Modal Asing Rp3,79 Triliun Ramai-Ramai Angkat Kaki dari Pasar Uang RI

- Dana asing tinggalkan Indonesia Rp184 triliun sepanjang 2025Ramdan melaporkan total capital outflow sepanjang 2025 mencapai Rp184,09 triliun, dengan penjualan neto terbesar di SRBI sebesar Rp140,40 triliun.
- Imbal hasil SBN menurun, risiko gagal bayar Indonesia membaikYield SBN turun ke level 6,12 persen dan CDS Indonesia turun menjadi 73,51 bps, menunjukkan perbaikan kondisi domestik meskipun aliran dana keluar.
- BI optimalkan bauran kebijakan untuk ketahanan ekonomiBank Indonesia terus berupaya memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing keluar (capital outflow) yang cukup signifikan dari pasar keuangan Indonesia selama periode 10 hingga 13 November 2025.
"Berdasarkan data transaksi 10-13 November 2025, nonresiden (investor asing) tercatat jual neto sebesar Rp3,79 triliun," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (15/11/2025).
Data transaksi tersebut menunjukkan investor asing masih memegang saham, terbukti dengan adanya beli neto di pasar saham sebesar Rp3,92 triliun.
Namun, dana tersebut tidak mampu menutupi aksi jual masif di pasar obligasi dan sekuritas BI. Nonresiden dilaporkan menjual neto sebesar Rp6,33 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp1,39 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
1. Dana asing tinggalkan Indonesia Rp184 triliun sepanjang 2025

Ramdan juga menginformasikan total capital outflow sepanjang 2025 hingga 13 November. Secara kumulatif, investor asing tercatat melakukan jual neto dengan total angka fantastis, yaitu mencapai Rp184,09 triliun.
Rinciannya, nonresiden menjual neto Rp37,24 triliun di pasar saham, Rp6,45 triliun di pasar SBN, dan yang paling besar adalah di SRBI, mencapai Rp140,40 triliun.
2. Imbal hasil SBN menurun, risiko gagal bayar Indonesia membaik

Meskipun terjadi aliran dana keluar, Ramdan melaporkan, indikator domestik menunjukkan perbaikan. Yield SBN 10 tahun pada penutupan Kamis (13/11/2025) tercatat turun ke level 6,12 persen.
Imbal hasil SBN tersebut kemudian dilaporkan stabil pada angka yang sama di pembukaan Jumat pagi (14/11/2025). Di sisi lain, kondisi global menunjukkan yield obligasi Amerika Serikat (UST Note 10 tahun) naik ke 4,119 persen.
Perkembangan positif lain terlihat dari indikator risiko utang. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun per 13 November 2025 tercatat sebesar 73,51 basis poin (bps), turun dibandingkan posisi 7 November 2025 yang berada di 76,05 bps.
Penurunan Premi CDS tersebut mengartikan persepsi risiko gagal bayar utang Indonesia oleh investor global sedang membaik.
3. BI optimalkan bauran kebijakan untuk ketahanan ekonomi

Menyikapi perkembangan tersebut, Ramdan menegaskan, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait.
Menurutnya, pengoptimalan strategi bauran kebijakan akan terus dilakukan oleh BI. Hal itu bertujuan utama untuk mendukung ketahanan eksternal perekonomian Indonesia di tengah kondisi global dan domestik yang dinamis.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," katanya.
















