Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

15 Penyebab Kematian Mendadak saat Tidur Pulas

ilustrasi tidur nyenyak (pexels.com/Polina Kovaleva)
ilustrasi tidur nyenyak (pexels.com/Polina Kovaleva)
Intinya sih...
  • Henti jantung mendadak adalah penyebab kematian paling umum saat tidur, terutama antara pukul 22:00 hingga 06:00.
  • Serangan jantung, aritmia, gagal jantung kongestif, dan stroke dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
  • Gagal jantung kongestif, stroke, keracunan karbon monoksida, obat-obatan tertentu, dan trauma otak juga dapat menjadi penyebab kematian saat tidur.

Meninggal dalam tidur atau yang juga dikenal sebagai kematian nokturnal, paling sering dikaitkan dengan henti jantung mendadak dan hilangnya fungsi jantung secara progresif yang terkait dengan gagal jantung kongestif (congestive heart failure).

Gagal paru-paru dan penyakit stadium akhir atau terminal adalah alasan lain mengapa orang dapat meninggal dalam tidurnya. Kejadian tak terduga seperti stroke, kejang, atau overdosis obat juga dapat menyebabkan kematian pada malam hari.

Di bawah ini 15 penyebab yang bisa membuat seseorang meninggal saat tengah tidur pulas.

1. Henti jantung

Henti jantung terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Tanpa penanganan medis segera, kematian jantung mendadak akan terjadi dalam hitungan menit. Risiko kematian lebih tinggi saat tidur bisa jadi karena respons medis darurat yang biasanya terlambat.

Dari semua kemungkinan penyebab kematian nokturnal, henti jantung mendadak adalah yang paling umum. Dari jumlah tersebut, sekitar 22 persen terjadi antara pukul 22:00 hingga 06:00, menurut studi.

Ada beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak, termasuk serangan jantung, aritmia, gagal jantung kongestif, dan stroke.

2. Serangan jantung

ilustrasi masalah jantung (freepik.com/Lifestylememory)
ilustrasi masalah jantung (freepik.com/Lifestylememory)

Serangan jantung atau infark miokard terjadi ketika pembuluh darah yang memasok otot jantung terhambat dan jaringan yang dipasok rusak atau mati.

Serangan jantung dapat berkisar dari peristiwa kecil yang sedikit mengganggu fungsi hingga penyumbatan katastropik yang menyebabkan henti jantung dan kematian.

Serangan jantung masif dapat mengurangi aliran darah ke bagian otak yang mengontrol pernapasan, menyebabkan henti napas.

3. Aritmia

Jantung juga dapat mengalami ketidakteraturan yang berdampak pada sistem kelistrikannya. Muatan yang diperlukan untuk memacu otot secara tersinkronisasi dapat terganggu. Kontraksi dapat menjadi tidak teratur, terlalu cepat atau terlalu lambat, sehingga efektivitas pemompaan jantung dapat terganggu.

Aritmia dapat menjadi penyebab kematian saat tidur. Asistol adalah irama henti jantung ketika aktivitas listrik jantung tidak dapat dideteksi. Fibrilasi atrium atau flutter dapat merusak fungsi jantung.

Irama ventrikel yang serupa, termasuk takikardia ventrikel, dapat berakibat fatal. Blok jantung yang memengaruhi pola listrik juga dapat menyebabkan disfungsi jantung dan kematian.

4. Gagal jantung kongestif

ilustrasi jantung (freepik.com/freepik)
ilustrasi jantung (freepik.com/freepik)

Gagal jantung kongestif juga secara bertahap dapat menyebabkan kegagalan jantung dan pada kasus yang parah, henti jantung.

Gagal jantung sisi kiri dengan cepat berdampak pada sisi kanan jantung, menyebabkan akumulasi cairan di paru-paru dan pembengkakan di kaki serta tungkai, yang disebut edema perifer. Hal ini dapat menyebabkan henti napas. Jika jantung mengalami kelebihan volume, kemampuannya untuk mengedarkan darah dapat berhenti total.

Tanda-tanda seseorang dengan gagal jantung kongestif mendekati akhir hayatnya antara lain:

  • Sesak napas saat beristirahat atau beraktivitas minimal.
  • Kelelahan ekstrem.
  • Lemah.
  • Nyeri.
  • Batuk terus-menerus.
  • Depresi dan kecemasan.
  • Sembelit.
  • Mual kronis.
  • Kehilangan nafsu makan.

