7 Penyebab Cerebral Palsy pada Anak, Bisakah Dicegah?

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Novia Kemal, M.Ked (Ped), SpA
Cerebral palsy merupakan sekumpulan gangguan yang memengaruhi gerak motorik dan postur tubuh, bersifat permanen dan menyebabkan keterbatasan aktivitas pada pengidapnya.
Gejala cerebral palsy pada anak beragam, tergantung tingkat keparahannya. Umumnya, gejalanya berkaitan dengan gangguan koordinasi, motorik dan postur. Gejala biasanya muncul sejak kanak-kanak atau bahkan bayi.
Penyebab cerebral palsy adalah kerusakan pada otak yang sedang berkembang. Kondisi ini dapat terjadi sebelum, selama, atau segera setelah lahir atau dalam beberapa tahun pertama kehidupan, ketika otak masih berkembang.
Berikut penjelasan mengenai faktor risiko cerebral palsy berdasarkan waktu terjadinya kejadian, yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan kemungkinan terjadinya cerebral palsy pada anak.
1. Faktor sebelum dan selama kehamilan

Faktor-faktor risiko sebelum kehamilan biasanya terkait dengan kondisi ibu dan faktor genetik yang dapat memengaruhi perkembangan otak janin.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Infeksi selama kehamilan
Infeksi yang dialami oleh ibu selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan pada janin dan memengaruhi perkembangan otak.
Infeksi selama kehamilan bisa menyebabkan peningkatan protein sitokin yang beredar di otak dan darah bayi. Infeksi bisa menyebabkan peradangan yang berdampak pada perkembangan otak janin.
Beberapa jenis infeksi yang telah dikaitkan dengan cerebral palsy di antaranya:
- Cacar air.
- Rubela.
- Cytomegalovirus.
- Infeksi plasenta atau selaput janin.
- Infeksi panggul ibu.
2. Penyakit ibu yang tidak terkontrol
Penyakit ibu yang tidak terkontrol selama kehamilan, seperti diabetes gestasional atau hipertensi, dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan otak pada janin. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengganggu pasokan darah dan oksigen ke janin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan otak.
2. Faktor saat proses kelahiran

Proses kelahiran adalah periode yang sangat kritis, yang mana gangguan atau komplikasi dapat meningkatkan risiko cerebral palsy. Beberapa faktor risiko utamanya meliputi:
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
Salah satu penyebab paling umum dari cerebral palsy adalah hipoksia perinatal, yaitu kekurangan oksigen pada otak bayi selama proses kelahiran. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan otak yang luas, terutama pada area yang mengontrol gerakan tubuh.
2. Lahir prematur
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (prematur) berisiko lebih tinggi mengembangkan cerebral palsy.
Otak bayi prematur belum sepenuhnya berkembang dan lebih rentan terhadap kerusakan. Makin awal bayi lahir, makin besar kemungkinan untuk mengalami gangguan pada otak, seperti perdarahan intraventrikular (IVH) yang dapat menyebabkan kerusakan pada area motorik otak.
Kabar baiknya, perawatan intensif untuk bayi prematur telah mengalami peningkatan pesat selama beberapa dekade terakhir. Jadi, bayi yang lahir sebelum waktunya memiliki kesempatan lebih tinggi untuk hidup dengan sehat. Namun, kelahiran prematur yang disertai masalah medis dapat menempatkan bayi pada risiko cerebral palsy yang lebih tinggi.
3. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar (misalnya, kembar identik atau kembar fraternal) memiliki risiko lebih tinggi untuk komplikasi saat kelahiran, seperti prematuritas atau gangguan sirkulasi darah antara janin.
Kehamilan kembar meningkatkan risiko bayi lahir dengan cerebral palsy, terutama jika ada bayi yang meninggal sebelum lahir atau segera setelah lahir. Peningkatan risiko ini disebabkan oleh fakta bahwa bayi kembar sering kali lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah. Kedua faktor ini dapat meningkatkan risiko cerebral palsy.
3. Faktor setelah kelahiran

Faktor setelah kelahiran umumnya berkaitan dengan kondisi kesehatan bayi yang baru lahir. Beberapa kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan meningkatkan risiko cerebral palsy:
1. Penyakit kuning (hiperbilirubinemia)
Bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning atau kadar bilirubin tinggi dalam darah harus segera ditangani.
Apabila kadar bilirubin mencapai tingkat yang sangat tinggi, bilirubin dapat menembus penghalang darah-otak dan merusak sel-sel otak, menyebabkan kernikterus—sebuah kondisi yang dapat menyebabkan gangguan motorik dan perkembangan saraf, termasuk cerebral palsy.
2. Trauma kepala
Cedera pada kepala bayi, baik karena trauma fisik saat proses kelahiran atau trauma setelah kelahiran (misalnya, akibat jatuh atau kecelakaan) dapat merusak jaringan otak. Jika trauma kepala terjadi pada area otak yang mengontrol gerakan dan koordinasi, maka dapat menyebabkan cerebral palsy.
3. Infeksi otak (meningitis, ensefalitis)
Infeksi otak yang terjadi pada bayi setelah kelahiran—seperti meningitis atau ensefalitis—dapat menyebabkan peradangan yang merusak jaringan otak. Infeksi ini dapat mengganggu area otak yang mengontrol fungsi motorik dan koordinasi tubuh. Meningitis bakteri, misalnya, bisa menyebabkan perdarahan otak dan kerusakan saraf yang menyebabkan cerebral palsy.
Itulah deretan penyebab cerebral palsy pada anak. Tidak semua penyebab dan faktor risiko cerebral palsy dapat dicegah. Namun, menjaga kondisi sebaik mungkin sebelum dan selama kehamilan dapat meminimalkan risiko.
Penting untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, memantau kondisi kesehatan bayi secara cermat setelah kelahiran, dan memastikan penanganan segera jika terdapat gejala atau komplikasi yang dapat mengancam perkembangan otak.
Referensi
"Buku Ajar Neurologi Anak." Ikatan Dokter Anak Indonesia.