. Jadi, penting bagi para pengambil kebijakan segera merespons ketidakpuasan masyarakat.
2. Lebih dari 100 juta warga di sekitar garis kemiskinan

CORE memaparkan ketimpangan ekonomi di Indonesia masih lebar. Memang, data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025 menunjukkan jumlah penduduk miskin mencapai 24 juta orang.
Namun, Faisal menyebut ada lebih dari 100 juta orang yang hidup di sekitar garis kemiskinan dengan pengeluaran kurang dari Rp1 juta per kapita per bulan.
"Ini sama dengan atau lebih dari 1 per 3 jumlah penduduk Indonesia. Dan ini belum mempertimbangkan kelas menengah yang daya belinya pun pada saat ini juga mengalami penurunan," ujarnya.
3. Kondisi ketenagakerjaan juga jadi persoalan

Selain kemiskinan, CORE menyoroti kondisi ketenagakerjaan. Walaupun tingkat pengangguran terbuka menurun, mayoritas pekerja justru berada di sektor informal dengan porsi mendekati 60 persen.
Jumlah pekerja paruh waktu dan setengah menganggur juga meningkat lebih cepat dibanding pekerja penuh waktu.
"Tenaga kerja untuk periode Januari sampai Juli 2025, jumlah PHK sudah mencapai lebih dari 43.500 orang atau meningkat 150 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tahun 2024. Nah ini baru dari Kementerian Ketenagakerjaan," tambahnya.