Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Masalah Otot Dasar Panggul yang Diam-diam Menghantui Atlet Perempuan

panggul perempuan
potret panggul perempuan (pexels.com/Gustavo Fring)

Kekuatan fisik sering menjadi tolok ukur utama performa seorang atlet profesional. Namun, meskipun memiliki otot yang terlatih dan tubuh yang tampak tangguh, ada bagian tubuh penting yang jarang dibicarakan, yaitu pelvic floor atau otot dasar panggul. Padahal, bagian ini memiliki peran krusial dalam menopang organ tubuh bagian bawah, menjaga kontrol kandung kemih, dan menunjang stabilitas inti yang sangat dibutuhkan bagi atlet perempuan.

Seiring meningkatnya partisipasi perempuan dalam olahraga berintensitas tinggi, seperti sepak bola, basket, atau lari, kasus disfungsi otot dasar panggul makin sering ditemukan. Selain kerap dialami ibu hamil atau wanita pascamenopause, kondisi ini juga banyak terjadi kepada atlet perempuan muda yang belum pernah melahirkan. Fenomena ini menunjukkan, masalah otot dasar panggul tidak hanya isu medis, tetapi juga persoalan performa dan kualitas hidup atlet perempuan.

1. Gerakan intens seperti berlari, melompat, dan mendarat berisiko meningkatkan cedera pelvic floor

Olahraga lari
ilustrasi olahraga lari (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Penelitian Elizabeth Culleton‑Quinn dkk dari International Urology Journal (2022) mengungkap prevalensi yang mengkhawatirkan di kalangan atlet perempuan. Sekitar 70–80 persen atlet dalam olahraga berdampak tinggi, seperti trampolin, sepak bola, basket, dan lari jarak jauh, dilaporkan mengalami gejala inkontinensia urin (ketidakmampuan mengontrol kandung kemih) atau gangguan dasar panggul. Studi sistematik bahkan menyebutkan, gejala ini muncul tidak hanya bagi atlet profesional, tetapi juga pada mereka yang berolahraga secara rekreasional.

Faktor biomekanik menjadi salah satu penyebab utama. Aktivitas seperti berlari, melompat, dan mendarat menciptakan tekanan intra-abdomen yang besar. Jika otot dasar panggul tidak mampu menahan gaya tersebut, jaringan akan mengalami peregangan dan melemah seiring waktu. Hal ini menyebabkan kontrol urin berkurang dan meningkatkan risiko prolaps organ panggul. 

Menariknya, asumsi bahwa atlet memiliki otot dasar panggul yang lebih kuat malah terbukti keliru. Dilansir Women’s and Men’s Health Physiotherapy, pemain bola voli dan basket justru memiliki kekuatan dasar panggul yang lebih rendah dibandingkan kelompok non-atlet. Kondisi ini terjadi karena otot mereka terus-menerus mendapat tekanan tinggi tanpa waktu pemulihan yang memadai.

Selain kelemahan otot, terdapat pula bentuk lain dari gangguan ini yang disebut disfungsi nonrelaksasi atau hipertonik. Dalam kondisi ini, otot dasar panggul terlalu tegang dan tidak mampu berelaksasi dengan baik, sehingga menyebabkan nyeri panggul kronis, gangguan buang air, hingga gangguan seksual. Kombinasi antara tekanan mekanis, kelelahan otot, dan pola latihan yang tidak tepat dapat memperburuk kondisi tersebut. Kasus ini dilaporkan mulai sering dialami atlet sepak bola putri, yang menunjukkan nyeri kronis dan gangguan saraf dapat muncul akibat spasma otot dasar panggul yang tidak tertangani.

2. Disfungsi otot dasar panggul berdampak kepada performa dan psikologis atlet perempuan

sepak bola putri
ilustrasi sepak bola putri (pexels.com/Mica Asato)

Disfungsi otot dasar panggul berdampak kepada tubuh sekaligus keberlanjutan karier seorang atlet. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Jodie Dakic dari Monash University menemukan, sekitar 46 persen perempuan dengan gejala dasar panggul memilih berhenti atau mengurangi aktivitas fisiknya. Lebih dari 50 persen lainnya mengubah jenis olahraga atau menurunkan intensitas latihan untuk menghindari kebocoran urin. Angka ini mencerminkan besarnya pengaruh gangguan tersebut terhadap partisipasi perempuan dalam olahraga kompetitif. 

