Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Menjalani Diet Ekstrem, Bahaya untuk Jangka Panjang

ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/SHVETS Production)
ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/SHVETS Production)

Banyak orang berjuang untuk mencapai berat badan ideal. Ada yang melakukannya dengan diet defisit kalori atau mengurangi jumlah kalori yang masuk demi menurunkan berat badan. Hal ini sah-sah saja, tapi akan menjadi masalah jika dilakukan berlebihan.

Karena ingin hasil yang cepat dan instan, ada yang melakukan jalan pintas, seperti membatasi makan hanya sekali atau makan kurang dari 1.000 kalori dalam sehari. Dalam jangka panjang, ini menimbulkan risiko kesehatan yang berbahaya.

Tanda-tanda berikut dapat muncul sebagai peringatan kalau kamu menjalani diet terlalu ketat. Nyatanya, diet yang terlalu ekstrem juga tak baik untuk kesehatan jangka panjang.

1. Perubahan berat badan drastis dalam waktu singkat

ilustrasi mengukur lingkar pinggang (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi mengukur lingkar pinggang (pexels.com/Andres Ayrton)

Jangan dulu senang jika berat badan turun drastis dalam waktu singkat. Dilansir Mayo Clinic, penurunan berat badan yang sehat seharusnya hanya 0,5 sampai 1 kg dalam seminggu. Artinya, dalam sebulan, kamu hanya boleh menurunkan berat badan sebanyak 4 kg.

Perubahan berat badan instan bisa mengindikasikan hal lain. Alih-alih lemak, dikhawatirkan massa otot dan kandungan cairan yang justru hilang dari tubuh. Hal ini bisa memicu laju metabolisme jadi melambat, sehingga berat badan cenderung lebih mudah naik saat kembali pada pola makan semula.

2. Bagi perempuan, siklus haid jadi gak teratur

ilustrasi siklus menstruasi (freepik.com/freepik)
ilustrasi siklus menstruasi (freepik.com/freepik)

Diet ketat gak hanya mengacaukan metabolisme tubuh, melainkan juga berimbas pada siklus menstruasi. Dijelaskan Very Well Health, pembatasan asupan kalori dan olahraga yang ekstrem memicu gangguan hormon reproduksi, sehingga menyebabkan telat datang bulan.

Penurunan hormon estrogen akibat diet ketat juga bisa mengganggu proses ovulasi. Ketika gak mengalami ovulasi, maka perempuan kesulitan hamil. Selain berdampak pada kesuburan, ini juga bisa mengurangi massa tulang dan memicu tumbuhnya jerawat.

3. Rambut rontok dan kulit kusam

ilustrasi rambut rontok (freepik.com/freepik)
ilustrasi rambut rontok (freepik.com/freepik)

Perubahan fisik akibat diet yang terlalu ekstrem juga terlihat pada kondisi rambut dan kulit. Biasanya, rambut jadi mudah patah, sehingga menyebabkan kerontokan yang parah. Gak hanya itu, kulit juga berubah jadi kusam dan gak bercahaya. 

Kekurangan vitamin dan mineral esensial, seperti protein dan zat besi, menjadi faktor risiko utamanya. Sebuah studi dalam Journal of Transational Medicine pada 2017 menjelaskan, ketika kebutuhan protein gak terpenuhi, tubuh memprioritaskan penggunaan protein untuk proses penting seperti perbaikan jaringan dan produksi hormon.

Karena pertumbuhan rambut gak cukup penting untuk membuat kamu tetap hidup, maka proses ini gak mendapat cukup protein sehingga rambut rontok dapat terjadi.

4. Gampang jatuh sakit

ilustrasi sakit (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi sakit (pexels.com/Gustavo Fring)

Ketika menjalani diet ekstrem, sistem kekebalan tubuh juga cenderung melemah sehingga kamu lebih mudah sakit. Menurut National Institute of Health, pembatasan kalori yang terlalu ekstrem, yakni sekitar 40 persen dari kebutuhan energi harian, bisa menyebabkan gangguan imunitas yang membuat seseorang rentan terhadap infeksi.

Bukan tanpa alasan, protein merupakan bahan baku utama dari berbagai komponen penting di sistem kekebalan tubuh. Selain itu, mikronutrisi seperti selenium dan vitamin C juga berperan untuk menjaga imunitas dengan menangkal radikal bebas. Gak heran kalau kamu gampang terserang penyakit saat menjalani diet yang ketat.

5. Mood swing

ilustrasi orang kesal (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi orang kesal (pexels.com/SHVETS production)

Selain berdampak pada kesehatan fisik, diet ketat juga berpengaruh terhadap kondisi mental. Dilansir Shyft, kamu jadi lebih mudah marah, sensitif, dan tersinggung saat membatasi asupan makanan yang terlalu berlebihan. Alhasil, kamu mengalami mood swing yang cukup parah. 

Lebih lanjut, ini bisa memengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas hubungan dengan orang lain. Tanpa sadar, kamu kesulitan menjaga interaksi dengan baik dan orang lain mungkin merasa terganggu dengan perubahan sikap mendadak pada dirimu.

Walau memberikan hasil instan, diet ketat membawa dampak bahaya bagi tubuh dalam jangka panjang. Gaya hidup seperti ini juga gak berkelanjutan, sehingga kamu bukan gak mungkin kembali ke berat badan awal dan mengulangi siklus yang sama.

Karenanya, segera ubah mindset untuk fokus pada gaya hidup sehat alih-alih terpaku pada angka di timbangan. Dengan pola makan bernutrisi, olahraga rutin, manajemen stres yang baik, dan istirahat cukup, kamu bisa meraih kesehatan optimal dan berat badan yang sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us