Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Pasang KB IUD Bisa Menyebabkan Depresi?

Ilustrasi alat kontrasepsi IUD terpasang di dalam rahim.
ilustrasi KB IUD (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • Karena bekerja dengan sistem hormon, adanya kemungkinan kaitan antara IUD hormonal dengan perubahan suasana hati dan risiko depresi pada sebagian pengguna.
  • Ada beberapa faktor risiko tambahan yang bisa meningkatkan risiko depresi pada pengguna IUD hormonal, seperti usia remaja dan pengguna pertama kali.
  • Selain depresi, IUD hormonal juga bisa menimbulkan efek samping fisik lainnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Intrauterine device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sudah lama dikenal sebagai salah satu metode KB paling efektif. Dengan tingkat keberhasilan hingga 99 persen, alat kecil ini bisa melindungi dari kehamilan selama bertahun-tahun tanpa repot mengingat jadwal minum pil atau mengganti alat setiap bulan.

Namun, efektivitas tinggi bukan berarti tanpa risiko. Sejumlah penelitian terbaru menemukan adanya kaitan antara IUD, terutama yang mengandung hormon, dengan kesehatan mental. Beberapa pengguna dilaporkan mengalami depresi, rasa cemas, bahkan dalam kasus yang sangat jarang, muncul pikiran untuk bunuh diri.

Topik ini tentu tidak sederhana. Karena itu, penting untuk memahami gambaran lengkapnya sebelum mengambil keputusan. Apa saja efek samping yang mungkin muncul? Bagaimana mekanismenya bisa memengaruhi suasana hati? Mari telusuri lebih jauh dalam pembahasan berikut.

1. Perbedaan IUD tembaga dan hormonal

KB IUD hadir dalam dua jenis utama dengan mekanisme kerja yang berbeda.

Pertama, ada IUD tembaga. Sesuai namanya, alat ini dilapisi tembaga, logam yang ampuh melumpuhkan sperma sehingga tidak bisa membuahi sel telur. IUD tembaga bisa bertahan hingga 12 tahun tanpa perlu diganti. Karena tidak mengandung hormon, jenis ini tidak dikaitkan dengan risiko depresi.

Jenis lainnya adalah IUD hormonal. Berbeda dengan IUD tembaga, alat ini melepaskan hormon sintetis bernama progestin. Hormon tersebut membuat lendir di leher rahim lebih tebal sehingga sperma sulit menembus masuk. Lama penggunaannya bervariasi, tergantung merek, biasanya antara 3 hingga 7 tahun. Namun, karena bekerja dengan sistem hormon, beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan kaitan dengan perubahan suasana hati dan risiko depresi pada sebagian pengguna.

2. Hubungan antara IUD dengan depresi

Studi yang dilakukan di Swedia yang melibatkan 700 ribu partisipan selama tujuh tahun menemukan bahwa penggunaan IUD hormon dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 57 persen. Risiko ini lebih tinggi pada remaja dan perempuan yang baru pertama kali menggunakan kontrasepsi hormonal (International Journal of Psychophysiology, 2023).

Studi lain yang melibatkan lebih dari satu juta partisipan menemukan hubungan antara berbagai kontrasepsi hormonal (termasuk IUD, patch, cincin) dengan peningkatan risiko depresi. Sekitar 2,2 persen pengguna kontrasepsi hormonal mulai memakai antidepresan dalam satu tahun, dibanding 1,7 persen yang tidak menggunakannya (JAMA Psychiatry, 2016)

Studi tahun 2020 menyarankan pemantauan berkala terhadap pengguna kontrasepsi hormonal karena kadar hormon dalam tubuh bisa berubah seiring usia. Mereka juga menekankan perlunya dokter memberikan informasi tertulis tentang risiko depresi atau perubahan mood pada pasien IUD hormonal (Frontiers in Psychiatry, 2020).

