Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Penyebab Lutut Nyeri setelah Olahraga, Perlukah Khawatir?

ilustrasi cedera lutut (freepik.com/freepik)
ilustrasi cedera lutut (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Nyeri lutut saat berolahraga dapat terjadi karena beberapa alasan.

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Daniel Petrus Marpaung, SpOT (K)

Setelah berolahraga, terkadang kita mengalami nyeri lutut ringan dan ini adalah hal normal. Namun, jika nyeri lutut terasa sangat menyakitkan atau terus berlanjut, ini bisa menandakan masalah yang lebih serius. 

Lutut adalah sendi kompleks yang melibatkan tulang, ligamen, meniskus, otot, dan tendon yang semuanya menopang sendi. Kerusakan pada komponen lutut dapat terjadi di setiap struktur, misalnya tendinitis, bursitis, osteoartritis, ketegangan otot, dislokasi, dan robekan tendon patela adalah beberapa penyebab nyeri lutut.

Ada beberapa alasan olahraga dapat memicu nyeri lutut dan pengobatan yang diperlukan akan tergantung pada penyebabnya.

1. Tendinitis

Tendon menghubungkan otot ke tulang. Penggunaan tendon di sekitar lutut secara berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan yang kemudian memicu tendinitis.

Tendinitis lutut dapat terjadi saat kamu meregangkan atau menggunakan tendon di sekitar lutut secara berlebihan, yang selanjutnya menyebabkan pembengkakan.

Tendinitis lebih mungkin terjadi akibat gerakan berulang, seperti saat berolahraga atau melakukan pekerjaan kasar.

2. Bursitis

ilustrasi nyeri lutut saat berolahraga (unsplash.com/CHUTTERSNAP)
ilustrasi nyeri lutut saat berolahraga (unsplash.com/CHUTTERSNAP)

Bursitis disebabkan oleh iritasi dan pembengkakan pada bursa, yang kemudian dapat memicu nyeri lutut.

Bursa adalah kantung berisi cairan dekat lutut, yang menjadi bantalan dan melindungi tulang, otot, dan tendon. Bursitis dapat terjadi akibat cedera dan penggunaan lutut secara berlebihan atau berulang. Perubahan tingkat aktivitas, infeksi, dan artritis juga dapat menyebabkan bursitis.

Gejala bursitis meliputi:

  • Nyeri di sekitar lutut.
  • Nyeri saat bergerak dan istirahat.
  • Kemerahan, bengkak, atau rasa hangat pada lutut.
  • Lutut terasa kaku saat bergerak.

3. Iliotibial band syndrome

Iliotibial band syndrome (ITBS) adalah kondisi yang umumnya menyerang atlet, seperti pelari dan pesepeda karena aktivitas ini mengharuskan lutut ditekuk dan diluruskan secara berulang-ulang.

ITBS terjadi saat tendon iliotibial, yaitu tendon yang membentang dari pinggul hingga tulang kering, bergesekan dengan tulang lutut dan mengalami peradangan.

Gejala ITBS dapat meliputi:

  • Nyeri di sepanjang bagian luar lutut, terutama saat berolahraga.
  • Lutut terasa hangat.
  • Nyeri yang menjalar hingga pinggul.
  • Sensasi klik atau seperti letupan.

4. Osteoartritis lutut

ilustrasi nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)

Osteoartritis terjadi saat tulang rawan mengalami kerusakan. Osteoartritis lutut paling sering terjadi pada individu berusia di atas 50 tahun. 

Akan tetapi, orang yang berusia muda juga bisa terkena osteoartritis akibat cedera. Faktor risiko osteoartritis lainnya termasuk obesitas, genetik, dan berjenis kelamin perempuan.

Gejala osteoartritis lutut yang paling umum adalah nyeri lutut. Lutut mungkin terasa sakit saat ditekan, saat digerakkan, atau bahkan saat kamu duduk diam. Gejala lainnya dapat meliputi:

  • Lutut terasa kaku, terutama setelah pertama kali berdiri atau setelah duduk dalam waktu lama.
  • Lutut bengkak atau terasa menggelembung.
  • Mendengar suara berderak saat menggerakkan lutut.
  • Lutut terasa goyang, seolah-olah akan tertekuk.
  • Lutut terkunci atau terasa seperti macet saat mencoba menggerakkannya.

5. Ketegangan dan keseleo

Memutar otot secara tiba-tiba dan dengan cara yang tidak benar dapat menyebabkan ketegangan dan keseleo. Aktivitas fisik yang berlebihan, tidak melakukan pemanasan sebelum berolahraga, dan fleksibilitas yang buruk juga dapat menyebabkan ketegangan.

Gejala ketegangan dan keseleo yang umum meliputi:

  • Memar atau perubahan warna kulit.
  • Kesulitan menggerakkan otot.
  • Kekakuan sendi.
  • Nyeri.
  • Pembengkakan.

Baik ketegangan maupun keseleo dapat dicegah dengan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

6. Dislokasi tempurung lutut

ilustrasi nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)

Tempurung lutut mungkin mengalami dislokasi jika lutut terpelintir atau terbentur. Dislokasi tempurung lutut paling sering dialami orang-orang berusia muda akibat berolahraga.

Gejala dislokasi tempurung lutut antara lain:

  • Bunyi letupan saat terjadi cedera.
  • Rasa sakit yang luar biasa.
  • Dislokasi tempurung lutut tampak melalui kulit.

Untuk mengembalikan lutut ke posisi semestinya, diperlukan penyangga, gips, atau bebat sambil membatasi aktivitas selama enam hingga delapan minggu.

7. Robeknya tendon atau tulang rawan

Cedera yang parah dapat menyebabkan tulang rawan di lutut robek. Setelah mengalami kondisi ini, kamu mungkin perlu memakai penyangga lutut saat melakukan aktivitas fisik.

Robekan tendon patela ialah robekan yang terjadi pada tendon lutut, yang bisa terjadi akibat pukulan, lompatan, atau melemahnya tendon. Gejala robekan tendon patela, meliputi:

  • Kesulitan berjalan.
  • Lutut tertekuk.
  • Rasa sakit dan nyeri tekan.
  • Adanya lekukan di bawah tempurung lutut.

Jenis pengobatannya bisa berkisar dari fisioterapi hingga pembedahan, bergantung pada ukuran robekan tendon. 

Nyeri lutut setelah olahraga adalah hal yang wajar dan dapat terjadi karena beberapa alasan. Kondisi ini lebih mungkin terjadi saat melakukan olahraga keras atau melibatkan gerakan berulang. Jika kamu mengalami nyeri parah atau terus-menerus, segera temui dokter.

Referensi

"Knee Pain After Exercise: Overuse or Arthritis?" Dr. Nathan Cafferky. Diakses Mei 2024. 
"11 Potential Causes of Knee Pain After Working Out." Health. Diakses Mei 2024. 
"Knee pain from squatting: What to do." Medical News Today. Diakses Mei 2024.
"Knee Osteoarthritis." Cleveland Clinic. Diakses April 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Nuruliar F
3+
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us