13 Penyebab Hematochezia, Ada Darah pada Tinja

- BAB berdarah bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti wasir, fisura ani, dan polip usus.
- Kolitis iskemik, proktitis, dan sindrom ulkus dubur soliter juga dapat menyebabkan adanya darah pada tinja.
- Dalam kebanyakan kasus penyebabnya tidak perlu dikhawatirkan, tetapi bukan hal buruk jika kamu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Saat melihat darah ketika buang air besar, kamu mungkin merasa panik. Adanya darah yang keluar bersama dengan tinja ini juga disebut sebagai hematochezia. Ini adalah gejala dari banyak kondisi medis. Buang air besar berdarah dapat menjadi indikasi dari kondisi ringan hingga serius.
Jika pernah mengalaminya, kamu mungkin bertanya-tanya apa yang menyebabkan hematochezia? Telah dirangkum dari laman Cleveland Clinic dan Mayo Clinic, inilah beberapa kondisi yang menyebabkan adanya darah pada tinja.
1. Wasir
Merupakan penyebab paling umum pendarahan saat buang air besar, wasir ialah pembengkakan pembuluh darah di rektum (wasir internal) atau anus (wasir eksternal).
Seseorang dapat mengembangkan wasir karena berbagai sebab, seperti sembelit kronis, mengejan terlalu keras saat buang air besar, hamil, mengangkat benda berat, melakukan hubungan seks secara anal, dan obesitas.
Wasir bukanlah kondisi darurat medis. Akan tetapi, wasir perlu segera diatasi agar tidak menyebabkan ketidaknyamanan. Salah satu cara terbaik untuk mencegah dan mengatasinya adalah dengan makan makanan berserat secara cukup.
2. Fisura ani

Fisura ani sering disalahartikan sebagai wasir. Sama-sama menyebabkan adanya darah saat buang air besar, tetapi fisura ani disebabkan oleh robekan pada kulit di sekitar anus. Robekan ini terjadi saat tinja sangat keras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Tekanan ekstra dari gerakan usus saat mencoba mengeluarkan tinja menyebabkan kulit robek.
Fisura ani bisa menyebabkan keluarnya darah bersama dengan tinja, serta sensasi terbakar setelah buang air besar. Namun, fisura ani biasanya hilang dengan sendirinya seiring waktu.
3. Inflammatory bowel disease (IBD)
Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) adalah pembengkakan yang terjadi pada usus kecil atau besar. Ada dua jenis IBD, yaitu penyakit Crohn dan kolitis.
Penyakit Crohn merupakan kondisi saat individu mengembangkan bercak-bercak pembengkakan di saluran pencernaan. Sementara pada kolitis, pembengkakan terjadi utamanya di usus besar.
IBD mungkin menyebabkan kamu mengalami demam, diare, sakit perut, dan pendarahan saat buang air besar.
4. Polip besar

Polip tampak seperti jamur yang tumbuh dari sisi usus. Polip yang berukuran besar dapat berdarah sehingga menyebabkan individu mengalami pendarahan saat buang air besar.
Dalam beberapa kasus, polip dapat berkembang menjadi kanker. Karena alasan ini, penting untuk memeriksakan pendarahan pada dubur terkait polip karena itu bisa menjadi tanda kanker kolorektal.
5. Kolitis iskemik
Kolitis iskemik terjadi saat aliran darah ke bagian usus besar atau kolon berkurang untuk sementara waktu. Ini biasanya terjadi lantaran terjadi penyempitan pembuluh darah yang memasok usus besar, atau aliran darah yang lebih rendah melalui pembuluh karena tekanan rendah.
Berkurangnya aliran darah menyebabkan tidak tersedianya cukup oksigen untuk sel-sel dalam sistem pencernaan, yang memicu kerusakan jaringan pada area usus yang terkena.
Tanda kolitis iskemik dapat meliputi:
- Nyeri atau kram di perut, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.
- Adanya darah pada tinja. Kadang, darah juga keluar sendiri tanpa tinja.
- Perasaan mendesak untuk buang air besar.
- Diare.
- Mual.
6. Proktitis

Proktitis ialah inflamasi yang terjadi pada lapisan rektum. Rektum merupakan tabung berotot yang terhubung ke ujung usus besar. Saat buang air besar, kotoran dikeluarkan melewati rektum.
Proktitis dapat menyebabkan dubur terasa nyeri, diare, adanya darah pada anus, serta selalu merasa ingin buang air besar. Gejala proktitis bisa singkat, tetapi bisa juga menjadi kronis.
7. Sindrom ulkus rektum soliter
Sindrom ulkus rektum soliter merupakan kondisi yang terjadi saat ada luka terbuka yang berkembang di rektum. Rektum adalah bagian berotot dari usus besar yang ada di ujung. Saat buang air besar, kotoran keluar melewati rektum.
Sindrom ulkus dubur soliter merupakan gangguan langka yang sering dialami orang dengan sembelit kronis. Sindrom ini dapat menyebabkan perdarahan rektum dan dorongan untuk mengejan saat buang air besar.
8. Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah penyakit lambung dan usus yang menyebabkan peradangan yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Kadang, gastroenteritis menyebabkan diare berdarah—terutama gastroenteritis akibat bakteri, dilansir Johns Hopkins Medicine.
Keracunan makanan adalah salah satu jenis gastroenteritis. Bakteri yang biasa menyebabkan keracunan makanan antara lain Campylobacter, E.coli, Listeria, dan Salmonella.
Sering kali, gastroenteritis membaik dengan sendirinya, tetapi kamu harus menghubungi dokter jika gejalanya berlangsung lebih dari satu atau dua hari.
9. Angiodisplasia
Darah pada tinja yang tidak dapat dijelaskan sering kali disebabkan oleh angiodisplasia. Kondisi ini dapat terjadi seiring bertambahnya usia atau melemahnya pembuluh darah pada usus. Jenis darah dalam tinja ini bisa berwarna merah atau gelap dan lengket.
Angiodisplasia sering terjadi pada penyakit ginjal stadium akhir atau gagal ginjal. Orang dengan penyakit von Willebrand juga dapat mengidap angiodisplasia.
Gejala angiodisplasia lain yang perlu diwaspadai meliputi sesak napas, kelelahan, kelemahan, kulit pucat, sakit kepala ringan, pusing, dan detak jantung yang cepat.
10. Masalah pada esofagus