3. Efek samping lain IUD hormonal

Alat kontrasepsi IUD atau AKDR.
ilustrasi IUD (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Selain kemungkinan kaitan dengan depresi, IUD juga bisa menimbulkan efek samping fisik, mulai dari ringan hingga serius. Beberapa yang umum terjadi antara lain:

  • Rasa sakit tajam saat pemasangan.
  • Kram perut atau nyeri punggung bawah selama beberapa hari.
  • Menstruasi tidak teratur, bercak di luar siklus, atau haid lebih deras disertai kram lebih parah.

Biasanya, obat pereda nyeri yang dijual bebas cukup membantu. Namun, jika perdarahan terlalu berat atau kram tidak kunjung hilang, sebaiknya segera periksa ke dokter. Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah amenore (tidak menstruasi), penyakit radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim), serta kista ovarium.

4. Faktor risiko tambahan

Ada beberapa faktor risiko tambahan yang bisa meningkatkan risiko depresi pada pengguna IUD hormonal:

  • Usia remaja: meski jarang memakai IUD, tetapi remaja yang menggunakan IUD hormonal berisiko lebih tinggi mengalami depresi dibanding kelompok usia lain.
  • Pengguna baru kontrasepsi hormonal: risiko depresi bisa lebih tinggi pada mereka yang baru pertama kali memakai kontrasepsi berbasis hormon.
  • Metode kontrasepsi lain: pil KB, implan, suntikan, patch, hingga cincin vagina juga mengandung hormon. Karena dosisnya bisa lebih tinggi, risikonya pun serupa atau bahkan lebih besar.

5. Kapan harus konsultasi ke dokter

Kalau kamu merasa ada perubahan suasana hati setelah pemasangan IUD, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Depresi punya banyak tanda, baik yang jelas maupun tersembunyi.

Tanda yang lebih mudah dikenali:

  • Perasaan sedih, kosong, atau putus asa yang berlangsung lama.
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang dulu menyenangkan.
  • Rasa cemas, mudah marah, frustrasi, atau terus-menerus merasa khawatir.

Tanda yang sering tidak disadari:

  • Perasaan bersalah berlebihan atau tidak berharga.
  • Perubahan pola makan dan tidur (bisa jadi lebih banyak atau lebih sedikit).
  • Berat badan naik/turun tanpa sengaja.
  • Tubuh sering terasa lelah dan kurang energi.

Kalau kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini setelah memakai IUD, jangan ragu untuk mencari pertolongan medis.

IUD tetap jadi salah satu kontrasepsi paling aman dan efektif. Namun, untuk IUD hormon, penting untuk memahami efek sampingnya, termasuk risiko pada kesehatan mental. Diskusikan dengan dokter mengenai pilihan kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi fisik dan mentalmu.

Referensi

"IUDs and Depression: How Are They Related?" Flo. Diakses pada September 2025.

"Do IUDs Cause Depression? Here's What You Should Know." Healthline. Diakses pada September 2025.

"Is My IUD Making Me Depressed?" Orlando Health. Diakses pada September 2025.

"Did My IUD Trigger My Depression?" PsychCentral. Diakses pada September 2025.

Charlotte Wessel Skovlund et al., “Association of Hormonal Contraception With Depression,” JAMA Psychiatry 73, no. 11 (September 28, 2016): 1154, https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2016.2387.

Elin Stenhammar et al., “Levonorgestrel Intrauterine Device and Depression: A Swedish Register-based Cohort Study,” International Journal of Psychophysiology 193 (August 22, 2023): 112230, https://doi.org/10.1016/j.ijpsycho.2023.08.003.

René Zeiss et al., “Depressive Disorder With Panic Attacks After Replacement of an Intrauterine Device Containing Levonorgestrel: A Case Report,” Frontiers in Psychiatry 11 (August 28, 2020), https://doi.org/10.3389/fpsyt.2020.561685.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apakah Pasang KB IUD Bisa Menyebabkan Depresi?

30 Sep 2025, 22:26 WIBHealth