Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cushing Syndrome, Gangguan Hormon Kortisol dengan Gejala yang Variatif

Ilustrasi Cushing syndrome (unsplash.com/ engin akyurt)
Ilustrasi Cushing syndrome (unsplash.com/ engin akyurt)
Intinya sih...
  • Fakta hormon kortisol yang harus kamu tahuCushing syndrome atau sindroma Cushing merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan gangguan konsentrasi hormon kortisol di dalam tubuh.
  • Penyebab sindroma CushingSindroma Cushing dalam dunia kesehatan ini jarang terjadi, namun diketahui penyakit ini paling umum disebabkan oleh terapi pengobatan oral steroid dalam jangka waktu yang cukup lama pada pasien penderita kanker dan tumor.
  • Memiliki gejala yang bervariatifGejala sindroma Cushing sulit dikenali karena cukup beragam gejalanya, antara lain: Jerawat, kecemasan, perubahan perilaku, tulang keropos (osteoporosis), depresi, diabetes dan

Hormon merupakan salah satu komponen paling penting di dalam tubuh manusia. Dilansir dari Clevealand Clinic, hormon adalah bahan kimia yang mengoordinasikan berbagai fungsi dalam tubuh dengan membawa pesan ke seluruh organ tubuh seperti kulit, otot, dan jaringan lainnya. 

Para ilmuwan telah mengidentifikasi ada lebih dari 50 jenis hormon pada manusia, yang tiap jenisnya memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Ketidakseimbangan satu hormon dalam tubuh saja bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalah gangguan sindroma Cushing  yang disebabkan oleh hormon kortisol dalam tubuh yang terlalu tinggi. 

Bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Fakta hormon kortisol yang harus kamu tahu

Ilustrasi dokter (unsplash.com/ Fransisco Venanico)
Ilustrasi dokter (unsplash.com/ Fransisco Venanico)

Cushing syndrome atau sindroma Cushing merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan gangguan konsentrasi hormon kortisol di dalam tubuh. Hormon kortisol yang jumlahnya mengalami peningkatan dengan jumlah yang tidak normal dalam jangka waktu yang lama atau pada kondisi medis di sebut hiperkortisolemia.

 Hormon ini di produksi tubuh oleh kelenjar adrenal yang terletak pada organ ginjal manusia. Hormon kortisol dikenal juga dengan 'hormon stres' karena hormon ini memegang peranan penting untuk merespon stres.

2. Penyebab sindroma Cushing

Ilustrasi terapi obat (unsplash.com/ Mufid Majnun)
Ilustrasi terapi obat (unsplash.com/ Mufid Majnun)

Sindroma Cushing dalam dunia kesehatan ini jarang terjadi, namun diketahui penyakit ini paling umum disebabkan oleh terapi pengobatan oral steroid dalam jangka waktu yang cukup lama pada pasien penderita kanker dan tumor. Dilansir Endocrine Society, sindroma Cushing memengaruhi 10 sampai 15 orang per juta setiap tahun. Ini lebih sering terjadi pada wanita dan paling sering terjadi pada orang berusia antara 20 dan 50 tahun.

 Ada dua jenis sindroma Cushing yaitu eksogen (disebabkan oleh faktor di luar tubuh) dan endogen (disebabkan oleh faktor di dalam tubuh). Gejala dari keduanya sama, yang membedakan adalah penyebabnya.

3. Memiliki gejala yang bervariatif

illustrasi sakit (unsplash.com/ Winel Sutanto
illustrasi sakit (unsplash.com/ Winel Sutanto



Gejala sindroma Cushing sulit dikenali karena cukup beragam gejalanya, antara lain: 

  • Jerawat 

  • Kecemasan 

  • Perubahan perilaku dan/ atau lekas marah 

  • Tulang keropos (osteoporosis)

  •  Depresi 

  • Diabetes dan intoleransi glukosa 

  • Kulit mudah memar

  •  Disfungsi ereksi 

  • Pertumbuhan rambut yang berlebihan (wajah, leher, dada, perut, paha) 

