Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

#MahakaryaAyahIbu: Karena Baju Koko dan Sandal Itu Menjadi Penggerak Mimpiku

dustincannon.org

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


"Lihat, baguskan?”. Lamunanku buyar seketika saat sebuah benda menghalangi pandanganku. Seakan mencoba mencuri perhatianku sejenak. Dengan tersenyum bangga, teman kosku, Laras menunjukkan sepotong baju koko berwarna merah maron. Ukurannya terlihat cukup besar. Lalu dia mengeluarkan isi dari kantong plastik lainnya. Kali ini sebuah sandal coklat muda tertata manis didalam kotak. Hadiah untuk ayah dan ibu, katanya. Hasil tabungan dari uang jajannya selama ini.

Laras terus berusaha menanyakan pendapatku akan barang pilihannya. Wajah bulatnya tak surut memancarkan senyuman. Berharap hadiah tersebut bisa membuat hati ayah ibunya senang. Berharap mereka bisa melihat betapa besar rasa cintanya. Aku tersenyum menggangguk, mendoakan hal yang sama. Pandanganku kembali tertuju ke layar laptop. Sebuah email yang sedari tadi kupandangi masih terpampang jelas disana.

Maaf, anda tidak lolos

Lagi-lagi. Kelihatannya peruntunganku belum membaik. Entah sudah berapa banyak lowongan pekerjaan yang kucoba, namun masih saja berbuah nihil. Begitu sulit mencari pekerjaan saat ini, bahkan untuk seorang sarjana sepertiku. Kerasnya kehidupan ini justru telah mengajarkanku arti dari perjuangan. Menempaku menjadi wanita yang kokoh tak tertandingi dalam menghadapi segala rintangan.

Terlihat Laras sedang sibuk membungkus hadiahnya. Rencananya besok dia akan menitipkannya melalui seorang saudara untuk diberikan kepada orangtuanya di kampung. Aku belum pernah sekalipun memberikan hadiah untuk ayah ibu. Bahkan untuk makan sendiri saja tak cukup. Merantau jauh dari keluarga membuatku harus belajar mandiri dan hidup dalam keterbatasan ditengah derasnya arus globalisasi kota besar. Mencari pekerjaan merupakan tujuan terpenting saat ini. Karena ada begitu banyak impian yang ingin aku wujudkan. Dan semua itu berawal dari baju koko dan sandal.

Masih teringat jelas kejadian setahun yang lalu. Waktu menunjukkan pukul 12.03 siang. Sayup-sayup terdengar azan shalat jumat berkumandang. Dengan tergesa-gesa ayah membongkar keranjang pakaian. Mencoba mencari sesuatu dalam tumpukan kain bersih yang belum disetrika. Ternyata baju kokonya masih disana.  Bergegas ku panaskan setrika. Bulir-bulir air mata jatuh tak terbendungkan. Memandang pilu pada benda yang sedang kugenggam. Baju koko hitam itu sudah terlihat begitu pudar dan kusam. Bahkan coraknya pun sudah tak nampak. Satu-satunya baju koko yang ayah punya. Entah sudah berapa lama beliau memakainya. Dada ini terasa begitu sesak.

Dengan penghasilan yang rendah, cukuplah sulit untuk menghidupi kebutuhan keluarga kami. Bahkan sepasang sandal untuk ibu pun terasa tak mampu untuk dijangkau. Demi membantu ekonomi keluarga, setiap harinya ibu berjualan disebuah kantin. Meski sebagai ibu rumah tangga, beliau tidak ingin hanya duduk diam dirumah. Dengan modal pas-pasan, beliau nekat berjualan. Untungnya memang tidak seberapa dan rugi sudah jadi makanan biasa, namun ibu tetap berusaha.

Menggais rezeki diantara penjual lainnya. Kulihat sandal ibu yang sudah menipis tapaknya. Hati ini begitu teriris setiap kali memandang ibu berjalan. Kakinya yang tua dan kepalan mencoba bertahan dari kerasnya tanah yang dipijakinya. Berlari kesana kemari mengantarkan pesanan pelanggan. “Biarlah sandal ibu seperti ini, yang penting kamu dan adik-adikmu bisa makan dan melanjutkan sekolah”. Kata-kata itu berulang kali ibu ucapkan setiap kali aku marah dan meminta beliau agar segera membeli yang baru.  

Terkadang aku ingin berteriak. Meluapkan kesedihan dan kekesalan yang bergemuruh didalam hati. Tidak bisakah sehari saja ayah ibu memikirkan diri sendiri? Mengapa hidup kita begitu sulit? Kutekadkan dalam hati. Suatu hari nanti, aku harus bisa membahagiakan kedua orangtuaku. Aku ingin menjadi orang yang sukses agar bisa membelikan baju koko dan sandal yang bagus untuk ayah ibu.

Tidak, tidak hanya itu! Aku ingin memberikan mahakarya yang lebih indah untuk mereka. Aku ingin mewujudkan impian kalian berdua, membangun rumah kita menjadi tempat yang lebih baik. Dan malam ini dalam sujudku, aku berdoa untuk kebahagian ayah ibu. Meminta kepada Tuhan agar selalu senantiasa menyayangi kalian berdua. Karena baju koko dan sandal itu menjadi salah satu penggerak mimpi-mimpiku.

Share
Topics
Editorial Team
Nissa Mauliani
EditorNissa Mauliani
Follow Us