Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Mengubah Latte Effect jadi Sumber Tabungan, Buntung ke Untung!

Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Defrino Maasy)
Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Defrino Maasy)
Intinya sih...
  • Pengeluaran kecil tapi rutin bisa membengkak, jadi subtitusi dengan produk lebih ekonomis untuk tabungan masa depan.
  • Bangun kesadaran akan nominal kecil yang terus berulang, dan pilih pengeluaran yang lebih terjangkau secara finansial.
  • Alihkan dana sisa dari pengeluaran latte effect sebagai modal investasi untuk tujuan jangka panjang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Latte effect dalam siklus keuangan merupakan sebuah pengeluaran kecil tapi rutin hingga menjadi suatu keharusan untuk dibeli. Meski harganya murah, jika terus berulang tentu bikin nominalnya jadi membengkak, ya.

Biar siklus keuanganmu jadi lebih sehat, kamu bisa mengubah latte effect dengan hal atau produk serupa versi yang lebih ekonomis. Dengan begitu, sisa dananya bisa dialihkan untuk tabungan masa depan, ya. Berikut ulasan selengkapnya.

1. Bangun kesadaran latte efect bikin pengeluaran jadi boros

Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Ahsanjaya)
Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Ahsanjaya)

Hal yang bikin susah untuk lepas dari latte effect adalah karena sudah terlanjur kecanduan. Rasanya, ada yang kurang kalau gak terpenuhi produk dari latte effect terkait itu, ya.

Lantas, bagaimana solusinya? Hal pertama yang bisa kamu lakukan ialah membagun kesadaran. Bisa jadi selama ini kamu terlena karena meremehkan nominal kecil yang kamu keluarkan per harinya. 

Kamu merasa gajimu cukup fantastis jika dibandingkan dengan misalnya pengeluaran kopimu per harinya. Secara logika, jelas perbandingan itu tidak apple to apple. Kamu melihat gajimu Rp5 juta per bulan, kopi seharga Rp50 ribu gak ada seujung kuku dari angka tersebut.

Kalau mau membandingkan, tentu harus dalam durasi waktu yang sama. Yakni, gaji Rp5 juta per bulan versus Rp1,5 juta untuk pengeluaran kopi sebulan. Dari sini, baru sadar bahwa angka tersebut cukup fantastis? Bukankah lebih produktif jika dipakai untuk dana tabunganmu? Renungkan.

2. Subtitusi ke hal atau produk serupa yang lebih ekonomis

Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Polina Tankilevitch)
Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Gak bisa dimungkiri, sesuatu yang sudah terlanjur jadi candu itu gak bisa dilepas begitu saja. Bahkan, kalau dipaksa bisa memengaruhi produktivitas diri yang akhirnya berimbas pada berbagai tanggung jawab penting dalam keseharian.

Dengan begitu, maka subtitusi ke pengeluaran serupa versi lebih ekonomis menjadi sebuah win-win solution. Ya, kamu bisa mengubah kebiasaan beli kopi dengan bikin kopi sendiri yang harganya jauh lebih terjangkau. 

Kebutuhan ngopi harian pun tetap bisa terpenuhi tanpa harus bikin pengeluaran bulanan jadi membengkak. Sepakat?

3. Kalkulasi berapa dana yang terselamatkan dari latte effect

Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Ahsanjaya)
Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Ahsanjaya)

Sebagai penyemangat, pun rasanya sayang jika dananya dipakai untuk pemenuhan latte effect, maka kalkulasi perbedaan yang ada. Misalnya saja, jika beli kopi kamu harus menghabiskan seharga Rp50 ribu. Sedangkan, saat kamu bikin kopi sendiri hanya menghabiskan dana sebesar Rp10 ribu. 

Dengan begitu, artinya ada perbedaan nilai Rp40 ribu yang jika ditotal menjadi beda Rp1,2 juta per bulannya. Apa gak sayang dananya? Gak mau diubah jadi pengeluaran Rp300 ribu per bulan saja? Sama-sama tetap bisa ngopi, tapi secara finansial lebih terjangkau.

4. Alihkan jadi tabungan modal investasi

Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Robert Lens)
Ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Robert Lens)

Setelah berhasil membangun kesadaran, mau disubtitusi ke produk yang lebih ekonomis, hingga konsisten melakukannya. Sekarang, tujuan akhirnya ialah mengalihkannya pada dana tabungan.

Biar bisa berguna secara jangka panjang, gak menguap termakan inflasi, kamu bisa pakai dana sisa latte effect sebagai modal investasi. Jika sisa Rp1,2 juta tadi dapat return sebesar 7 persen per tahunnya, itu artinya bisa mendapat Rp14,9 juta, lho.

Bukankah kebayang jika kamu punya banyak jenis produk latte effect lainnya? Maka, berapa banyak pengeluaran kecilmu yang terbuang sia-sia? Coba kalkulasi sendiri. Ingat, nominal kecil yang terus berulang juga bisa menggunung, lho.

Jadi, dengan solusi bijak di atas, maka kamu harus belajar stop menormalisasi latte effect dengan dalih apa pun itu. Sekarang, tentukan apa yang menjadi subtitusi dari hal atau produk lain yang menjadi latte effect versi kamu? Pilih yang harganya paling ekonomis, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us