Dampak terhadap performa pun tidak kalah signifikan. Banyak atlet perempuan mengaku sengaja menahan buang air, mengurangi minum sebelum pertandingan, atau membatasi gerakan tertentu karena takut terjadi kebocoran urin. Perilaku ini berakibat pada dehidrasi, penurunan konsentrasi, dan performa fisik yang tidak optimal. 

Menurut laporan The Athletic, beberapa pemain Manchester City Women diketahui mengalami inkotinensia urin saat melakukan pemanasan melompat. Hal ini membuat mereka mengurangi beban latihan di gym, menghindari gerakan melompat, atau menurunkan intensitas lari mereka untuk menghindari gejala muncul kembali. Dalam jangka panjang, strategi ini justru memperburuk kondisi otot panggul dan menghambat performa secara keseluruhan.

Aspek psikologisnya juga tak kalah berat. Banyak atlet perempuan, terutama yang masih muda, merasa malu, cemas, dan kehilangan kepercayaan diri ketika menghadapi gejala disfungsi dasar panggul. Perasaan ini dapat membuat mereka menarik diri dari kompetisi atau latihan kelompok, yang pada akhirnya menghambat perkembangan karier olahraga mereka. 

Kurangnya kesadaran medis memperburuk keadaan. Hanya sekitar 23 persen pelatih dan fisioterapis yang melakukan skrining disfungsi dasar panggul pada atlet perempuan secara rutin. Padahal, edukasi dan deteksi dini dapat mencegah banyak kasus berkembang menjadi lebih serius.

3. Kesadaran dan penanggulangan cedera pelvis floor penting untuk menjaga stabilitas

latihan kelenturan bagi perempuan
ilustrasi latihan kelenturan bagi perempuan (pexels.com/Ahmed Kurt)

Kabar baiknya, upaya pencegahan disfungsi otot dasar panggul kini mulai mendapat perhatian dari dunia olahraga. Penelitian yang diterbitkan pada 2025 oleh Camilo Jose Cela University menunjukkan, posisi squat paralel, full plank, dan quadruped hold menghasilkan aktivasi terbaik pada otot dasar panggul dibandingkan posisi lainnya. Latihan-latihan tersebut mampu menstimulasi kekuatan dan ketahanan otot lebih efektif dibandingkan latihan konvensional seperti Kegel. Meski demikian, pelaksanaan latihan harus disesuaikan dengan kondisi individu karena setiap atlet memiliki kebutuhan biomekanik yang berbeda.

Namun, latihan yang sifatnya umum sering kali tidak membuahkan hasil optimal. Hal ini terjadi karena gerakan kontraksi otot dasar panggul dilakukan dengan teknik yang salah, sehingga justru memperparah kondisi. Oleh karena itu, peran fisioterapis bersertifikat menjadi sangat penting untuk memastikan teknik latihan dilakukan dengan benar dan aman. Program latihan yang dipersonalisasi juga harus mencakup peningkatan kekuatan otot inti, stabilitas panggul, dan koordinasi pernapasan agar tekanan intra-abdomen dapat dikontrol dengan baik selama aktivitas berat.

Skrining dini menjadi langkah berikutnya yang tak kalah penting. Pemeriksaan sederhana dengan pertanyaan seperti “apakah Anda pernah mengalami kebocoran urin saat berolahraga?” atau “apakah Anda merasakan nyeri di bagian panggul?” dapat menjadi langkah awal untuk mengenali adanya gangguan fungsi otot dasar panggul. Di level profesional, klub-klub sepak bola putri seperti Manchester City dan Chelsea telah menunjukkan dukungan dengan melibatkan fisioterapis khusus untuk edukasi dan pelatihan pemain perempuan. Pendekatan ini tidak hanya menurunkan angka keluhan, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan rasa percaya diri atlet.

Pendekatan holistik menjadi kunci dalam menjaga kesehatan dasar panggul. Penggabungan latihan kekuatan inti (core training), fleksibilitas pinggul, dan pernapasan diafragma terbukti membantu menurunkan tekanan berlebih di area panggul. Dengan pendekatan yang tepat, atlet dapat mempertahankan performa puncak tanpa mengorbankan kesehatan jangka panjang.

Gangguan otot dasar panggul bukan hanya persoalan medis, melainkan juga menyangkut kesehatan jangka panjang, baik bagi atlet profesioanal maupun penikmat olahraga rekreasional. Melalui edukasi, pencegahan, dan latihan yang benar, setiap perempuan dapat menjaga fungsi tubuhnya sekaligus membantu menghilangkan tabu seputar kesehatan panggul yang selama ini jarang dibahas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Penyebab Sering Batuk saat Olahraga

19 Okt 2025, 14:05 WIBHealth