Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Mengobati RSV pada Bayi, Tak Selalu Butuh Rawat Inap

Orang tua merawat bayi.
ilustrasi orang tua merawat bayi (pexels.com/William Fortunato)
Intinya sih...
  • RSV adalah penyebab umum bronkiolitis dan pneumonia pada bayi.
  • Gejala RSV meliputi hidung berair, demam, dan napas berbunyi siulan (mengi).
  • Tidak semua kasus RSV membutuhkan rawat inap, tergantung pada tingkat keparahan gejala dan faktor risiko bayi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab paling umum dari bronkiolitis dan pneumonia pada bayi. Penyakit ini sering muncul terutama di komunitas, sekolah, dan pusat penitipan anak.

RSV menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, melepaskan percikan droplet yang mengandung virus ke udara atau ke permukaan benda. Droplet ini dapat masuk ke mata, hidung, atau mulut orang di sekitarnya. Virus juga bisa menular melalui sekresi pernapasan yang sudah mengering pada seprai atau benda lain, serta melalui kontak langsung, misalnya saat mencium bayi.

Masa inkubasi RSV, yaitu waktu dari paparan hingga timbulnya gejala, berkisar 4–6 hari.

RSV dapat menginfeksi semua usia, tetapi paling sering terjadi pada bayi usia 2 hingga 8 bulan. Hampir semua anak akan terinfeksi RSV setidaknya sekali sebelum usia 2 tahun, dan infeksi dapat berulang sepanjang hidup.

Bayi yang lahir prematur atau memiliki penyakit paru kronis berisiko lebih tinggi mengalami RSV berat. Pada bayi prematur, infeksi RSV dapat menyebabkan gangguan pernapasan berat hingga pneumonia, yang berpotensi mengancam jiwa. Bayi dengan penyakit jantung bawaan, gangguan paru, atau penyakit neuromuskular juga memiliki risiko lebih besar mengalami komplikasi serius.

Infeksi RSV pada masa bayi tidak hanya berbahaya saat akut, tetapi juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya asma di kemudian hari.

Gejala RSV

Orang yang terinfeksi RSV biasanya mulai menunjukkan gejala dalam waktu 4 hingga 6 hari setelah terpapar. Gejala infeksi RSV umumnya meliputi:

  • Hidung berair.
  • Hidung tersumbat.
  • Nafsu makan menurun.
  • Batuk.
  • Bersin.
  • Demam.
  • Napas berbunyi siulan (mengi).

Gejala ini biasanya muncul bertahap, tidak sekaligus.

Pada bayi yang masih sangat kecil, gejala RSV kadang hanya berupa rewel/gelisah, aktivitas menurun, dan kesulitan bernapas.

Cara mengobati RSV

Penanganan RSV pada bayi akan ditentukan oleh dokter anak, dengan mempertimbangkan:

  • Usia bayi, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat medisnya.
  • Tingkat keparahan penyakit.
  • Toleransi bayi terhadap obat, prosedur, atau terapi tertentu.
  • Perkiraan perjalanan penyakit.
  • Pendapat atau preferensi orang tua.

Tidak ada pengobatan khusus untuk RSV. Obat-obatan seperti steroid maupun antibiotik tidak efektif untuk mengatasi infeksi RSV.

Penggunaan obat antivirus juga tidak direkomendasikan secara rutin. Sebagian besar infeksi RSV akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Namun, pada sebagian orang, terutama bayi dengan faktor risiko tertentu, RSV dapat menyebabkan penyakit yang serius.

Langkah-langkah untuk meredakan gejala

Untuk membuat anak merasa lebih nyaman, lakukan langkah-langkah sederhana seperti saat menangani pilek:

  • Gunakan larutan saline (air garam) dengan penyedotan lembut untuk membantu pernapasan dan memudahkan menyusu/makan.
  • Gunakan humidifier uap dingin untuk membantu mengencerkan lendir sehingga pernapasan lebih lega.
  • Pastikan anak mendapat cukup cairan dengan pemberian makan/minum lebih sering.
  • Pastikan anak terhidrasi dengan baik.

Pada bayi dengan pilek, proses menyusu bisa menjadi lebih lambat. Kadang mereka enggan makan karena kesulitan bernapas.