  • Kelelahan 

  • Timbunan lemak terutama di bagin perut, pangkal leher, bahu, wajah 

  •  Sakit kepala 

  • Hipertensi  

  • Perut besar dengan lengan dan kaki kurus 

  • Masalah menstruasi (amenore) 

  • Kelemahan otot, terutama di kaki

  • Wajah membulat 

  • Penambahan berat badan

Namun, memiliki salah satu dari gejala-gejala tersebut tidak berarti menderita sindroma Cushing. Ini terjadi jika seseorang dengan penyakit tertentu dan diharuskan mengonsumsi obat steroid, seperti penykit tumor. Dalam kasus tersebut, kadar kortisol tinggi dan  yang tidak terkontrol bisa merusak sistem tubuh. Kondisi ini tidak boleh disepelekan dan harus segera ditangani.

4. Diagnosis sindroma Cushing

Ilustrasi pemeriksaan laboratorium (unsplash.com/ National Cancer Institute)
Ilustrasi pemeriksaan laboratorium (unsplash.com/ National Cancer Institute)

Diagnosis sindroma Cushing didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Dokter mungkin bertanya apakah pasien sedang mengonsumsi obat glukokortikoid atau terapi lainnya. 

 Dokter biasanya menggunakan sampel dari  urin, air liur, atau tes darah untuk mendiagnosis sindroma Cushing.  Jenis pemeriksaannya antara lain:

  • Tes kortisol bebas urin 24 jam: Dalam tes ini, urin yang dikeluarkan tubuh dalam waktu 24 jam akan ditampung. Selanjutnya, urin yang sudah tertampung akan di periksa  di laboratorium untuk menguji kadar kortisol. Tingkat kortisol yang lebih tinggi dari normal menunjukkan sindroma Cushing.

  •  Tes kortisol saliva malam hari:  Tes ini untuk mengukur jumlah kortisol dalam air liur di malam hari. Biasanya, produksi kortisol turun setelah kita tertidur. Pada sindroma Cushing, kadar kortisol tidak mengalami penurunan. 

  •  Tes supresi deksametason dosis rendah: Dalam tes ini, pasien akan diminta dokter untuk mengonsumsi deksametason dosis rendah, sejenis glukokortikoid, biasanya sekitar pukul 23:00. Selanjutnya akan dilakukan tes darah di pagi harinya.Biasanya, kadar kortisol dalam darah turun setelah mengonsumsi deksametason. Kadar kortisol yang tidak turun menunjukkan sindroma Cushing.

5. Apakah sindroma Cushing bisa dicegah?

Ilustrasi medical check up (unaplash.com/ Accuray)
Ilustrasi medical check up (unaplash.com/ Accuray)

Tubuh memang dasarnya membutuhkan kortisol yang berfungsi untuk mengatur pernapasan, mengubah makanan menjadi energi, mengatur gula darah, serta membantu mengatasi stres. Kortisol sebenarnya bukanlah musuh bagi tubuh, tetapi jika jumlahnya sangat tinggi bisa menimbulkan sindroma Cushing.

 Jika menggunakan glukokortikoid atau steroid dalam terapi, baiknya rajin untuk berkonsultasi dengan dokter agar tetap memantau hormon kortisol. Cara untuk mencegahnya yakni tetap menerapkan pola hidup sehat, cermat dalam mengonsumsi obat-obatan dan tidak boleh asal, tanpa resep dari dokter.

Itulah informasi tentang Cushing syndrome, meskipun kasus tersebut jarang ditemui, namun kita harus tetap waspada. Selain pola hidup sehat kita juga harus melakukan cek kesehatan rutin ke fasilitas kesehatan agar bisa mencegah sejak dini.

Referensi:

  • Cleveland Clinic. (n.d.). Hormones. Diakses Juni 2025.

  • Endocrine Society. (n.d.). Cushing’s syndrome and Cushing disease. Diakses Juni 2025.

  • Westchester Health. (n.d.). As a woman, am I at risk of Cushing’s disease?. Diakses Juni 2025.

  • National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (n.d.). Cushing’s syndrome: Diagnosis. Diakses Juni 2025.

  • Cleveland Clinic. (n.d.). Cushing’s syndrome. Diakses Juni 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us