Inflasi AS dan Neraca Dagang RI Jadi Sentimen Pasar Saham Pekan Ini

- PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan sentimen global dan domestik, termasuk proyeksi inflasi AS, penjualan ritel, dan sentimen konsumen.
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam tren naik kuat sejak 8 April 2025, meskipun mengalami koreksi pekan lalu. Investor asing juga tercatat melakukan aksi jual besar-besaran.
- Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) direkomendasikan untuk dibeli, serta produk reksa dana saham berbasis indeks Premier ETF LQ-45 (R-LQ45X).
Jakarta, IDN Times - PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyarankan pelaku pasar untuk mencermati sejumlah sentimen global dan domestik sepanjang perdagangan pekan ini yang hanya berlangsung selama tiga hari, Rabu (14/5/2025) hingga Jumat nanti.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus, menyoroti proyeksi inflasi Amerika Serikat (AS) pada April 2025 yang diperkirakan tetap berada di level 2,4 persen secara tahunan (year-on-year).
Selain itu, Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS diperkirakan meningkat ke level 321,4, dari sebelumnya 319,7. Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan yang sama diprediksi tumbuh ke level 0,2 persen dibanding bulan sebelumnya.
Indri juga mencatat ekspektasi pelemahan data penjualan ritel (retail sales) AS pada April ke level 0,1 persen, dari 1,5 persen di bulan sebelumnya. Sementara itu, tingkat sentimen konsumen diperkirakan naik tipis menjadi 53 dari posisi bulan sebelumnya di level 52,2.
"Sementara itu sentimen dari domestik yang wajib dipantau yakni neraca dagang Indonesia pada April yang diprediksi akan tetap surplus, namun lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni sebesar 3,5 miliar dolar AS," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (14/5/2025).
1. IHSG masih dalam tren naik, tapi alami koreksi sehat

Indri menyampaikan IHSG masih berada dalam tren naik yang kuat (strong uptrend) sejak 8 April 2025. Namun, tren tersebut tidak berlanjut sepanjang pekan lalu karena IHSG mengalami koreksi.
"Koreksi yang terjadi merupakan sehat. Sebab, laju IHSG terlalu kuat meningkat selama sebulan terakhir tanpa pernah membentuk base area (konsolidasi) di level-level tertentu atau level support-resistance dan/atau level psikologisnya," paparnya.
Menurutnya, koreksi tersebut justru bisa menjadi pijakan baru bagi IHSG dalam menentukan area support yang dapat menopang pergerakan ke depannya.
Indri juga mencatat sejak 8 April hingga 9 Mei 2025, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual secara besar-besaran di pasar reguler senilai Rp9,3 triliun. Kondisi itu disebut berada dalam fase mark up with distribution, dengan IHSG bergerak naik disertai distribusi saham oleh pelaku pasar besar.
2. Pekan lalu pelaku pasar cermati dampak negosiasi AS-China

Indri menjelaskan sejumlah sentimen global dan domestik turut memengaruhi pergerakan IHSG pekan lalu yang tercatat menguat tipis. Dari eksternal, pasar merespons pertemuan antara perwakilan AS dan China di Swiss terkait negosiasi kebijakan tarif antarnegara.
Selain itu, keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 hingga 4,50 persen serta kontraksi Indeks S&P500 Composite PMI Final AS ke level 50,6 dari sebelumnya 53,5 juga menjadi perhatian.
Sementara dari dalam negeri, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2025 dilaporkan sebesar 4,87 persen secara tahunan. Tingkat kepercayaan konsumen pada April juga meningkat ke level 121,7 dari 121,1 di bulan sebelumnya, dan tingkat pengangguran pada Februari tercatat turun ke 4,76 persen.
"Berdasarkan sentimen tersebut, para pelaku pasar masih sangat berhati-hati dalam membuat keputusan dan sedang menelaah potensi-potensi yang akan muncul di kemudian hari terutama mengenai negosiasi Amerika Serikat dengan China yang tengah berlangsung," ujar Indri.
Dia menyatakan, apabila pembicaraan antara kedua negara tersebut tidak mencapai titik temu, maka terdapat potensi munculnya tantangan ekonomi lanjutan yang perlu diantisipasi pelaku pasar.
3. Ada empat instrumen yang direkomendasikan untuk pekan ini

IPOT merekomendasikan sejumlah instrumen investasi yang dinilai memiliki potensi keuntungan di tengah dinamika pasar global dan domestik. Rekomendasi juga didukung oleh fitur Booster Modal dan Power Fund Series yang ditawarkan kepada nasabahnya.
Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) direkomendasikan untuk dibeli di level 151 dengan target harga 162 dan batas risiko di 146. Emiten tersebut berada dalam tren naik yang kuat dengan posisi candlestick di atas garis EMA 5 dan volume transaksi yang masih tinggi sepanjang pekan lalu.
Saham PT Petrosea Tbk (PTRO) disarankan untuk dibeli saat terjadi penurunan (pullback) di kisaran harga 2.850–2.870. Target harga ditetapkan di level 3.060 dengan batas risiko di 2.770. Emiten tersebut tengah membentuk area konsolidasi yang dapat menjadi dasar penguatan selanjutnya.
Saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) juga direkomendasikan untuk pembelian saat pullback di area 5.600–5.700. Target harga ditetapkan di level 6.300 dengan batas risiko di 5.375. Emiten tersebut terkonfirmasi berada dalam tren naik, dengan indikator candlestick dan EMA 5 yang mendukung.
Selain saham, IPOT juga merekomendasikan produk reksa dana saham berbasis indeks, yaitu Premier ETF LQ-45 (R-LQ45X). Rekomendasi diberikan berdasarkan performa indeks LQ45 yang dinilai lebih baik dibandingkan IHSG pada perdagangan pekan sebelumnya.