  • Tidak perlu memberikan tambahan air atau susu formula pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
  • Jika bayi sulit menyusu langsung, ASI dapat diperah dan diberikan melalui cangkir atau botol.
  • Cobalah membersihkan hidung bayi dengan penyedotan lembut sebelum menyusui atau memberi botol.

Untuk demam ringan, dapat diberikan parasetamol atau ibuprofen (hanya untuk bayi di atas 6 bulan). Hindari aspirin serta obat batuk dan pilek pada anak.

Perlu diingat, anak maupun orang dewasa bisa terinfeksi RSV lebih dari sekali. Namun, infeksi ulang biasanya lebih ringan dibanding infeksi pertama.

Kapan harus menemui dokter?

Pemeriksaan anak di posyandu.
ilustrasi pemeriksaan anak di posyandu (ANTARA FOTO/Jessica Wuysang)

Segera hubungi dokter anak jika anak mengalami:

  • Gejala bronkiolitis (dapat mencakup gejala pilek, disertai napas cepat, hidung kembang-kempis dan gerakan kepala naik-turun saat bernapas, suara "grok-grok" berirama saat bernapas, bernapas dengan perut, disertai tarikan di antara tulang rusuk dan/atau di bawah leher, serta napas berbunyi seperti siulan atau mengi).
  • Gejala dehidrasi (kurang dari satu popok basah setiap 8 jam).
  • Henti napas sesaat atau kesulitan bernapas.
  • Kulit, bibir, atau kuku tampak pucat, abu-abu, atau kebiruan (tergantung warna kulit).
  • Aktivitas dan kewaspadaan berkurang secara signifikan.

Beberapa anak dengan RSV lebih rentan mengalami infeksi bakteri, misalnya infeksi telinga. Hubungi dokter jika anak mengalami:

  • Gejala yang memburuk atau tidak membaik setelah 7 hari.
  • Demam (suhu rektal ≥ 38 derajat Celcius) pada bayi berusia di bawah 3 bulan.
  • Demam yang berulang kali naik di atas 40 derajat Celcius pada anak usia berapa pun.
  • Tidur terganggu atau sangat rewel, nyeri dada, sering menarik telinga, atau keluar cairan dari telinga.

Infeksi RSV tidak selalu membutuhkan rawat inap

Sebagian besar kasus RSV pada bayi dan anak sehat bersifat ringan hingga sedang, mirip pilek atau bronkiolitis ringan, dan dapat ditangani di rumah dengan perawatan suportif. Namun, rawat inap diperlukan bila bayi menunjukkan tanda-tanda penyakit berat atau memiliki faktor risiko tertentu.

Bayi biasanya dirawat di rumah sakit jika:

  • Mengalami kesulitan bernapas (napas cepat, retraksi, hidung kembang-kempis, atau henti napas sesaat).
  • Kadar oksigen rendah (hipoksemia).
  • Tidak mampu makan atau minum dengan cukup, sehingga berisiko dehidrasi.
  • Terlihat sangat lemah, lesu, atau tidak responsif.
  • Usia sangat muda (terutama di bawah 12 minggu).
  • Memiliki faktor risiko: lahir prematur, penyakit jantung bawaan, penyakit paru kronis, atau gangguan sistem imun.

Penanganan RSV dapat mencakup:

  • Oksigen tambahan untuk membantu pernapasan.
  • Cairan intravena (infus) untuk mencegah dehidrasi.
  • Pemberian makan melalui selang (jika bayi kesulitan mengisap atau menyusu).
  • Obat bronkodilator untuk membantu membuka saluran napas.
  • Obat antivirus (diberikan pada bayi yang sangat sakit atau memiliki risiko tinggi).

Sebagian besar bayi dengan RSV tidak perlu rawat inap dan bisa pulih di rumah. Tetapi, bayi dengan gejala berat atau faktor risiko tertentu harus segera dibawa ke dokter atau rumah sakit untuk pemantauan dan perawatan lebih lanjut.

Referensi

"Respiratory Syncytial Virus (RSV)" Children's Hospital of Philadelphia. Diakses November 2025.

"RSV: When It's More Than Just a Cold." American Academy of Pediatrics. Diakses November 2025.

"Symptoms and Care of RSV." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Pakai Bra Setiap Hari Berbahaya buat Payudara? Ini Kata Dokter

02 Nov 2025, 17:04 WIBHealth