Terkadang, darah pada tinja sebenarnya disebabkan oleh masalah yang terletak di bagian atas saluran pencernaan. Kondisi yang memengaruhi pipa makanan (esofagus) bisa menyebabkan pendarahan. Jika pendarahannya cukup parah, darah akan mengalir melalui sistem pencernaan dan akhirnya keluar dari tubuh melalui tinja.
Robekan pada esofagus (varises esofagus) merupakan contoh kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan yang mungkin melewati saluran pencernaan. Biasanya, darah pada tinja yang berasal dari bagian atas saluran pencernaan berwarna lebih gelap daripada merah cerah (bahkan mungkin terlihat hitam).
Robekan pada kerongkongan terkadang bisa sembuh sendiri. Jika tidak terjadi atau jika terdapat robekan besar, mungkin perlu pembedahan untuk menghentikan pendarahan.
11. Endometriosis
Endometriosis adalah suatu kondisi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim. Jika jaringan tumbuh di dalam atau di dalam usus, ini dapat menyebabkan gejala gastrointestinal.
Dalam kasus yang jarang, darah pada tinja pada perempuan sebenarnya disebabkan oleh endometriosis yang dalam. Misalnya, karena ada lesi pada jaringan di dalam rektum. Terkadang, darah pada tinja hanya muncul saat sedang menstruasi.
Endometriosis pada usus sering kali perlu diangkat melalui operasi, meski bisa muncul kembali.
12. Penyakit menular seksual

Infeksi menular seksual (IMS) tertentu dapat menyebabkan adanya darah pada tinja. IMS sebagian besar menyerang saluran reproduksi, tetapi kadang juga dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada bagian saluran pencernaan—terutama anus dan rektum.
IMS yang dapat menyebabkan darah pada tinja bisa meliputi sifilis, gonorea, klamidia, herpes, serta HIV/AIDS.
Meskipun kamu tidak tertular IMS, tetapi tinja mungkin terdapat darah jika anus atau rektum terluka saat berhubungan seks. Misalnya, robekan pada jaringan halus rektum dapat menyebabkan pendarahan yang terlihat saat buang air besar.
13. Pendarahan gastrointestinal
Darah dalam tinja mungkin berasal dari suatu tempat di saluran pencernaan bagian atas yang mengalami pendarahan. Penyebab paling umum adalah penyakit tukak lambung. Pada kondisi ini, terdapat luka pada lapisan lambung atau usus bagian atas yang mengeluarkan darah. Darah dari tukak lambung bisa berwarna merah atau lebih gelap—bahkan hitam dan lengket.
Pendarahan saluran pencernaan bagian atas dapat didiagnosis dengan tes endoskopi. Selama prosedur, ahli gastroenterologi akan melihat saluran pencernaan bagian atas dengan kamera yang dipasang pada tabung sempit dan fleksibel. Tabung itu dimasukkan ke tenggorokan dan melihat ke usus.
Jika kamu mengalami pendarahan saluran cerna bagian atas yang serius, kamu memerlukan pembedahan untuk memperbaikinya.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan hematochezia atau darah dalam tinja. Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, tetapi bukan hal buruk jika kamu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Referensi
"Hematochezia What Is It, Causes, Signs, Symptoms, and More". Osmosis by Elsevier. Diakses Desember 2024.
"Rectal Bleeding". Cleveland Clinic. Diakses Desember 2024.
"Rectal Bleeding Causes". Mayo Clinic. Diakses Desember 2024.
"Blood in Stool: Causes and Treatment". WebMD. Diakses Desember 2024.
"Gastrointestinal (GI) Bleeding". National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses Desember 2024.
Keith, Joshua J., Lorenzo O. Hernandez, et al. “Catamenial rectal bleeding due to invasive endometriosis: a case report.” Journal of Medical Case Reports 14, no. 1 (May 26, 2020).
Lamb, Chris A, Elizabeth Iris Mary Lamb, John C Mansfield, and K Nathan Sankar. “Sexually transmitted infections manifesting as proctitis.” Frontline Gastroenterology 4, no. 1 (December 5, 2012): 32–40.
"Blood in Stool: When to Worry and How to Treat It". Verywell Health. Diakses Desember 2024.