Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Tanda Kamu Ternyata Punya Alergi Terhadap Gluten

ilustrasi (vecteezy.com/Bilal Hassan)
ilustrasi (vecteezy.com/Bilal Hassan)
Intinya sih...
  • Perut kembung adalah gejala umum alergi gluten, disertai rasa nyeri dan bisa diatasi dengan diet bebas gluten.
  • Intoleransi gluten dapat menyebabkan brain fog, pusing, dan gangguan saraf serta pencernaan yang serius.
  • Sistem kekebalan tubuh terganggu oleh intoleransi gluten, menyebabkan peradangan kronis dan masalah kesehatan lainnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Alergi gluten adalah kondisi ketika tubuh bereaksi negatif terhadap gluten, yaitu protein alami yang banyak ditemukan dalam biji-bijian seperti gandum, barley, dan rye. Meski terdengar sepele, banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebagian orang tidak mampu mencerna gluten dengan baik. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memengaruhi sistem pencernaan dan metabolisme tubuh.

Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa tubuh manusia sebenarnya tidak dirancang untuk mengolah gluten secara optimal. Akibatnya, muncul berbagai keluhan seperti perut kembung, mudah lelah, atau gangguan kulit yang bisa jadi tanda intoleransi atau alergi gluten.

Kalau kamu sering mengalami gejala-gejala tersebut setelah makan roti, pasta, atau kue berbahan dasar gandum, bisa jadi tubuhmu sensitif terhadap gluten. Nah, berikut ini beberapa tanda tubuh mengalami alergi gluten yang perlu kamu waspadai.

1. Kembung

ilustrasi perut kembung (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi perut kembung (pexels.com/Polina Zimmerman)

Salah satu gejala paling umum dari intoleransi atau alergi gluten adalah perut kembung yang terasa menyakitkan. Banyak orang melaporkan bahwa beberapa jam hingga hari setelah mengonsumsi makanan mengandung gluten, perut mereka terasa penuh gas dan tidak nyaman. Kondisi ini sering kali disertai rasa nyeri pada area usus, bahkan sebagian wanita menggambarkannya seperti sedang hamil enam bulan karena perut terasa sangat buncit.

Selain menjadi tanda khas dari intoleransi gluten, perut kembung juga bisa disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan lain. Karena itu, penting untuk memperhatikan pola makan dan mencoba diet bebas gluten jika kamu sering mengalami keluhan ini, untuk melihat apakah gejala bisa berkurang.

Gluten sendiri bisa ditemukan di banyak makanan yang umum dikonsumsi sehari-hari, terutama produk berbahan gandum seperti roti, sereal, pasta, atau mie. Tapi nggak cuma itu, gluten juga sering tersembunyi dalam bahan tambahan seperti saus salad, sup instan, atau makanan olahan lainnya. Jadi, buat kamu yang sedang mencoba menghindari alergi gluten, pastikan selalu membaca label makanan sebelum mengonsumsinya.

2. Brain fog/gangguan kognitif

ilustrasi bingung (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi bingung (pexels.com/Monstera Production)

Salah satu gejala awal intoleransi atau alergi gluten yang paling sering muncul adalah sensasi otak berkabut atau brain fog. Kondisi ini bikin seseorang merasa sulit fokus, mudah lupa, atau cepat lelah secara mental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan sensitivitas terhadap gluten memang bisa mengalami gangguan kognitif seperti ini, terutama setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.

Selain brain fog, sebagian orang juga merasakan pusing atau kehilangan keseimbangan ringan. Hal ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap gluten dan memicu peradangan, yang pada akhirnya dapat memengaruhi saraf dan sistem pencernaan.

Kalau intoleransi gluten tidak ditangani, kondisinya bisa berkembang menjadi penyakit celiac, gangguan autoimun yang menyebabkan kerusakan serius pada lapisan usus kecil. Saat penderita celiac mengonsumsi gluten, sistem imun tubuh justru menyerang jaringan ususnya sendiri. Akibatnya, tubuh kesulitan menyerap nutrisi penting seperti zat besi, kalsium, dan vitamin.

Dalam jangka panjang, penyakit celiac yang tidak diobati bisa menimbulkan berbagai komplikasi, mulai dari anemia, gangguan tulang, hingga kelelahan kronis. Karena itu, penting banget untuk mengenali gejala sejak dini dan mencoba diet bebas gluten bila kamu mencurigai adanya reaksi negatif setelah makan makanan berbasis gandum.

3. Fungsi sistem kekebalan tubuh tidak teratur

gambar seorang anak yang sedang sakit (Freepik.com/Freepik)
gambar seorang anak yang sedang sakit (Freepik.com/Freepik)

Tubuh manusia sebenarnya dipenuhi oleh jutaan bakteri baik yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan sistem pencernaan dan melindungi kita dari infeksi. Tapi pada orang yang mengalami intoleransi atau alergi gluten, proses ini bisa terganggu.

Saat tubuh yang sensitif terhadap gluten berusaha memproses zat tersebut, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan. Akibatnya, sistem imun terus “aktif” seolah sedang melawan ancaman, padahal tidak ada bahaya nyata. Kondisi ini lama-kelamaan bisa membuat fungsi sistem kekebalan tubuh menjadi tidak stabil dan bahkan menyerang jaringan tubuh sendiri.

