Apa Itu Vanishing Twin Syndrome?

- Vanishing twin syndrome (VTS) terjadi saat salah satu janin kembar atau lebih menghilang di dalam rahim, biasanya pada trimester pertama kehamilan.
- Penyebab hilangnya janin kembar meliputi usia ibu yang lebih tua, kelainan kromosom, penggunaan teknologi reproduksi berbantu, plasenta yang kecil, faktor genetik, dan paparan zat teratogenik.
- Tanda-tanda VTS mirip dengan gejala umum trimester pertama kehamilan seperti kram di rahim, pendarahan ringan, nyeri panggul, dan nyeri punggung.
Pertama kali dikenali pada tahun 1945, vanishing twin syndrome terjadi ketika salah satu janin kembar atau lebih menghilang di dalam rahim akibat keguguran pada salah satu janin.
Jaringan janin yang gugur diserap oleh janin kembar lainnya, oleh janin yang tersisa, oleh plasenta, atau oleh tubuh ibu. Hal ini menimbulkan kesan adanya “janin kembar yang menghilang (vanishing twin).”
Penyebab
Dalam sebagian besar kasus, penyebab hilangnya janin kembar tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang dianggap berkaitan dengan hilangnya salah satu janin, yaitu:
- Usia ibu yang lebih tua (biasanya di atas 30 tahun).
- Kelainan kromosom pada janin yang tidak bertahan hidup.
- Penggunaan teknologi reproduksi berbantu, seperti bayi tabung (IVF) yang meningkatkan kejadian kehamilan ganda.
- Plasenta yang kecil atau ada kelainan bentuk plasenta, yang bisa menyebabkan salah satu janin tidak berkembang.
- Faktor genetik atau paparan zat yang bisa membahayakan janin (zat teratogenik).
- Faktor lain yang memengaruhi bayi dalam kandungan, seperti infeksi rubella.
Gejala

Tanda-tanda vanishing twin syndrome (VTS) mirip dengan gejala yang umum selama trimester pertama kehamilan, sehingga ini kerap menyebabkan keguguran salah satu embrio dalam kehamilan kembar tidak disadari.
Gejalanya meliputi:
- Kram di rahim.
- Pendarahan ringan, atau bercak.
- Nyeri panggul.
- Nyeri punggung.
Hubungi dokter kandungan atau bidan jika mengalami nyeri panggul atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan.
Seberapa umum vanishing twin syndrome?
Vanishing twin syndrome biasanya terjadi pada trimester pertama, bahkan kadang-kadang sebelum pemeriksaan USG pertama dilakukan. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui seberapa sering kondisi ini terjadi, karena seorang perempuan hamil bisa saja kehilangan salah satu janin kembar sebelum tahu dirinya hamil kembar.
Sindrom ini diperkirakan terjadi pada sekitar 36 persen kehamilan kembar, sekitar setengah dari kehamilan dengan tiga janin atau lebih, dan 20 persen hingga 30 persen kehamilan yang terjadi melalui teknologi reproduksi berbantu, seperti IVF.
Dampaknya pada ibu hamil

Jika vanishing twin syndrome terjadi pada trimester pertama, dokter jarang mengambil tindakan khusus. Namun, jika terjadi pada trimester kedua atau ketiga, kehamilan biasanya dikategorikan sebagai kehamilan berisiko tinggi. Dokter akan memantau kondisi ibu dan bayi dengan lebih cermat.
Sebagian besar kehamilan yang mengalami vanishing twin syndrome berjalan tanpa masalah lain. Namun, ibu hamil dalam kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes gestasional (diabetes yang terjadi selama kehamilan). Mereka juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan prematur atau menjalani induksi persalinan. Selain itu, mereka berisiko lebih tinggi mengalami jumlah cairan ketuban yang rendah.
Risiko bagi janin yang bertahan
Pada dasarnya kehamilan kembar memang lebih berisiko dibanding kehamilan tunggal. Dokter kandungan atau bidan biasanya memeriksa apakah kedua janin berbagi satu plasenta, atau masing-masing punya plasenta sendiri.
Plasenta adalah organ yang menyalurkan darah dan nutrisi dari ibu ke bayi di dalam rahim. Kalau dua bayi berbagi satu plasenta, terkadang pembagiannya "tidak adil", dan ini bisa membahayakan salah satu janin.
Janin yang bertahan bisa mengalami masalah kesehatan, terutama jika mereka berbagi satu plasenta dengan saudara kembarnya. Saat salah satu janin meninggal, itu bisa memengaruhi aliran darah ke janin yang masih hidup. Dalam kasus seperti ini, dokter akan melakukan USG lebih sering untuk memantau janin yang bertahan.
Sebuah studi tahun 1997 menunjukkan bahwa janin yang bertahan dari vanishing twin syndrome mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena cerebral palsy. Namun, studi lain yang lebih baru tidak menemukan hal yang sama. Studi tersebut menyimpulkan bahwa risiko bayi tersebut sama seperti bayi kembar lainnya atau bayi dari kehamilan ganda. Para peneliti menyatakan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Jadi, sampai saat ini belum ada bukti hubungan langsung antara cerebral palsy dan vanishing twin syndrome.
Secara umum, kalau janin kembar punya plasenta masing-masing dan kehilangan salah satu janin terjadi saat trimester pertama, biasanya tidak memengaruhi janin yang bertahan. Akan tetapi, kalau janin tidak dapat bertahan hidup pada masa akhir kehamilan, ini bisa menimbulkan dampak. Bayi yang bertahan mungkin tumbuh lebih kecil di dalam kandungan, lahir dengan berat badan lebih rendah, dan mendapat skor Apgar lebih rendah (penilaian kondisi bayi setelah lahir). Risiko kematian dalam minggu pertama setelah lahir juga lebih tinggi.
Kehilangan janin kembar di dalam rahim merupakan salah satu bentuk keguguran dan dapat menyebabkan kesedihan bagi orang tua. Terkadang, janin kembar yang bertahan hidup dari vanishing twin syndrome akan merasa bersalah di kemudian hari. Seluruh keluarga mungkin memerlukan bantuan dari konseling dan profesional kesehatan mental lainnya.
Referensi
"Vanishing Twin Syndrome." American Pregnancy Association. Diakses Mei 2025.
Zamani Z, Parekh U. "Vanishing Twin Syndrome." [Updated 2023 Jul 25]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563220/
"What Is a Vanishing Twin?" WebMD. Diakses Mei 2025.
"Vanishing Twin Syndrome." Cleveland Clinic. Diakses Mei 2025.
"What causes vanishing twin syndrome?" BabyCenter. Diakses Mei 2025.