Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyebab Gumpalan Darah Mirip Cacing dalam Urine

ilustrasi laki-laki buang air kecil (freepik.com/Jcomp)
ilustrasi laki-laki buang air kecil (freepik.com/Jcomp)
Intinya sih...
  • Darah yang terlalu lama tertahan di ureter atau uretra bisa membeku dan keluar bersama urine, yang bentuknya menyerupai cacing.
  • Penyebab gumpalan darah mirip cacing: infeksi saluran kemih, batu ginjal di ureter, cedera selangkangan, obat-obatan tertentu, penyakit ginjal, kanker ginjal atau kandung kemih, anemia sel sabit, atau endometriosis.
  • Ada kemungkinan yang tampak seperti cacing dalam urine adalah gumpalan darah; bisa disebabkan oleh parasit yang dikenal sebagai cacing ginjal atau Dioctophyme renale.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Darah yang terlalu lama tertahan di ureter atau uretra bisa mulai membeku. Saat akhirnya keluar bersama urine, bekuan itu terkadang menyatu membentuk gumpalan panjang menyerupai cacing. Bisa bikin panik, tetapi ini sebetulnya sangat jarang terjadi.

Secara medis, darah dalam urine disebut hematuria. Urine yang normal berubah warna menjadi gelap atau kemerahan. Hematuria bukan hal yang umum, apalagi jika sampai terbentuk gumpalan darah panjang berbentuk seperti cacing, kasusnya lebih jarang lagi.

Ada beragam penyebab di balik munculnya gumpalan darah mirip cacing. Kenali kemungkinan penyebabnya dan kapan harus berkonsultasi dengan dokter.

Penyebab gumpalan darah mirip cacing dalam urine

Bekuan darah yang tampak seperti cacing dalam urine seringnya berasal dari perdarahan di kandung kemih atau uretra. Kalau tidak ada nyeri atau rasa ketidaknyamanan, biasanya penyebabnya memang di area itu.

Bentuk gumpalan darah seperti cacing itu bisa terbentuk karena bentuk saluran uretra yang menyerupai tabung, yang akhirnya membuat bekuan darah menjadi panjang dan menyerupai cacing atau benang saat dikeluarkan dari tubuh lewat urine.

Penyebab umum terbentuknya bekuan darah berbentuk cacing, antara lain:

  • Infeksi saluran kemih (ISK): Peradangan pada saluran kemih membuat jaringan membengkak dan mudah berdarah.

  • Batu ginjal di ureter: Batu dapat mengiritasi dinding saluran kemih, menyebabkan perdarahan.

  • Cedera di area selangkangan: Bisa memicu perdarahan ke ureter, kandung kemih, atau uretra.

  • Obat-obatan tertentu: Contohnya aspirin atau pengencer darah, yang memengaruhi proses pembekuan darah.

Meskipun jarang, tetapi ada juga beberapa penyebab yang lebih serius, seperti:

  • Penyakit ginjal: Dapat menimbulkan pembengkakan, perdarahan, dan infeksi di ginjal.

  • Kanker ginjal atau kandung kemih: Iritasi jaringan atau hambatan aliran urine bisa menyebabkan darah terkumpul dan membeku.

  • Anemia sel sabit: Sel darah merah berbentuk abnormal dapat tersangkut di pembuluh darah, menumpuk, lalu memicu perdarahan.

Penyebab pada perempuan bisa karena menstruasi atau endometriosis.

Endometriosis bisa menyebabkan jaringan parut terbentuk di sekitar organ tubuh, termasuk saluran kemih. Jika jaringan endometrium tumbuh di dekat atau bahkan menembus saluran kemih, maka bisa mengiritasi dinding saluran, memicu perdarahan, hingga terbentuk bekuan darah di urine.

Sementara pada laki-laki, perdarahan dari prostat bisa menggumpal di uretra. Akibatnya, bekuan darah juga berbentuk memanjang sebelum akhirnya dikeluarkan lewat urine. Kondisi ini sering terkait dengan pembesaran prostat yang menekan kandung kemih, memicu pembengkakan, atau menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

Mungkinkah itu bukan gumpalan darah?

Ada kemungkinan yang tampak seperti cacing dalam urine bukan gumpalan darah. Dalam kasus yang sangat jarang, ini bisa disebabkan oleh parasit yang dikenal sebagai cacing ginjal atau Dioctophyme renale.

Cacing ini sesekali bisa ditemukan dalam urine, meskipun kasusnya sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi ketika kamu tanpa sadar memakan ikan atau katak yang masih mentah atau kurang matang dan mengandung larva cacing tersebut. Begitu masuk ke dalam tubuh, larva bisa tumbuh dan berpindah ke ginjal, lalu menimbulkan gejala.

Kapan harus menemui dokter?

ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/RDNE Stock project)

Kadang-kadang, munculnya darah dalam urine bukan masalah serius. Namun, ada saatnya kondisi ini tidak boleh diabaikan.

Jika merasakan nyeri atau perih saat kencing, atau merasakan nyeri di area panggul maupun punggung bagian bawah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Selain itu, ada gejala lain yang patut diwaspadai karena bisa menandakan masalah kesehatan yang lebih serius. Segera periksa ke dokter jika mengalami:

  • Kelelahan yang tidak biasa, kamu terus-menerus merasa lemah.

  • Nyeri perut yang menetap atau memburuk.

  • Hilang nafsu makan.

  • Turun berat badan tanpa alasan jelas, bukan karena diet atau olahraga.

  • Nyeri tulang yang dalam, sering kali terasa menusuk.

  • Pembengkakan pada tungkai atau kaki, tanda ada gangguan sirkulasi atau ginjal.

  • Demam, bisa menjadi tanda infeksi.

Munculnya kombinasi gejala-gejala ini adalah alarm tubuh yang tidak boleh diabaikan. Makin cepat mendapatkan diagnosis dan penanganan medis, makin besar pula peluang mencegah komplikasi yang lebih serius.

Gumpalan darah mirip cacing dalam urine sebenarnya tidak selalu berbahaya, terutama jika tidak disertai rasa sakit atau gejala lain. Akan tetapi, sebaiknya periksa ke dokter jika merasa khawatir, terutama jika merasakan nyeri hebat atau ada perubahan jelas pada kebiasaan buang air kecil. Bisa jadi itu adalah tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius.

Referensi

"Hematuria (Blood in the Urine)." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses Agustus 2025.

Yang F, Zhang W, Gong B, Yao L, Liu A, Ling H. "A human case of Dioctophyma renale (giant kidney worm) accompanied by renal cancer and a retrospective study of dioctophymiasis." Parasite. 2019;26:22. doi: 10.1051/parasite/2019023. Epub 2019 Apr 9. PMID: 30963996; PMCID: PMC6454929.

"What Can Cause Worm-Like Blood Clots in Urine?" Healthline. Diakses Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us