Kondisi Jantung yang Namanya Aneh dan Asal Muasalnya

- Kardiomiopati Takotsubo adalah kelemahan otot jantung yang disebabkan oleh stres emosional, menyerupai serangan jantung.
- Penyakit Kawasaki adalah kondisi jantung langka pada anak-anak, yang diyakini disebabkan oleh infeksi dan memiliki gejala seperti bibir memerah dan demam.
- Angina Prinzmetal merupakan kondisi yang ditandai dengan siklus nyeri dada akibat spasme pembuluh darah yang memasok jantung.
Bisa dibilang, jantung adalah organ terpenting tubuh dan karenanya harus dirawat dengan baik. Bahkan ada sedikit masalah pada organ ini bisa menyebabkan implikasi jangka panjang atau berpotensi mengancam jiwa.
Ada banyak kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan jantung. Yang paling sering kamu dengar mungkin adalah serangan jantung dan henti jantung. Terdengar "biasa" ya? Namun, ada juga lho kondisi jantung yang namanya aneh atau mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya.
1. Kardiomiopati takotsubo

Kardiomiopati takotsubo (takotsubo cardiomyopathy), atau yang juga dikenal sebagai broken heart syndrome atau stress cardiomyopathy, pertama kali dideskripsikan di Jepang.
"Takotsubo" adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti "belanga yang digunakan untuk menjebak gurita". Kata ini merujuk pada bentuk jantung pada orang dengan kondisi ini (seperti yang ditunjukkan pada bagian kiri bawah gambar di atas).
Kardiomiopati takotsubo menyebabkan kelemahan otot jantung secara tiba-tiba. Kondisi ini dapat dipicu oleh stres emosional yang signifikan. Kardiomiopati takotsubo dapat menyebabkan nyeri dada dan sesak napas, mirip dengan serangan jantung, tetapi kondisi ini bersifat sementara dan dapat disembuhkan.
2. Cardiac syndrome X
Kondisi jantung yang terdengar seperti judul film fiksi ilmiah ini diberi nama pada tahun 70-an, ketika para ilmuwan bingung mengenai pasien yang menunjukkan gejala seperti angina tanpa penyumbatan atau penyempitan di arteri koroner mereka.
Dua peneliti, Robert Arbogast dan Martial Bourassa, melakukan penelitian terhadap pasien yang mengalami nyeri dada. Satu kelompok pasien menunjukkan tanda-tanda EKG penyakit jantung koroner meskipun memiliki angiogram koroner yang normal. Kelompok ini disebut sebagai Group X dalam penelitian tersebut. Hal ini menyebabkan kondisi jantung tersebut diberi nama cardiac syndrome X, yang sekarang lebih dikenal sebagai angina mikrovaskular (microvascular angina).
3. Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki adalah kondisi jantung yang pertama kali dideskripsikan oleh seorang dokter anak Jepang bernama Tomisaku Kawasaki pada tahun 1960-an.
Ia menemukan masalah pada seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dan tidak dapat membuat diagnosis yang tepat karena tidak ada referensi dalam literatur medis saat itu yang dapat membantunya.
Penyakit Kawasaki adalah kondisi jantung langka yang umumnya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan komplikasi kesehatan yang tidak diinginkan.
Penyakit Kawasaki tetap menjadi penyebab paling umum penyakit jantung yang didapat pada pasien anak-anak, dan Jepang merupakan negara dengan kejadian tertinggi, dengan jumlah kasus yang terus meningkat.
Meskipun penyebab pastinya belum dapat dipastikan, tetapi penyakit ini diyakini disebabkan oleh infeksi.
Beberapa gejala utama penyakit Kawasaki meliputi bibir memerah, demam, bengkak di tangan dan/atau kaki, ruam, mata merah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
4. Angina Prinzmetal
Nama kondisi ini berasal dari nama dokter Amerika, yaitu Myron Prinzmetal, yang menerbitkan karya tentang kondisi tersebut pada tahun 1959.
Juga dikenal sebagai angina varian, angina inversa, atau spasme arteri koroner, angina Prinzmetal adalah kondisi yang ditandai dengan siklus nyeri dada. Nyeri terjadi karena pembuluh darah yang memasok jantung mengalami spasme, mencegah aliran darah normal.
Penanganannya melibatkan obat-obatan, termasuk nitrat dan penghambat saluran kalsium. Kondisi ini lebih umum terjadi pada perempuan.
Ternyata, Prinzmetal juga merupakan salah satu ahli jantung pertama yang meneliti hubungan antara pola makan dan penyakit jantung koroner. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan perkembangan penyakit jantung koroner.
5. Torsades de pointes

