Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Ambles ke Level Rp15.896,5 per Dolar AS

Internet

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah pada pembukaan perdagangan, Senin (1/4/2024). Mata uang Garuda berada di level Rp15.896,5 per dolar AS pagi ini.

Dikutip dari Bloomberg, rupiah melemah 40 poin atau 0,25 persen pada pembukaan perdagangan, dibandingkan posisi saat penutupan perdagangan, Kamis (28/3/2024) yang berada di Rp 15.857 per dolar AS. 

1. Mayoritas mata uang di kawasan Asia bergerak variatif

Hingga pukul 09.00 WIB, pergerakan mata uang di kawasan bervariasi. Baht, Thailand berada satu level lebih baik dari rupiah setelah koreksi 0,08 persen.

Berikutnya, yuan China tertekan 0,06 persen,  dolar Hong Kong turun 0,02 persen, dan disusul dolar Taiwan yang melemah tipis 0,01 persen.

Sementara itu, peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia yang melonjak 0,1 persen.

Selanjutnya, won Korea Selatan yang terkerek 0,05 persen dan yen Jepang yang menanjak 0,04 persen.

Lalu ada dolar Singapura yang terapresiasi 0,03 persen, kemudian ringgit Malaysia terlihat menguat tipis 0,01 persen terhadap the greenback pada pagi ini.

2. Wacana kenaikan PPN bakal pengaruhi rupiah

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengatakan, pergerakan rupiah berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS setelah data indikator inflasi AS yang dirilis Jumat kemarin lebih rendah dari sebelumnya. Data Core PCE Price Index m/m dirilis 0,3 persen vs 0,5 persen pada sebelumnya.

"Data inflasi AS yang sedikit menurun ini bisa meningkatkan ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini yang bisa menekan dollar AS," jelasnya. 

Faktor dalam negeri, potensi inflasi ke depan dengan wacana kenaikan PPN dan defisit current account juga dinilai membebani rupiah.

"Oleh karena faktor di atas bisa menahan penguatan rupiah lebih lanjut. Potensi penguatan rupiah hari ini ke arah Rp15.800 per dolar AS dan potensi pelemahan ke arah Rp15.900 per dolar AS," ucapnya. 

3. Tekanan dolar terhadap rupiah cukup tinggi

Ia menjelaskan, faktor positif juga datang dari laporan data manufaktur PMI China hari Minggu kemarin yang menunjukkan pertumbuhan di level 50,8.

"Pada bulan sebelumnya dirilis kontraksi di level 49,1. Hasil dari China ini bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko termasuk nilai tukar emerging markets," ucapnya. 

Di sisi lain, tekanan dolar AS terhadap rupiah kelihatan masih cukup tinggi. Ketegangan geopolitik masih bisa mendorong sebagian pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us