Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Biar Gak Malu, Ini 5 Cara Mengatasi Perut Bunyi Terus-menerus

pexels.com/Polina Zimmerman

Biasanya, rasa lapar akan menyebabkan perut bunyi. Akan tetapi, perut yang bunyi tidak selalu menandakan kelaparan. Perut yang bunyi juga dapat terjadi selama pencernaan normal saat makanan, cairan, dan gas melewati usus. Karenanya, perut yang bunyi adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan, juga biasanya dapat diatasi dengan makan.

Hanya saja, beberapa orang bisa lebih sering mengalami perut bunyi. Selain itu, jika perut bunyi secara terus-menerus, ini kadang membuat seseorang jadi merasa malu.

Untungnya, masalah perut bunyi ini dapat diatasi dengan cukup mudah. Bagaimanakah itu? Simak penjelasannya di sini.

1. Minum air

unsplash.com/Dylan Alcock

Jika perut kamu terus mengeluarkan bunyi dan kamu sedang tidak bisa makan, minum air putih dapat membantu menghentikannya. Air akan meningkatkan pencernaan dan sekaligus mengisi perut untuk meredakan beberapa reaksi lapar, melansir Healthline

Untuk mencegah perut bunyi, kamu harus minum air putih sedikit demi sedikit secara konsisten. Sebab, jika kamu langsung menenggak banyak air sekaligus, ini mungkin akan menyebabkan suara gemericik dari dalam perut.

2. Makan lebih teratur

unsplash.com/Gardie Design & Social Media Marketing

Makan lebih teratur bisa jadi solusi efektif untuk mengatasi masalah perut keroncongan yang kronis. Jika perut kamu terus-terusan mengeluarkan bunyi, bisa jadi kamu perlu makan lebih sering. Sudah banyak orang yang mendapat manfaat dari makan 4-6 porsi kecil dalam sehari daripada 3 porsi besar.
 
Menurut studi dalam jurnal PLOS One, pola makan ini dapat meningkatkan pencernaan dan metabolisme, mencegah perut bunyi selama proses pencernaan, dan membantu mencegah kamu merasa lapar, termasuk mencegah perut bunyi saat sedang kelaparan.

3. Hindari makanan dan minuman penghasil gas

unsplash.com/Andrew Wong

Makanan dan minuman tertentu menghasilkan lebih banyak gas daripada yang lain. Jika perut keroncongan disebabkan oleh banyaknya gas yang mengalir melalui saluran pencernaan, menghindari makanan dan minuman ini dapat mengatasi masalah perut bunyi.

Melansir Medical News Today, makanan dan minuman yang bisa memicu perut bergas meliputi kacang polong, brokoli, kubis, kol, kacang-kacangan, jamur, bawang, soda, dan biji-bijian.

4. Jalan-jalan setelah makan

ilustrasi jalan kaki (unsplash.com/Alvin Mahmudov)

Jalan-jalan setelah makan telah terbukti membantu proses pencernaan dengan mempercepat laju pengosongan perut, seperti yang tertera dalam penelitian di Journal of Gastrointestinal and Liver Disease. Pengosongan yang lebih cepat ini bisa mengurangi perut bunyi.

Jalan-jalan setelah makan juga bisa bermanfaat bagi pencernaan dengan cara lain. Penelitian dalam Journal of the American Medical Directors Association menunjukkan bahwa berjalan kaki selama 20 menit, 15 menit setelah makan, mampu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Akan tetapi, hindari melakukan aktivitas intensitas tinggi usai makan.

5. Biasakan untuk makan secara perlahan dan mengunyah dengan baik

unsplash.com/Priscilla Du Preez

Perhatikan kembali kebiasaan makanmu, apakah kamu mungkin mengunyah terlalu cepat dan menelan banyak udara saat makan? Ini bisa menyebabkan terlalu banyak makanan di perut yang kemudian memicu timbulnya suara-suara yang mengganggu.

Melansir Mayo Clinic, cobalah berkonsentrasi untuk mengunyah makanan dengan hati-hati, karena ini dapat mencegah lebih banyak udara masuk ke dalam. Selain itu, pastikan potongan makanan yang kamu makan ukurannya tidak terlalu besar. Ukuran makanan yang terlalu besar dan pengunyahan yang kurang akan lebih sulit dicerna dan menyebabkan perut harus bekerja lebih keras.

Untuk kamu yang mengalami masalah dengan perut yang selalu bunyi, menerapkan cara di atas dapat membantu mengatasi masalah ini. Akan tetapi, jika masalah perut bunyi disebabkan karena adanya gangguan pencernaan, yang biasanya diiringi dengan sakit perut, mual, atau diare, sebaiknya kamu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Bayu Aditya Suryanto
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us