5. Stroke

ilustrasi stroke (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi stroke (IDN Times/Novaya Siantita)

Ketika mengalami stroke, darah yang beku menghalangi aliran darah ke otak, yang menyebabkan kematian sel otak.

Jantung dapat memengaruhi sistem lain yang mengandalkan kemampuannya untuk mengedarkan darah. Terutama, irama jantung yang tidak teratur, dapat menyebabkan gumpalan darah yang berjalan ke otak dan menyebabkan stroke. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, juga dapat meningkatkan risiko.

Jika stroke berdampak pada batang otak, pernapasan, pembukaan mata dan kontrol otot, kesadaran dapat terganggu. Kondisi ini dapat berakibat fatal dan bisa terjadi saat tidur.

Stroke dapat terjadi pada siapa saja. Namun, risiko ini mungkin lebih tinggi jika kamu:

  • Memiliki tekanan darah tinggi.
  • Memiliki kolesterol tinggi.
  • Memiliki diabetes.
  • Memiliki apnea tidur yang tidak diobati.
  • Memiliki kualitas tidur yang terlalu sedikit atau buruk.
  • Tidur lebih dari satu jam pada siang hari (orang dewasa).
  • Mengalami dehidrasi.

6. Henti napas

Pada tingkat yang paling dasar, paru-paru bertanggung jawab atas pertukaran oksigen dan karbon dioksida dengan lingkungan. Ketika paru-paru tidak berfungsi dengan baik, kadar oksigen akan turun, sementara kadar karbon dioksida akan meningkat dan perubahan berbahaya dalam keseimbangan asam-basa tubuh dapat terjadi.

Ketika ketidakseimbangan tersebut cukup kritis, henti napas dapat terjadi. Hal ini juga dapat memberikan beban yang berlebihan pada jantung dan menyebabkan jantung makin gagal.

Kegagalan pernapasan dapat terjadi karena penyakit degeneratif kronis. Hal ini dapat berupa kegagalan paru-paru itu sendiri, seperti:

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Fibrosis kistik.
  • Emfisema.
  • Kanker paru-paru.
  • Pneumonia.
  • Emboli paru (gumpalan pada paru-paru).
  • Fibrosis paru.
  • Status asmatikus.

Paru-paru juga dapat mengalami kegagalan fungsi akibat perubahan pada otot atau sistem saraf, seperti pada amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau myasthenia gravis.

Ada juga kelainan bawaan yang memengaruhi kemampuan bernapas, seperti sindrom hipoventilasi sentral bawaan.

Sindrom kematian bayi mendadak merupakan kegagalan bernapas secara normal selama tidur.

7. Diabetes tipe 1

Ilustrasi diabetes melitus (Pixabay.com/Tesa Robbins)
Ilustrasi diabetes melitus (Pixabay.com/Tesa Robbins)

Diabetes dapat menjadi penyebab utama penyakit lain, seperti penyakit jantung, yang membuat seseorang berisiko meninggal pada malam hari.

Diabetes dapat membuat fluktuasi gula darah pada malam hari yang mengakibatkan kematian tidak terduga. Bahkan ketika waspada dalam mengelola kadar gula pada siang hari, pasien diabetes tipe 1 dapat menghadapi masalah pada malam hari. Karena mereka tidak dapat memonitor glukosa darah saat tidur, kadar gula darah dapat turun, menyebabkan kejang atau kematian.

8. Keracunan karbon monoksida

Keracunan karbon monoksida dari ventilasi kamar atau ruangan dapat menyebabkan kematian karena sesak napas. Paparan karbon monoksida tingkat tinggi dapat membuat seseorang mengalami gejala yang makin memburuk, meliputi pusing, sesak napas, mual, dan detak jantung yang tidak teratur.

Jika sedang tidur, kamu tidak akan merasakan efek-efek ini. Tetapi ketika memasuki aliran darah, karbon monoksida mencegah oksigen yang cukup untuk bersirkulasi ke seluruh organ tubuh. Hal ini menyebabkan gagal jantung dan henti napas, yang berarti karbon monoksida dapat berakibat fatal hanya dalam hitungan menit.