Torsades de pointes (TdP) adalah irama jantung abnormal yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jantung mendadak. Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh dokter Prancis, François Dessertenne.
Nama kondisi langka ini berkaitan dengan bentuk gelombang listrik yang dihasilkan jantung pada jejak EKG, yang menunjukkan pola memutar dan menggeliat.
TdP dapat menyebabkan jantung berdebar-debar, pusing, kepala terasa ringan, dan pingsan, dengan risiko kematian jika irama abnormal berlangsung lama. Kondisi ini dapat terjadi bersamaan dengan kondisi lain, seperti long QT syndrome.
Istilah "torsades de pointes" berasal dari bahasa Prancis, dan merupakan bentuk
takikardi ventrikel tipe polimorfik ketika ventrikel berkontraksi antara 200–250 x/menit, dengan kompleks QRS yang bervariasi baik aksis maupun morfologinya, tampak seperti berputar-putar mengitari garis isoelektrik membentuk gambaran seperti kumparan (twisting of points).
Istilah ini digunakan untuk gerakan balet, dan untuk gerakan memutar rambut atau lilitan tali dekoratif pada pakaian, serta motif ornamen yang meniru rambut atau benang yang dipilin, yang terlihat pada kolom arsitektur klasik.
6. Tetralogy of Fallot
Nama tetralogy of Fallot (ToF) berasal dari dokter Prancis, Etienne-Louis Arthur Fallot, yang mendeskripsikannya pada tahun 1888.
ToF adalah kondisi jantung bawaan yang terjadi saat bayi lahir dengan empat cacat struktural jantung, yaitu:
- Stenosis pulmonal: Katup dan/atau arteri pulmonalis menyempit.
- Overriding aorta: Aorta (pembuluh utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh) biasanya berasal dari sisi kiri jantung. Namun, pada TOF, aorta terletak di sisi kanan, yang berarti tubuh menerima campuran darah yang mengandung banyak dan sedikit oksigen.
- Defek septum ventrikel: Lubang di antara dua ventrikel (bilik bawah) jantung.
- Hipertrofi ventrikel kanan: Otot di sisi kanan jantung menebal secara berlebihan.
ToF diperbaiki melalui operasi jantung terbuka segera setelah lahir atau di kemudian hari pada masa bayi, tergantung pada kesehatan dan berat bayi serta tingkat keparahan cacat dan gejala.
Kebanyakan bayi yang menjalani operasi akan sembuh dengan baik. Setelah operasi, mereka akan memerlukan kunjungan tindak lanjut rutin dengan dokter spesialis jantung, bahkan saat mereka sudah dewasa.
7. Sindrom Barlow

