- Menggunakan kekerasan dengan tujuan membangun sikap dominasi dalam sebuah hubungan
- Merendahkan seseorang di hadapan orang lain
- Memperlakukan atau menghukum seseorang di bawah kekuasaannya dengan kejam
- Merasa senang dan puas saat melakukan perbuatan kasar atau keji baik secara fisik maupun emosional
- Berbohong dengan tujuan untuk melukai orang lain
- Mengintimidasi atau meneror orang lain untuk mendapatkan apa yang diiinginkan
- Membatasi kebebasan atau aktivitas seseorang yang sudah dikenal dengan baik
- Menunjukkan ketertarikan terhadap senjata dan kekerasan
Jangan Asal Sebut, Ketahui Istilah 'Sadis' Menurut Ilmu Psikiatri

Sering kali kita dengan mudahnya mengucap kata "sadis" saat menanggapi sebuah pembicaraan atau berita tanpa tahu makna sebenarnya dari kata tersebut.
Kata sadis umumnya digunakan di lingkungan psikiatri, psikologi, dan forensik untuk mendeskripsikan perilaku keji dan tidak berperikemanusiaan. Meskipun demikian, diagnosis untuk orang yang berperilaku sadis tidak tercantum di dalam buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, tidak perlu cemas karena mereka yang punya gangguan kepribadian ini tetap bisa mendapatkan bimbingan konseling.
Lalu, apa ciri-ciri dari seseorang yang memiliki gangguan kepribadian sadistik dan bagaimana cara menanganinya?
1. Istilah sadis dalam ilmu penyakit kejiwaan

Richard Freiherr von Krafft-Ebing adalah seorang psikiater yang pertama kali mengenalkan istilah sadis di dunia psikiatri. Pada waktu itu, istilah sadis dipakai untuk mendeskripsikan kepuasan dalam melakukan hubungan seksual dengan cara melukai dan membuat pasangan kesakitan.
Sigmund Freud kemudian menjelaskan bahwa perilaku sadis terbagi menjadi dua, yaitu perilaku sadis yang berkaitan dengan hubungan seksual dan perilaku sadis dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut keterangan dalam Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law, pembedaan perilaku sadis ini didukung oleh peneliti lainnya karena orang yang melakukan tindakan sadis di dalam hubungan seksual umumnya tidak melakukan perbuatan yang sadis kepada orang lain di luar aktivitas seksual.
2. Diagnosis untuk orang yang menunjukkan perilaku sadis pernah diajukan di dalam DSM-III

Diagnosis untuk orang yang berperilaku sadis pernah diajukan dalam panduan DSM-III. Namun, gangguan kepribadian ini hanya dicantumkan di bagian Apendiks di dalam DSM-III dengan judul "Proposed Diagnostic Categories Needing Further Studies".
Untuk dapat dibilang memiliki gangguan kepribadian sadistik atau sadistic personality disorder, seseorang perlu menunjukkan minimum empat dari perilaku di bawah ini. Kemudian, perilaku tersebut tidak hanya ditunjukkan kepada satu orang saja dan tidak berkaitan dengan hal seksual:
Keputusan untuk tidak mencantumkan gangguan kepribadian sadistik di dalam buku panduan DSM-IV-TR dan DSM-V didasari beberapa pertimbangan, yaitu:
- Mayoritas orang yang memiliki gangguan kepribadian ini adalah laki-laki. Hal ini ditakutkan akan menjadi bias gender dalam proses diagnosis
- Kurangnya data dan penelitian dari pakar peneliti, dosen, dan psikolog
- Memiliki kemiripan dengan penyakit gangguan kepribadian yang lain, contohnya gangguan kepribadian antisosial
3. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan kepribadian sadistik dimotivasi oleh rasa puas

Mengutip ScienceDaily, seseorang dengan riwayat perilaku sadisme dan agresif menunjukkan rasa senang dan puas saat melakukan tindakan yang membahayakan orang lain.
Sebuah laporan disertasi berjudul "The pleasures of hurting others: behavioral evidence for everyday sadism" dari University of British Columbia tahun 2012 menyebutkan, sikap mendominasi yang ditunjukkan oleh seseorang yang berperilaku sadistik merupakan cara mereka untuk membuat orang lain menjadi sengsara atau menderita.
4. Subtipe perilaku sadistik

Menurut Theodore Millon, psikolog asal Amerika Serikat yang dikenal lewat kerjanya dalam meneliti gangguan kepribadian, ada empat subtipe yang dapat dimiliki atau ditunjukkan oleh orang yang berperilaku sadistik, yaitu:
- Tyrannical sadist: melakukan kekerasan kepada orang lain sehingga orang tersebut menjadi ketakutan dan tunduk; menggunakan kata-kata kasar dan menuduh; menunjukkan perilaku kejam, tidak ramah, dan pemarah
- Spineless sadist: mempunyai kepribadian tidak percaya diri, pecundang, dan tidak jujur; menggunakan kekerasan untuk meninggalkan kesan bahwa mereka tidak takut; mengambinghitamkan orang lain; melakukan kekerasan dan hal yang buruk dengan harapan untuk mengatasi ketakutan atau kecemasan (counterphobic)
- Explosive sadist: menunjukkan perilaku kekerasan yang sulit untuk diprediksi; mudah marah dan balas dendam terutama saat merasa frustrasi dan putus asa
- Enforcing sadist: kelompok yang masuk di dalam kategori ini umumnya memiliki kuasa atau jabatan; merasa memiliki hak untuk menghukum
5. Bagaimana cara menangani orang yang memiliki gangguan kepribadian sadistik?

Mengutip MedicineNet, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian sadistik membutuhkan konseling dan terapi untuk memodifikasi perilakunya. Kesuksesan terapi akan bergantung pada kepatuhan pasien dalam mengikuti program konseling dan terapi.
Psikolog atau psikiater akan menggunakan tes seperti Short Sadistic Impulse Scale (SSIS), Varieties of Sadistic Tendencies (VST), dan Assessment of Sadistic Personality (ASP) untuk memastikan apakah seseorang memiliki gangguan perilaku sadistik.
Seseorang dengan gangguan kepribadian sadistik membutuhkan bimbingan konseling dari psikolog atau psikiater untuk dapat mengubah sikap, pemikiran, dan perilakunya.
Itulah pengertian sadis dalam konteks psikiatri, yang merujuk pada gangguan kepribadian sadistik. Jadi, gunakan istilah sadis dengan bijak, ya.