Penumpukan karbon monoksida di udara dari perapian, lilin, kompor gas, pemanas gas, kendaraan yang dibiarkan menyala, generator, atau sumber asap lainnya dapat menjadi penyebab kematian saat tidur.

9. Obat-obatan

ilustrasi minum obat (freepik.com/freepik)
ilustrasi minum obat (freepik.com/freepik)

Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati rasa sakit dan insomnia dapat meningkatkan risiko kematian dengan menekan bagian otak yang mengatur pernapasan. Hal ini biasa terjadi ketika obat overdosis atau dikombinasikan dengan obat penenang lainnya, termasuk alkohol.

Obat-obatan yang paling mungkin menyebabkan henti napas ketika digunakan secara berlebihan meliputi:

  • Amfetamin seperti metamfetamin dan ritalin (methylphenidate).
  • Benzodiazepine seperti diazepam dan alprazolam.
  • Kokain.
  • Opiates seperti fentanyl, morphine, dan oxycodone.
  • Sedatif seperti zolpidem dan tramadol.

10. Trauma

Trauma otak yang parah juga dapat menyebabkan kematian mendadak, sering kali ketika sedang tidur. Kadang-kadang gejala seperti mual, sakit kepala yang terus-menerus, dan pupil mata yang membesar mungkin tidak dikenali atau diabaikan setelah cedera kepala.

Dalam upaya untuk “tidur” dari gejala-gejala tersebut, seseorang dapat mengalami pendarahan otak pada malam hari dan meninggal.

11. Tersedak

ilustrasi tersedak (freepik.com/YuliiaKa)
ilustrasi tersedak (freepik.com/YuliiaKa)

Tersedak hingga meninggal dunia saat tidur juga dapat terjadi. Kondisi ini bisa terealisasi apabila seseorang muntah saat kejang pada malam hari atau setelah terlalu banyak minum alkohol.

Potensi ini juga mungkin terjadi setelah kejang atau saat tidur dengan makanan hingga mengonsumsi permen pelega tenggorokan di dalam mulut.

Ketika seseorang tersedak dengan jalan napas yang tersumbat sepenuhnya, tidak ada oksigen yang dapat masuk ke paru-paru. Otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen ini dan mulai mati dalam waktu 4 hingga 6 menit. Pada saat inilah pertolongan pertama harus dilakukan. Kematian otak yang tidak dapat dipulihkan terjadi hanya dalam waktu 10 menit.

12. Epilepsi

Ada suatu kondisi yang dikenal sebagai kematian mendadak pada epilepsi (SUDEP) yang tidak sepenuhnya dipahami. Namun, kondisi ini memengaruhi 1 dari 1.000 pasien epilepsi setiap tahunnya dan merupakan penyebab utama kematian pada penderita kejang yang tidak terkendali.

SUDEP tercatat sebagai penyebab kematian bagi orang yang memiliki epilepsi dan meninggal tanpa alasan yang jelas. Kematian dapat terjadi selama kejang, setelah kejang, atau tanpa kejang. Menurut beberapa teori, kematian dapat disebabkan oleh pernapasan yang terganggu selama kejang atau jantung yang terpengaruh oleh kejang.

Karena SUDEP sering terjadi pada malam hari, beberapa peneliti percaya bahwa hal ini berkaitan dengan siklus tidur-bangun. Namun, tidak ada satu pun dari alasan yang diajukan oleh para peneliti yang secara definitif terbukti menyebabkan kematian.

13. Obstructive sleep apnea

ilustrasi sesak napas (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi sesak napas (freepik.com/wayhomestudio)

Obstructive sleep apnea (OSA) dapat memperburuk kondisi medis lain yang pada akhirnya berakibat fatal. Ini termasuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia yang semuanya dapat menyebabkan kematian mendadak.

Meskipun kecil kemungkinannya, tetapi OSA juga dapat menyebabkan sesak napas yang fatal, atau tersedak.

Individu dengan kondisi ini berpotensi berhenti bernapas kapan saja, dari 5 hingga 30 kali atau lebih per jam saat mereka tidur, dan lebih dari 2,5 kali lebih mungkin mengalami kematian jantung mendadak antara pukul 00:00 dan 06:00.