Sindrom Barlow dinamai menurut dokter yang mendeskripsikannya pada tahun 1966, yaitu John Brereton Barlow.
Sindrom Barlow adalah penyakit katup jantung yang memengaruhi katup mitral. Orang yang hidup dengan kondisi ini memiliki katup mitral yang satu atau lebih flap-nya gagal menutup dengan benar.
Awalnya disebut sindrom Barlow, kondisi jantung ini diberi nama baru oleh Dr. John Michael Criley, yaitu kolaps katup mitral. Kondisi ini juga dikenal sebagai click-murmur syndrome karena bunyi yang dapat didengar menggunakan stetoskop.
8. Anomali Ebstein
Nama Anomali Ebstein berasal dari Wilhelm Ebstein, seorang dokter Jerman yang pertama kali mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1866.
Anomali Ebstein adalah kelainan jantung bawaan yang mana salah satu katup jantung (katup trikuspid, antara atrium kanan dan ventrikel kanan) tidak terbentuk dengan baik, yang dapat menyebabkan darah bocor ke belakang. Akibatnya, atrium kanan jantung dapat membesar.
Kelainan ini dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan jantung bawaan lainnya, termasuk defek septum atrium.
9. Sindrom Eisenmenger

Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi langka dari kelainan jantung yang dialami sejak lahir (kongenital). Namanya berasal dari Dr. Victor Eisenmenger, yang pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut pada tahun 1897.
Sindrom ini melibatkan kelainan jantung yang menyebabkan terbentuknya lubang di antara dua ruang jantung, yang menyebabkan darah mengalir tidak semestinya di dalam jantung, di saat yang sama disertai hipertensi paru, yaitu peningkatan tekanan darah di pembuluh darah di paru-paru.
Gejala mungkin tidak muncul hingga seseorang berusia remaja atau 20-an, saat sianosis (bibir, jari tangan dan kaki kebiruan) dapat terlihat. Kelelahan dan kesulitan bernapas dapat terjadi, begitu pula palpitasi, pusing, dan nyeri dada.
10. Sindrom Kounis
Sindrom Kounis didefinisikan sebagai gejala kardiovaskular yang terjadi sekunder akibat alergi atau hipersensitivitas. Kondisi ini dianggap langka, tetapi kini lebih umum diidentifikasi sebagai penyebab kejadian koroner akut pada pasien tanpa riwayat penyakit arteri koroner sebelumnya.
Sindrom ini dinamai menurut Profesor Nicholas G Kounis, seorang ahli jantung Yunani, yang menemukan bahwa sindrom ini disebabkan oleh zat kimia, seperti histamin, yang dilepaskan oleh tubuh selama reaksi alergi.
Zat kimia ini menyebabkan arteri yang memasok darah ke jantung mengalami kejang, sehingga membatasi aliran darah dan menyebabkan nyeri dada seperti angina.
Alergi dapat dipicu oleh sengatan lebah atau tawon, atau obat-obatan, dan ada juga beberapa bukti yang menghubungkan sindrom Kounis dengan anestesi umum atau stent.
Pada pasien dengan plak lemak yang ada di arteri koroner, bahkan dapat menyebabkan plak pecah, yang menyebabkan gumpalan dan menyebabkan serangan jantung.
Penanganan melibatkan penggunaan obat-obatan untuk menghentikan respons alergi, seperti kortikosteroid, antihistamin, dan adrenalin, jika perlu. Pengobatan untuk masalah jantung juga akan dilakukan.
Referensi
British Heart Foundation. Diakses pada Juni 2024. 10 heart conditions with strange names and how they got them.
Firstpost. Diakses pada Juni 2024. Six heart diseases with strange names, and what they mean.
Artemis Cardiac Care. Diakses pada Juni 2024. Heart Conditions With Strange Names You Probably Have Never Heard Of.
DeHaan, Laurel L., Charles D. Copeland, dkk. “Age-Dependent Variations in Kawasaki Disease Incidence in Japan.” JAMA Network Open 7, no. 2 (February 6, 2024): e2355001.
KidsHealth. Diakses pada Juni 2024. Tetralogy of Fallot (TOF).
Rodríguez-Ruiz, Christina, Gisela Puig-Carrión, dkk. “Kounis syndrome: A more commonly encountered cause of acute coronary syndrome.” Heart Views 20, no. 3 (1 Januari 2019): 122.