Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Membantu Orang Lain, Rahasia Menjaga Fungsi Otak

ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Perilaku membantu orang lain mampu memperlambat penurunan kognitif pada orang dewasa paruh baya hingga lansia.
  • Manfaat perlindungan kognitifnya bertahan lama, terakumulasi dari keterlibatan yang konsisten.
  • Berhenti membantu orang lain justru mempercepat penurunan kognitif, menegaskan pentingnya menjaga keterlibatan sosial bagi lansia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebuah metaanalisis besar yang dipublikasikan dalam jurnal Social Science & Medicine mengungkap bukti kuat, bahwa perilaku membantu orang lain secara sosial ternyata mampu memperlambat penurunan kognitif pada orang dewasa paruh baya hingga lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh tim dari The University of Texas at Austin dan University of Massachusetts Boston, Amerika Serikat (AS) ini menganalisis data lebih dari 30.000 orang selama dua dekade. Fokusnya adalah dampak jangka panjang dari kegiatan membantu, baik melalui sukarelawan formal maupun bantuan informal untuk tetangga, keluarga, dan teman di luar rumah.

Studi ini menggunakan data jangka panjang dari Health and Retirement Study (HRS), yang sejak 1998 memantau warga AS berusia 51 tahun ke atas. Dengan analisis statistik canggih yang mengontrol faktor seperti status sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan fisik dan mental, serta fungsi kognitif awal, para peneliti berhasil mengisolasi peran unik perilaku membantu terhadap jalur penurunan kognitif.

Hasilnya mengejutkan: mereka yang rutin membantu orang lain sekitar 2–4 jam per minggu mengalami perlambatan penurunan kognitif hingga 15–20 persen dibandingkan laju normal seiring bertambahnya usia.

Penelitian ini juga membedakan antara “sukarelawan formal” (terstruktur, terjadwal) dan “bantuan informal” (dukungan spontan atau rutin dalam lingkar sosial). Selama ini, sukarelawan formal lebih sering mendapat perhatian akademis dan kebijakan karena terlihat secara organisasi. Namun, studi ini membuktikan bahwa bantuan informal memberikan manfaat kognitif setara dengan sukarelawan formal. Artinya, keterlibatan sosial dan kepedulian sehari-hari, meski tanpa pengakuan resmi, punya peran besar menjaga kesehatan otak.

Manfaat perlindungan kognitifnya bertahan lama

Manfaat perlindungan kognitif ini bukan efek sesaat, melainkan terakumulasi dari keterlibatan yang konsisten. Sae Hwang Han, penulis utama dan asisten profesor di UT Austin, menekankan bahwa investasi waktu mingguan untuk membantu orang lain mampu menjaga fungsi kognitif lebih kuat. Ini menunjukkan bahwa manfaat kognitif berasal dari keterlibatan yang berkelanjutan, bukan sesekali.

Dari sisi neurologi, penelitian ini mendorong eksplorasi lebih jauh tentang hubungan membantu orang dengan daya tahan otak. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa membantu orang dapat mengurangi peradangan sistemik, salah satu jalur biologis yang mempercepat neurodegenerasi dan demensia. Han sendiri baru-baru ini menemukan bahwa menjadi sukarelawan dapat meredam efek peradangan akibat stres kronis. Kombinasi faktor psikologis, emosional, dan fisiologis yang muncul dari keterlibatan sosial ini menciptakan lingkungan yang melindungi otak, meningkatkan plastisitas sinaps, dan melawan dampak buruk stres serta isolasi.

Data juga menunjukkan bahwa berhenti membantu orang lain justru mempercepat penurunan kognitif. Ini menegaskan pentingnya menjaga keterlibatan sosial bagi lansia, termasuk mereka yang mulai mengalami gangguan kesehatan atau penurunan kognitif ringan. Dukungan sosial, struktural, bahkan teknologi, bisa menjadi kunci agar mereka tetap berkontribusi dan mempertahankan identitas sosial serta rasa tujuan hidup.

Penelitian ini menjadi kontribusi penting dalam diskusi tentang penuaan sehat dan kesehatan mental, di tengah meningkatnya masalah kesepian, isolasi sosial, serta prevalensi penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Temuan ini juga punya dampak kebijakan: membangun infrastruktur komunitas yang memfasilitasi dan menghargai peran membantu orang, bahkan saat kondisi fisik atau kognitif menurun. Pesannya jelas, bahwa masyarakat lansia bukan hanya beban, tetapi aset yang memperkuat kohesi sosial dan vitalitas kognitif.

Intinya, perilaku membantu orang lain bukan sekadar kebaikan hati, tetapi katalis kuat untuk menjaga kesehatan otak di usia lanjut. Perlambatan penurunan kognitif hingga seperlima dari laju normal membuktikan bahwa bantuan yang konsisten punya potensi terapeutik. Ke depan, teknologi dan platform digital bisa membuka peluang baru bagi mereka yang terbatas mobilitasnya, memastikan manfaat ini bisa dinikmati lebih luas.

Referensi

Sae Hwang Han, Jeffrey A Burr, and Shiyang Zhang, “Helping Behaviors and Cognitive Function in Later Life: The Impact of Dynamic Role Transitions and Dose Changes,” Social Science & Medicine, July 1, 2025, 118465, https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2025.118465.

"Helping Others Found to Slow Cognitive Decline, New Study Shows." Scienmag.com. Diakses Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us