Collagenous Colitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan

Collagenous colitis atau kolitis kolagenus adalah jenis peradangan yang ditandai dengan penebalan kolagen dan memengaruhi bagian bawah lapisan usus besar. Kondisi ini merupakan subtipe kolitis mikroskopis, yang mana penyebab peradangan hanya dapat diamati lewat mikroskop.
Gejala kolitis kolagenus bisa datang dan pergi. Ini juga tergantung pada tingkat keparahannya. Kolitis kolagenus merupakan kondisi langka, diperkirakan menjangkit 42 dari setiap 100.000 orang dewasa di atas usia 50 tahun. Kondisi ini tampaknya lebih sering memengaruhi perempuan ketimbang laki-laki. Usia yang sering terdampak biasanya lebih tua, yakni sekitar 50 tahun ke atas.
1. Gejala

Gejala yang paling umum ditunjukkan oleh penderitanya adalah:
- Kram perut.
- Sakit perut.
- Diare kronis yang dapat muncul dan hilang dalam kurun beberapa minggu, bulan, bahkan tahun.
Di samping itu, gejala lainnya yang mungkin terjadi termasuk:
- Mual atau muntah.
- Perut kembung terasa seperti banyak gas di dalamnya.
- Merasa lelah.
- Anemia.
- Dehidrasi.
- Penurunan berat badan.
- Inkontinensia alvi, ketidakmampuan mengendalikan buang air besar.
2. Penyebab dan faktor risiko

Penyebab pasti kolitis kolagenus masih dicari tahu. Dilansir Healthline, kemungkinan ini berkaitan dengan masalah genetik dan kondisi autoimun.
Beberapa penyebab potensial yang diduga berkaitan dengan kolitis kolagenus dapat meliputi:
- Kelainan genetik.
- Kondisi autoimun seperti penyakit Crohn, penyakit celiac, penyakit Graves, penyakit Hashimoto, psoriasis, dan artritis reumatoid.
- Infeksi oleh jamur, bakteri, atau virus tertentu.
- Pola hidup yang tidak sehat, misalnya merokok.
Perlu dipahami bahwa kolitis kolagenus bukan kondisi menular. Kasus penyebaran penyakit ini dari orang ke orang sangat jarang ditemukan.
Studi dalam jurnal Gastroenterology and Hepatology tahun 2017 memaparkan, orang-orang dari segala jenis usia memiliki risiko yang sama untuk mengembangkan kolitis kolagenus. Namun, ada beberapa kelompok yang memiliki risiko yang lebih tinggi, seperti:
- Usia lebih dari 50 tahun.
- Jenis kelamin perempuan.
- Memiliki kondisi autoimun.
- Memiliki riwayat kesehatan keluarga terkait kolitis kolagenus.
- Mengembangkan kebiasan merokok.
3. Diagnosis

Dokter yang umumnya menegakkan diagnosis kolitis kolagenus adalah spesialis gastroenterologi. Pemeriksaan awalnya biasanya berupa pemeriksaan fisik, kemudian beralih ke evaluasi tentang riwayat kesehatan pasien, pola hidup, serta peninjauan masalah genetik.
Dilansir National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, biopsi dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Selain itu, bisa juga dilakukan prosedur endoskopi yang terdiri dari kolonoskopi atau sigmoidoskopi. Setelah sampel jaringan diambil, ahli patologi akan memeriksanya di bawah mikroskop.
Tes tambahan yang mungkin diperlukan bisa berupa tes darah, tes tinja, CT scan, atau MRI.
4. Perawatan

Dalam kebanyakan kasus, kolitis kolagenus mudah dikontrol setelah mendapat pengobatan. Tidak jarang juga kondisi ini bisa sembuh sendiri tanpa intervensi medis intensif.
Terdapat beberapa pilihan perawatan yang mungkin disarankan dokter, seperti:
- Obat antidiare, misalnya loperamide, diphenoxylate, atau bismuth subsalicylate.
- Obat radang usus, misalnya mesalamine.
- Pemberian antibiotik.
- Pemberian suplemen serat untuk mengatasi masalah pencernaan, salah satunya psyllium metamucil.
- Terapi imunomodulator apabila gejala tidak kunjung membaik.
- Prosedur operasi apabila kolitis kolagen berkembang menjadi masalah medis parah.
Melakukan perubahan gaya hidup lebih sehat juga dapat membantu mengelola gejala. Ini dapat dimulai dengan rajin berolahraga, berhenti merokok, mempertahankan berat badan ideal, serta menjaga tubuh agar tetap terhidrasi.
5. Komplikasi yang dapat terjadi

Mengutip Better Health Channel, beberapa komplikasi yang dapat terjadi apabila kolitis kolagenus tidak diobati antara lain:
- Dehidrasi.
- Malabsorpsi nutrisi makanan.
- Malnutrisi.
- Penurunan berat badan.
Sejauh ini belum ada cara untuk mencegah kolitis kolagenus. Namun, mengikuti perubahan pola makan dan pengobatan yang direkomendasikan dokter dapat mengurangi kemungkinan mengalami kekambuhan.
Apabila saat ini kamu sedang dalam proses pemulihan dari kolitis kolagenus, melakukan perubahan pola makan akan sangat membantu meredakan gejala dan menurunkan risiko komplikasi.
Perubahan tersebut antara lain dengan menghindari konsumsi gula buatan, kafein, produk susu (untuk yang intoleransi laktosa), serta makanan yang mengandung gluten. Apabila gejala tidak kunjung mereda, sebaiknya periksakan diri ke dokter.