Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Rempah Indonesia Efektif Atasi Inflamasi, Jadi Obat Tradisional

ilustrasi cengkih (unsplash.com/K15 Photos)

Inflamasi atau peradangan merupakan cara tubuh untuk melawan infeksi sekaligus menyembuhkan. Namun, dalam beberapa situasi, inflamasi menjadi kronis. 

Kondisi ini disebabkan adanya peradangan yang sulit dikendalikan dan memakan waktu lama untuk kembali normal. Akibatnya, berbagai penyakit berat mudah bersarang dalam tubuh, seperti kanker dan diabetes. 

Ada beberapa cara agar inflamasi cepat reda, di antaranya olahraga, istirahat cukup, dan pola makan yang tepat. Selain itu, kamu bisa mengonsumsi rempah-rempah ke dalam makanan atau minuman. Sebab, banyak di antara mereka yang memiliki sifat antiinflamasi. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak daftarnya berikut ini. 

1. Kunyit

ilustrasi kunyit (unsplash.com/Julia Topp)

Kunyit merupakan bumbu kuning dalam masakan Indonesia dengan rasa yang khas. Di Indonesia, selain untuk memasak, tumbuhan rimpang ini juga sering digunakan sebagai bahan ramuan jamu tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. 

Kunyit (Curcuma longa) sudah lama menjadi obat untuk mengobati pilek, luka, infeksi, dan penyakit hati. Memiliki lebih dari 300 senyawa aktif, ia dinilai dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan, salah satu senyawa aktif dari kunyit, yakni curcumin bertugas sebagai antioksidan yang bisa meredakan inflamasi, menurut studi tahun 2017 yang diterbitkan oleh Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI) Journal. 

2. Lada hitam

ilustrasi lada hitam (unsplash.com/Anas Alhajj)

Rasanya yang khas membuat lada hitam menjadi rempah paling populer di dunia. Selain itu, rempah berwarna hitam ini juga berkhasiat bagi kesehatan, seperti meredakan asma dan diare. 

Sebuah ulasan ilmiah dalam Critical Reviews in Food Science and Nutrition Journal tahun 2013 menerangkan jika lada hitam memiliki senyawa aktif bernama piperin yang bertugas sebagai antiinflamasi. Selain itu, piperin juga membantu fungsi otak kognitif, penyerapan nutrisi, dan fungsi lambung. 

3. Kapulaga

ilustrasi biji kapulaga (unsplash.com/The Matter of Food)

Rempah yang satu ini juga efektif dalam mengurangi inflamasi dalam tubuh. Penelitian selama 8 minggu dengan peserta prediabetes sebanyak 80 orang menghasilkan bahwa seluruh peserta memperlihatkan penurunan penanda inflamasi secara signifikan setelah mengonsumsi 3 gram kapulaga setiap hari, menurut studi dari Journal Sciences Food Agriculture tahun 2017.

Dalam hidangan Indonesia, kamu bisa merasakan kapulaga dalam masakan kare atau gulai. Tidak hanya ditemukan dalam bentuk biji, rempah ini juga ada dalam bentuk kapsul atau bubuk di pasaran untuk mempermudah konsumsi. Lebih suka menikmati kapulaga yang mana, nih? 

4. Jahe

ilustrasi jahe (unsplash.com/sentot setyasiswanto)

Jahe adalah rempah yang bisa dinikmati dalam bentuk segar, kering, atau bubuk. Dalam pengobatan tradisonal, jahe terkenal dapat mengurangi pilek, radang sendiri, migrain, mual, serta tekanan darah tinggi. 

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan di Journal of Nutrition in Gerontology and Geriatrics membuktikan bahwa jahe memiliki sifat antiinflamasi. Selama 3 bulan, peserta studi mengonsumsi 500 miligram bubuk jahe. Hasilnya, rempah tersebut memang bermanfaat mengurangi peradangan di dalam tubuh.

5. Cengkih

ilustrasi cengkih (unsplash.com/K15 Photos)

Sejak lama, cengkih dipakai sebagai ekspektoran, yakni obat untuk mengeluarkan dahak ketika batuk. Bukan hanya itu, nyatanya, cengkih juga bisa mengurangi inflamasi, lho. 

Menurut penelitian tahun 2017 yang dimuat di Pharmaceutical Biology Journals, minyak esensial yang terbuat dari cengkeh terbukti mengandung antijamur, antivirus, antimikroba, dan antiinflamasi. Bahkan, senyawa aktif eugonol yang dikandungnya juga efektif mengurangi keganasan sel kanker. 

Beberapa jenis rempah-rempah Indonesia ini bisa digunakan untuk mengurangi inflamasi dalam tubuh. Walaupun masih memerlukan penelitian ilmiah lebih lanjut, tidak ada salahnya untuk menjadikan mereka sebagai bumbu dalam masakan dan mengonsumsinya secara teratur. Namun, tetap saja, jangan berlebihan dan kenali efek sampingnya, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
Izza Namira
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us