14. Gangguan tidur lainnya

Selain OSA, kamu juga dapat meninggal akibat gangguan tidur lainnya. Ini termasuk:

  • Perilaku abnormal saat tidur yang disebut parasomnia.
  • Berjalan dalam tidur, yang dapat membawa seseorang ke dalam situasi berbahaya, termasuk terjatuh atau tersesat di lalu lintas.
  • Gangguan perilaku tidur REM yang menyebabkan jatuh dari tempat tidur dan kemungkinan menyebabkan trauma kepala yang fatal.

Untuk menghindari kematian pada malam hari akibat gangguan tidur, waspadai gejala-gejala lain (termasuk insomnia dan terbangun pada dini hari) atau tanda-tanda sleep apnea (henti napas, mendengkur, nokturia, bruksisme, rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari, suasana hati, dan masalah kognitif, dan lain-lain).

Kabar baiknya gangguan tidur dapat diobati. Optimalkan kesehatan secara keseluruhan dan jangan lupakan peran penting dari tidur yang sehat.

15. Sindrom kematian bayi mendadak

ilustrasi bayi (unsplash.com/@ignaciocampo)
ilustrasi bayi (unsplash.com/@ignaciocampo)

Bayi di bawah usia 1 tahun berpotensi tertutup bantal di bagian wajahnya atau mengalami kematian jantung mendadak akibat gangguan pernapasan, juga yang berhubungan dengan otak.

Sudden infant death syndrome (SIDS) tidak selalu dapat dicegah, tetapi menerapkan langkah-langkah tidur yang aman seperti meletakkan bayi telentang dapat membantu mencegahnya.

Tidur dengan posisi perut bayi di bawah dan menempel kasur dapat menyebabkan saluran napas terhambat, sehingga proses pernapasan menjadi terganggu dan meningkatkan risiko terjadinya rebreathing.

Rebreathing merupakan kondisi bayi menghirup karbon dioksida dari napasnya sendiri, sehingga ia kekurangan oksigen selama tidur. Risiko ini akan meningkat jika ada banyak mainan atau boneka.

Kasus kematian dalam tidur jarang terjadi. Namun, kamu mungkin memiliki faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan kematian pada malam hari. Jika memiliki kondisi medis yang disebutkan di atas, bicarakan dengan dokter tentang tindakan pencegahan ekstra.

Racun dan beberapa obat dapat memiliki efek fatal. Periksa rumah untuk mengetahui adanya kebocoran karbon monoksida dan bicarakan dengan dokter tentang obat-obatan yang dikonsumsi.

Selain itu, pastikan untuk mendiskusikan gangguan tidur yang dapat meningkatkan kemungkinan kejang atau sesak napas yang berpotensi bahaya saat tidur.

Referensi

Verywell Health. Diakses pada Oktober 2024. Why Do People Die in Their Sleep?
Gagnum, V., L. C. Stene, T. G. Jenssen, et al. "Causes of Death in Childhood‐onset Type 1 Diabetes: Long‐term Follow‐up.” Diabetic Medicine 34, no. 1 (March 21, 2016): 56–63.
Dlouhy, Brian J, Brian K Gehlbach, and George B Richerson. “Sudden Unexpected Death in Epilepsy: Basic Mechanisms and Clinical Implications for Prevention.” Journal of Neurology Neurosurgery & Psychiatry 87, no. 4 (June 2, 2015): 402–13.
Joyal, Katelyn G., Benjamin L. Kreitlow, and Gordon F. Buchanan. “The Role of Sleep State and Time of Day in Modulating Breathing in Epilepsy: Implications for Sudden Unexpected Death in Epilepsy.” Frontiers in Neural Circuits 16 (August 23, 2022).
Ramireddy, Archana, Harpriya S. Chugh, et al. "Sudden Cardiac Death during Nighttime Hours.” Heart Rhythm 18, no. 5 (January 20, 2021): 778–84.
Gula, L J, A D Krahn, A C Skanes, R Yee, and G J Klein. “Clinical Relevance of Arrhythmias during Sleep: Guidance for Clinicians.” Heart 90, no. 3 (February 13, 2004): 347–52.
Yaggi, H. Klar, John Concato, et al. “Obstructive Sleep Apnea as a Risk Factor for Stroke and Death.” New England Journal of Medicine 353, no. 19 (November 9, 2005): 2034–41.
AED Leader. Diakses pada Oktober 2024. Top Main Causes for Dying in Your Sleep.
emedicinehealth. Diakses pada Oktober 2024. Choking.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us