Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Belajar untuk (Tak) Rindu

ilustrasi memandang ke luar jendela (unsplash.com/@tinamosquito)
ilustrasi memandang ke luar jendela (unsplash.com/@tinamosquito)

sejujurnya tak adil bagaimana kamu hanya datang untuk meninggalkanku,
pertemukanku dengan sendu yang sebelumnya asing bagiku,
hingga akhirnya aku tahu betapa pahitnya terjerembap dalam rindu

sangat tidak adil jika hanya aku sendiri yang bercumbu dengan rindu,
sementara kamu melanglang buana, meninggalkanku bersama masa lalu
perasaan siapa yang sebenarnya aku jaga?
haruskah aku bertahan di kala diriku tiada lagi artinya?

sejujurnya aku tetap ingin di sini menemani
namun, sikapmu yang enggan mengadangku pergi
membenarkan bahwa selama ini kamu tak pernah peduli
"kenapa, apa yang terjadi?" tak pernah terucap dari bibirmu, aku tak mengerti

andai kamu tahu aku selalu berdoa untukmu,
berdoa agar mendung yang menyelimuti hari-harimu berubah menjadi cerah
adakah kamu berdoa untukku juga?

lambat laun kamu merenggut senyuman dari wajahku
untuk sekadar mengagumimu pun aku tak lagi mampu

sudah waktunya aku pergi menjauh
ketika raut wajahku tak terlihat lagi olehmu,
tenang, aku tak akan rindu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us