Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Siklus Haid Berantakan? Waspadai Gejala Polip Endometrium

ilustrasi anatomi polip di dalam rahim.
ilustrasi polip rahim (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)
Intinya sih...
  • Gejala paling umum pada polip endometrium atau polip rahim adalah perdarahan yang tidak biasa.
  • Polip endometrium terkadang bisa membuat proses hamil menjadi lebih sulit, baik saat sperma berusaha membuahi sel telur maupun ketika embrio berusaha menempel di dinding rahim.
  • Walaupun tidak terlalu sering, tetapi beberapa orang bisa merasakan nyeri akibat polip endometrium.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Polip endometrium, atau disebut juga polip rahim, adalah jaringan lunak kecil yang tumbuh di bagian dalam rahim. Pertumbuhannya berasal dari lapisan dinding rahim yang disebut endometrium. Ukurannya bisa sangat bervariasi, mulai sekecil biji wijen hingga sebesar bola golf. Ada yang hanya memiliki satu polip, tetapi ada juga yang bisa memiliki beberapa polip sekaligus.

Sebagian besar polip rahim bersifat jinak, bukan kanker. Bahkan, banyak perempuan yang tidak sadar memilikinya karena sering kali polip tidak menimbulkan gejala. Pada kondisi tertentu, dokter mungkin tidak langsung merekomendasikan pengobatan. Namun, bila polip menimbulkan masalah, ada berbagai cara medis untuk mendeteksi sekaligus mengangkatnya.

Penyebab terbentuknya polip endometrium hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun, diduga berkaitan erat dengan perubahan kadar hormon, khususnya estrogen. Setiap bulan, hormon estrogen berperan dalam menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan kehamilan. Polip terbentuk ketika pertumbuhan lapisan endometrium ini berlebihan pada titik tertentu, lalu berkembang menjadi jaringan menonjol.

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki polip endometrium, yang meliputi:

  • Usia: Polip lebih sering muncul pada perempuan usia 40–50 tahun, terutama menjelang atau saat menopause, ketika kadar hormon mengalami fluktuasi besar.
  • Obesitas: Kelebihan berat badan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, yang berperan dalam pembentukan polip.
  • Tekanan darah tinggi: Kondisi ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko polip.
  • Penggunaan obat tamoxifen: Obat kanker payudara ini diketahui memiliki efek samping pada endometrium dan bisa memicu terbentuknya polip.

Meski sebagian besar jinak, dalam kasus yang jarang, polip rahim dapat berubah menjadi prakanker atau kanker. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala polip endometrium sejak dini.

1. Pendarahan yang tidak biasa

Gejala paling umum pada polip endometrium adalah perdarahan yang tidak biasa. Diperkirakan sekitar 68 persen orang dengan polip endometrium akan mengalami kondisi ini.

Perdarahan tidak normal akibat polip endometrium bisa tampak sebagai:

  • Perdarahan di luar siklus haid.
  • Bercak darah ringan atau flek di antara periode haid.
  • Volume darah haid yang lebih banyak dari biasanya.
  • Durasi haid yang lebih lama dari siklus normal.
  • Haid atau perdarahan yang datang pada waktu yang berbeda dari biasanya.

2. Pendarahan setelah menopause

Pada banyak kasus, polip endometrium bisa memicu perdarahan yang tidak biasa pada usia berapa pun. Namun, ini lebih sering terjadi pada perempuan yang sudah melewati masa menopause atau perimenopause (masa transisi menuju menopause). Polip ini paling sering muncul pada rentang usia 40–49 tahun, kemungkinan besar dipicu oleh fluktuasi hormon.

Jika kamu mengalami perdarahan setelah menopause, segera temui dokter. Meskipun polip endometrium jarang bersifat ganas, tetapi dokter mungkin menyarankan biopsi untuk memastikan tidak ada sel kanker dalam polip tersebut.

3. Sulit hamil

Seorang perempuan memandang alat testpack dengan raut wajah terlihat sedih.
ilustrasi sulit hamil (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Polip endometrium terkadang bisa membuat proses hamil menjadi lebih sulit, baik saat sperma berusaha membuahi sel telur maupun ketika embrio berusaha menempel di dinding rahim. Para ahli belum sepenuhnya memahami penyebabnya, tetapi keberadaan polip di dalam rahim dapat mengganggu implantasi embrio.

Polip ini juga mungkin menghalangi sperma masuk ke rahim dan memicu peradangan, yang makin menyulitkan sel telur yang sudah dibuahi untuk bertahan dan menempel.

Jika kamu kesulitan hamil karena polip endometrium, dokter biasanya akan menyarankan polipektomi histeroskopik, prosedur minimal invasif untuk mengangkat polip dari rahim.

4. Nyeri

Walaupun tidak terlalu sering, tetapi beberapa orang bisa merasakan nyeri akibat polip endometrium. Biasanya rasa sakitnya muncul di area perut atau panggul—di bawah pusar, tempat rahim, kandung kemih, dan organ reproduksi berada.

Sensasinya nyerinya bisa terasa tumpul atau seperti kram menstruasi.

5. Gejala polip endometrium kronis

Polip endometrium pada umumnya tidak bertahan lama, tetapi terkadang bisa muncul kembali setelah diangkat. Saat bersifat kronis, gejalanya sama seperti polip biasa, yakni perdarahan yang tidak normal atau sulit hamil.

Jika polip masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan, ini sering kali bisa hilang sendiri. Banyak dokter memilih untuk memantau polip tanpa langsung melakukan tindakan jika kamu tidak merasa terganggu. Namun, dalam beberapa kasus, terutama saat kamu sulit hamil atau mempertahankan kehamilan, dokter akan merekomendasikan polipektomi histeroskopik, yakni prosedur minimal invasif untuk mengangkat polip.

Terapi hormonal juga bisa menjadi pilihan. Progesteron oral atau pil kontrasepsi yang mengandung hormon umum dipakai untuk menekan pertumbuhan polip.

Kabar baiknya, sebagian besar polip endometrium tidak kambuh setelah diobati. Cuma sekitar 2,5-3,7 persen kasus yang kambuh.

Polip endometrium adalah kondisi umum pada perempuan dan sering tidak menimbulkan gejala, dan jarang bersifat kanker. Sebaiknya segera buat janji temu dengan dokter kandungan jika kamu mengalami pendarahan vagina setelah menopause, pendarahan di antara periode menstruasi, dan menstruasi yang tidak teratur, terutama jika kamu sulit untuk hamil.

Referensi

"Uterine Polyps." Mayo Clinic. Diakses September 2025.

"Uterine Polyps." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

"Abnormal Uterine Bleeding." American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Diakses September 2025.

Njume Peter Nijkang et al., “Endometrial Polyps: Pathogenesis, Sequelae and Treatment,” SAGE Open Medicine 7 (January 1, 2019), https://doi.org/10.1177/2050312119848247.

Trina Mansour and Yuvraj S. Chowdhury, “Endometrial Polyp,” StatPearls - NCBI Bookshelf, April 25, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557824/.

Njume Peter Nijkang et al., “Endometrial Polyps: Pathogenesis, Sequelae and Treatment,” SAGE Open Medicine 7 (January 1, 2019), https://doi.org/10.1177/2050312119848247.

Kit-Sum Mak et al., “Clinical Outcomes in Women With Endometrial Polyps Underwent Conservative Management,” Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology 62, no. 4 (July 1, 2023): 553–58, https://doi.org/10.1016/j.tjog.2022.08.022.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

22 Penyebab Kram Perut tetapi Tidak Sedang Haid

17 Sep 2025, 09:36 WIBHealth