Inflasi Agustus Dipicu Biaya Iuran Sekolah dan Minyak Goreng

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Agustus sebesar 0,03 persen secara month to month (mtm). Angka itu turun dibandingkan inflasi pada Juli 2021 yang sebesar 0,08 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan pemicu utama dari inflasi di Agustus ialah biaya iuran sekolah memasuki tahun ajaran baru, dan juga kenaikan harga minyak goreng.
"Di Agustus inflasi kita 0,03 persen. Jadi inflasi sebesar 0,03 persen ini tidak lain karena beberapa komoditas alami peningkatan, minyak goreng. Kemudian di Agustus ini juga tahun ajaran baru, sehingga uang sekolah SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi juga meningkat, masing-masing beri andil 0,02 persen," ucap Setianto dalam konferensi pers virtual, Rabu (1/9/2021).
Setianto mengatakan kenaikan iuran sekolah itu memang biasa terjadi di tahun ajaran baru.
"Yang termasuk dalam kelompok inti ini adalah jasa pendidikan yang sebelumnya saya sebutkan di Agustus ini tahun ajaran baru, bagi sekolah-sekolah swasta ini momentum untuk meningkatkan pelayanan dengan meningkatkan biaya pendidikan baik SD, SMP, maupun perguruan tinggi, ini semua masuk dalam kelompok inflasi inti," tutur dia.
1. Harga cabai anjlok sumbang deflasi

Selain iuran sekolah dan harga minyak goreng, inflasi Agustus ini juga disebabkan oleh beberapa komoditas lain seperti tomat, ikan segar, pepaya, juga rokok kretek, dan biaya sewa rumah.
"Masing-masing yang saya sebutkan tadi beri andil 0,01 persen," tutur Setianto.
Namun, dari pantauan BPS di 90 kota pada Agustus 2021, ada beberapa komoditas yang menyumbang deflasi, antara lain cabai rawit dengan andil cukup besar yakni minus 0,05 persen. Lalu penurunan harga daging ayam ras, cabai merah, dan sebagainya juga sumbang deflasi.
"Ada daging ayam ras, cabai merah, bayam, buncis, kacang panjang, sawi hijau, tarif angkutan udara beri andil deflasi pada inflasi kita di Agustus 2021," tutur Setianto.
2. Inflasi tertinggi di Kota Kendari

Jika dilihat lebih rinci, BPS mencatat inflasi tertinggi ada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara yakni sebesar 0,62 persen. Sementara itu, kota yang alami deflasi tertinggi adalah Kota Sorong, Papua Barat sebesar minus 1,04 persen.
"Kota Kendari alami inflasi tertinggi 0,62 persen. Penyebabnya ikan-ikanan. Selain itu kota yang alami deflasi tertinggi yaitu Kota Sorong minus 1,04 persen. Penyebabnya ada komoditas ikan kembung, angkutan udara, cabai rawit, kangkung, dan sawi hijau," kata Setianto.
3. BPS catat inflasi tahunan 1,59 persen

Sementara itu, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,59 persen. Angka itu naik dibandingkan inflasi tahunan pada Juli 2021 yang sebesar 1,52 persen.
"Kalau kita bandingkan dengan inflasi di tahun sebelumnya, yaitu 2020 yang berwarna hijau, 1,59 persen (year on year/yoy). Ini meningkat sedikit dibandingkan Juli yang 1,52 persen," tutur dia.