Indonesia Pamer Peroleh Investasi Kendaraan Listrik Rp630 Triliun

Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memamerkan derasnya aliran investasi yang masuk ke ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.
Bahlil mengatakan Indonesia berhasil meraih komitmen investasi, termasuk investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), sebesar 42 miliar dolar AS hanya dalam kurun 2020-2023. Nilainya setara Rp630 triliun dengan asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS.
"Kita sudah mampu berkomunikasi dan berkomitmen dengan investor khususnya FDI sebesar 42 miliar dolar AS lebih untuk ekosistem EV, ini untuk ekosistem dari hulu ke hilir untuk baterai maupun mobil," kata Bahlil dalam ASEAN Investment Forum 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (2/8/2023).
1. Investasi sektor kendaraan listrik di ASEAN tumbuh pesat

Bahlil mengatakan, investasi di sektor yang berkaitan dengan kendaraan listrik di ASEAN tumbuh sangat pesat, mencapai 570 persen.
Dengan meroketnya investasi ke sektor EV, ASEAN mampu menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan ramah lingkungan dapat berjalan beriringan dengan transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam.
"Capaian ini memang kerja keras dari semua negara-negara di ASEAN," ujar Bahlil.
2. Sudah bukan saatnya investor mengeruk kekayaan alam negara

Dia menegaskan, peningkatan pesat investasi ke sektor kendaraan listrik merupakan penegasan bahwa sudah bukan saatnya lagi investor datang ke suatu negara untuk mengeruk kekayaan alam dan menguasai nilai tambahnya, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
"Bukan saatnya lagi. Negara-negara lain itu telah maju duluan, dan menurut pandangan saya itu masa lalu dari kebesaran dunia. Namun masa depan dunia sekarang ada pada kawasan ASEAN," tuturnya.
3. Investasi ASEAN melesat dibandingkan rata-rata global

Investasi asing di ASEAN juga menunjukkan pertumbuhan. Di saat FDI global turun, ASEAN justru mencatat sejarah pertumbuhan tertinggi, sebagai penerima FDI terbesar kedua di dunia.
"Meski FDI secara global mengalami penurunan tahun lalu sebesar 12 persen, namun FDI di ASEAN justru meningkat sebesar 5 persen sehingga mencapai sebesar 224,2 miliar dolar AS. Dan hal ini terjadi dan tertinggi sepanjang sejarah ASEAN. Dengan angka tersebut, ASEAN menjadi penerima FDI terbesar kedua di dunia," sebutnya.
Meski begitu, Bahlil menekankan bahwa ASEAN sebagai sentra pembangunan ekonomi global yang inklusif, harus mendorong investasi untuk pembangunan yang berkelanjutan.
"Aliran investasi ke ASEAN sangat massif, namun tujuan kita bukan meningkatkan nominal, melainkan bagaimana investasi tersebut dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan khususnya SDGS dan rakyat dapat menikmati hasil dari investasi," tambahnya.