Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Injeksi Jangka Panjang Pertama untuk HIV yang Disetujui FDA

ilustrasi suntikan cabenuva (freepik.com/jcomp)
ilustrasi suntikan cabenuva (freepik.com/jcomp)

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga akan membuat pengidapnya rentan terjangkit berbagai penyakit. HIV tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan pengobatan yang tepat. Selama ini, pengobatan utama HIV adalah terapi antiretroviral (ARV) berupa pil yang biasanya harus dikonsumsi setiap hari.

Belum lama ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui pengobatan HIV suntik jangka panjang pertama dengan merek dagang Cabenuva yang mengandung cabotegravir dan rilpivirine.

Cabotegravir dan rilpivirine adalah obat antivirus yang mencegah HIV berkembang. Terapi suntik yang diberikan sebulan sekali ini bisa menjadi alternatif baru untuk mempertahankan penekanan virus. Kabar baik!

1. Cabenuva adalah rejimen injeksi lengkap pertama yang disetujui FDA untuk HIV

ilustrasi Cabenuva (poz.com)
ilustrasi Cabenuva (poz.com)

Berdasarkan Laporan Perkembangan HIV AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual Triwulan I Tahun 2021 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), tedapat sekitar 7.650 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang tercatat di Indonesia. Diperkirakan, 71,3 persen ODHA berada di kelompok usia 25 sampai 49 tahun dan sekitar 69 persen pengidapnya adalah laki-laki.

FDA telah menyetujui pengobatan suntik jangka panjang untuk pengobatan HIV. Suspesi injeksi jangka panjang ini hadir dengan merek dagang Cabenuva, yang mengandung cabotegravir dari golongan integrase strand transfer inhibitor (INSTI) dan rilpivirine dari golongan nonnucleoside reverse transcriptase (NNRTI). Suntikan ini merupakan rejimen injeksi lengkap pertama yang disetujui FDA untuk orang dewasa yang terinfeksi HIV-1 dengan pemberian sebulan sekali.

Suntikan ini dapat menggantikan pil harian untuk HIV yang umumnya diperlukan untuk mengelola kondisi pasien. Namun, penggunaannya hanya diperbolehkan untuk pengidap yang telah mencapai viral load HIV plasma kurang dari 50 kopi per mililiter. Tingkat tersebut menunjukkan virus yang sudah terkendali.

2. Suntikan jangka panjang ini dianggap sebagai kemajuan penting dalam pengobatan HIV

ilustrasi Cabenuva (aumag.org)
ilustrasi Cabenuva (aumag.org)

Obat harian untuk HIV harus dikonsumsi secara rutin, tetapi mungkin tak sedikit pasien yang kesulitan untuk patuh pada dosis. Selain lupa atau melewatkan dosis, bukan tak mungkin orang dengan HIV kehabisan obat.

Karenanya, disetujuinya suntikan untuk HIV ini dianggap sebagai kemajuan penting dalam pengobatan infeksi HIV. Sebab, rejimen suntik ini memiliki dosis yang lebih jarang dan akan mempermudah orang dengan HIV dalam mempertahankan viral load yang rendah, mengutip Everydah Health.

Bersamaan dengan Cabenuva, FDA juga telah menyetujui vocabria (formulasi tablet cabotegravir) yang harus dikonsumsi dengan rilpivirine oral (Edurant) selama satu bulan sebelum memulai pengobatan dengan Cabenuva. Hal ini penting dilakukan guna memastikan obat dapat ditoleransi dengan baik sebelum beralih ke formulasi injeksi yang diperpanjang.

3. Informasi dosis yang disarankan

ilustrasi injeksi Cabenuva (freepik.com/jcomp)
ilustrasi injeksi Cabenuva (freepik.com/jcomp)

Dilansir Drugs, dosis Cabenuva untuk orang dewasa dengan HIV dapat mencakup:

Injeksi Inisiasi:

  • Cabotegravir: 600 mg IM sekali sebagai dosis tunggal
  • Rilpivirine: 900 mg IM sekali sebagai dosis tunggal

Suntikan lanjutan:

  • Cabotegravir: 400 mg IM sebulan sekali
  • Rilpivirine: 600 mg IM sebulan sekali

Kepatuhan terhadap jadwal dosis injeksi bulanan harus sangat diperhatikan. Seandainya suntikan bulanan terlewat atau tertunda lebih dari 7 hari dan terapi oral belum dilakukan untuk sementara, FDA menyebut bahwa pasien tersebut harus dinilai ulang secara klinis untuk memastikan dimulainya kembali terapi tetap sesuai.

4. Interaksi obat

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagai obat untuk mengelola HIV, Cabenuva tidak boleh digunakan bersama dengan obat HIV lainnya, dikutip Drugs. Sejumlah obat juga dapat memengaruhi eliminasi cabotegravir dan rilpivirine dari tubuh, ini tentunya akan memengaruhi cara kerja Cabenuva. Beberapa obat tersebut mungkin termasuk:

  • Apalutamida
  • Deksametason
  • Enzalutamida
  • Antibiotik tertentu seperti klaritromisin, eritromisin, rifampisin, dan lainnya
  • St. John's wort
  • Obat kejang berupa karbamazepin, oxcarbazepine, fenobarbital, fenitoin, primidon, dan lain-lain
  • Viekira Pak (dasabuvir, ombitasvir, paritaprevir, dan ritonavir)

5. Peringatan penggunaan Cabenuva

Foto hanya ilustrasi. (pexels.com/pixabay)
Foto hanya ilustrasi. (pexels.com/pixabay)

Menurut FDA, segera hentikan cabenuva semisal terjadi:

  • Berkembangnya tanda atau gejala hipersensitivitas
  • Terjadinya reaksi pasca injeksi yang serius dengan rilpivirine
  • Dicurigai terjadi hepatotoksisitas
  • Gangguan depresi

Konsentrasi sisa cabotegravir dan rilpivirine bisa tetap berada dalam sirkulasi sistemik pasien hingga 12 bulan atau lebih. Oleh karena itu, sangat penting untuk memulai rejimen antiretroviral alternatif yang sepenuhnya menekan tidak lebih dari 1 bulan setelah dosis injeksi akhir Cabenuva. Bila dicurigai terdapat kegagalan virologi, rejimen alternatif harus diresepkan sesegera mungkin.

Kehadiran alternatif pengobatan HIV ini tentu adalah kabar baik bagi orang-orang dengan HIV, khususnya mereka yang telah mengalami penekanan virus atau mencapai viral load HIV plasma kurang dari 50 kopi per mililiter.

Sebagian orang dengan HIV mungkin akan kesulitan minum obat HIV setiap hari karena berbagai hal. Dengan beralih ke pengobatan injeksi, pasien jadi mampu memangkas frekuensi mengambil obat dari setiap hari menjadi hanya 12 kali setahun.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Enrico Gary Himawan
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Siapa Saja yang Harus Minum Obat Kolesterol?

09 Sep 2025, 22:37 WIBHealth