Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daftar Kebangkrutan Terbesar Perusahaan di Dunia Tahun 2023

ilustrasi bangkrut (pexels.com/andreapiacquadio)

Jakarta, IDN Times - Gejolak perekonomian global di tengah ancaman resesi membuat banyak perusahaan goyah ke ambang kebangkrutan. Tentu saja, kebangkrutan yang dialami perusahaan memukul karyawan, pemasok, dan kreditor perusahaan.

Namun, kebangkrutan seringkali merupakan langkah yang diperlukan untuk pembaharuan dan fase yang lebih baik dari masa depan perusahaan.

Nah, berikut daftar kebangkrutan terbesar yang dialami perusahaan-perusahaan di dunia dikutip dari Global Financial!

1. AIG Financial Products Corp

Ilustrasi perusahaan (Unsplash.com/Floriane Vita)

Perusahaan keuangan AS tercatat memiliki liabilitas atau kewajiban utang yang harus dilunasi sebesar 37,70 miliar dolar AS.

Didirikan pada tahun 1919, American International Group adalah perusahaan keuangan dan asuransi multinasional yang hadir di lebih dari 80 negara. Pada tahun 2008, unit Produk Finansial hampir menghancurkan perusahaan induknya dan juga seluruh ekonomi global.

Divisi Produk Keuangan AIG ditutup pada tanggal 12 Desember 2022. Dengan perusahaan induk yang menanggung kerugian atas sisa utang antar-perusahaan sebesar 37 miliar dolar AS, AIGFP yang terkenal itu mengajukan kepailitan sebagai langkah pertama untuk menghentikan operasi secara permanen.

2. Modern Land Ltd.

ilustrasi bangkrut (pixabay/SimonMichaelHill)

Perusahaan asal China menjadi salah satu kebangkrutan terbesar di dunia dengan liabilitas mencapai 10,65 miliar dolar AS.

Modern Land, pengembang properti yang terdaftar di Kepulauan Cayman yang berbasis di Beijing dan mengkhususkan diri pada proyek-proyek berkelanjutan, mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan April tahun lalu setelah gagal mendanai dua obligasi yang jatuh tempo.

Modern Land tidak sebesar Evergrande dan masalah keuangannya tidak menjadi berita utama di dalam maupun di luar China, tetapi cukup besar. Dengan hampir 200 proyek di lebih dari 50 kota dan lebih dari 10 miliar dolar AS dalam bentuk aset dan kewajiban.

3. Cineworld Group

Cineworld Glasgow (glasgowlive.co.uk)

Perusahaan asal Inggris ini memiliki liabilitas 10,38 miliar dolar AS di tengah kelangkaan film blockbuster dan meningkatnya persaingan dari platform streaming online. Hal itu menyebabkan jaringan bioskop mengalami kesulitan untuk bangkit dari pandemik COVID-19.

Cineworld yang berbasis di London membeli Regal Cinemas pada akhir tahun 2018, dan menjadi jaringan bioskop terbesar kedua di dunia. Sayangnya, pada 16 Maret 2020, Regal terpaksa menutup seluruh 543 bioskopnya di Amerika Serikat karena pandemik.

Pada akhirnya, Cineworld mengajukan kebangkrutan pada bulan September tahun lalu karena harus menanggung beban utang hampir 5 miliar dolar AS dan total kewajiban dua kali lipat.

Baru-baru ini, perusahaan telah menyatakan bahwa perjanjian restrukturisasi dengan pemberi pinjaman akan segera memungkinkan jaringan bioskop ini keluar dari kepailitan.

4. Talen Energy Supply

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga batu bara. (Pixabay.com/denfran)

Talen, anak perusahaan Talen Energy Corp adalah salah satu produsen listrik independen terbesar di AS. Perusahaan mencatatkan liabilitas sebesar 10 miliar dolar AS.

Fasilitas-fasilitasnya menghasilkan tenaga listrik dengan menggunakan beragam bahan bakar, mulai dari batu bara dan minyak, hingga sumber-sumber nol-karbon seperti nuklir dan gas.

Akibat lonjakan harga gas alam, memaksa perusahaan pada bulan Mei tahun lalu mengajukan kepailitan. Namun, perusahaan ini sedang dalam proses menyelesaikan restrukturisasinya dan diperkirakan akan keluar dari kebangkrutan pada kuartal kedua tahun ini.

5. FTX Trading Ltd.

Logo FTX (twitter.com/ftx_official)

Sam Bankman-Fried, lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) mendirikan FTX pada tahun 2018 dan dengan cepat berkembang menjadi salah satu bursa mata uang kripto terbesar di dunia.

Menurut Forbes, kekayaan bersihnya mencapai lebih dari 26 miliar dolar AS, menjadikannya orang terkaya ke-60 di dunia. Sekarang dia bisa menghadapi hukuman penjara hingga 115 tahun.

Pada bulan November, kekhawatiran atas stabilitas keuangan platform memicu gelombang penarikan dana pelanggan. Platform ini jatuh, memperlihatkan kurangnya likuiditas yang mengejutkan dan pola salah urus yang lebih luas. Perusahaan tercatat memiliki liabilitas hingga 10 miliar dolar AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us