Inilah alasan mengapa banyak penderita intoleransi gluten juga mengalami keluhan seperti peradangan kronis, kelelahan, atau gangguan pencernaan yang sulit hilang. Menjaga keseimbangan mikrobioma usus dan menerapkan diet bebas gluten dapat membantu menenangkan kembali sistem imun agar bekerja sebagaimana mestinya.

4. Kerusakan kesehatan gigi

ilustrasi sakit gigi (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi sakit gigi (pexels.com/Gustavo Fring)

Nggak banyak yang tahu, tapi alergi atau intoleransi gluten juga bisa berdampak pada kesehatan gigi dan mulut. Pada beberapa orang yang sensitif terhadap gluten, jaringan di gusi dan email gigi bisa mengalami reaksi peradangan ringan akibat respon imun tubuh terhadap gluten.

Kondisi ini dapat membuat gusi jadi lebih mudah iritasi, menurunkan kekuatan enamel gigi, dan dalam jangka panjang menyebabkan masalah gigi seperti gusi berdarah, sariawan berulang, atau kerusakan gigi. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa penderita penyakit celiac (bentuk paling serius dari intoleransi gluten) sering mengalami enamel gigi yang menipis atau perubahan warna pada gigi.

Karena itu, menjaga pola makan bebas gluten bisa membantu mengurangi peradangan dan mendukung kesehatan gigi serta gusi yang lebih baik, terutama bagi mereka yang sudah terdiagnosis memiliki sensitivitas terhadap gluten.

5. Sakit kepala

ilustrasi wanita pusing (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi wanita pusing (pexels.com/RDNE Stock project)

Pada sebagian orang, intoleransi atau alergi gluten tidak hanya menimbulkan rasa pusing, tapi juga bisa berkembang menjadi sakit kepala yang cukup parah. Respons berlebihan dari tubuh terhadap gluten dapat memicu reaksi imun yang memengaruhi sistem saraf. Ketika hal ini terjadi, saraf menjadi lebih sensitif dan mudah “kewalahan” oleh aktivitas peradangan yang tidak normal di dalam tubuh.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penderita sensitivitas gluten maupun penyakit celiac memiliki risiko lebih tinggi mengalami sakit kepala atau migrain. Ini kemungkinan disebabkan oleh gangguan aliran darah, stres oksidatif, atau peradangan saraf yang dipicu oleh paparan gluten.

Kalau kamu sering mengalami sakit kepala tanpa penyebab jelas, terutama setelah mengonsumsi makanan berbahan gandum, roti, atau pasta, bisa jadi tubuhmu sedang memberi sinyal adanya intoleransi gluten. Mencoba diet bebas gluten bisa membantu mengurangi gejala ini dan menenangkan kembali sistem saraf yang terganggu.

6. Penyakit kulit

ilustrasi eksim (pexels.com/kaboompics)
ilustrasi eksim (pexels.com/kaboompics)

Selain memengaruhi sistem pencernaan dan saraf, alergi gluten juga bisa berdampak pada kesehatan kulit. Banyak orang dengan intoleransi gluten melaporkan munculnya ruam, jerawat, atau rasa gatal di kulit setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.

Reaksi ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh merespons gluten sebagai zat asing dan memicu peradangan, yang kemudian bisa muncul dalam bentuk masalah kulit seperti dermatitis herpetiformis, jerawat, atau eksim. Pada penderita penyakit celiac, kondisi kulit ini bahkan sering menjadi salah satu tanda awal sebelum gejala pencernaan muncul.

Menjalani diet bebas gluten sering kali membantu meredakan ruam dan memperbaiki kondisi kulit secara bertahap, karena tubuh tidak lagi terpapar pemicu peradangan yang sama. Jadi, kalau kamu merasa kulit mudah breakout tanpa alasan jelas, bisa jadi gluten adalah salah satu faktornya.

7. Nyeri sendi dan otot

Ilustrasi wanita sakit pinggang (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita sakit pinggang (freepik.com/freepik)

Salah satu efek yang paling sering dirasakan oleh orang dengan intoleransi atau alergi gluten adalah nyeri pada persendian dan otot. Gejala ini muncul karena reaksi peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh saat gluten masuk ke dalam tubuh.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein dalam gluten dapat memicu respons imun yang berlebihan, sehingga tubuh secara keliru menyerang jaringan sendiri, termasuk jaringan otot dan sendi. Akibatnya, muncul rasa pegal, kaku, atau nyeri yang mirip dengan gejala radang sendi.

Kondisi ini juga umum ditemukan pada penderita penyakit celiac, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap gluten dengan cara yang bisa memengaruhi berbagai bagian tubuh, bukan hanya saluran pencernaan. Mengurangi atau menghindari gluten dalam pola makan sering kali membantu mengurangi peradangan dan meredakan nyeri otot serta sendi yang muncul akibat reaksi ini.

8. Kelelahan

ilustrasi kelelahan (pexels.com/olly)
ilustrasi kelelahan (pexels.com/olly)

Salah satu efek samping umum dari intoleransi atau alergi gluten adalah rasa lelah berlebihan setelah makan makanan yang mengandung gluten. Hal ini terjadi karena tubuh orang yang sensitif terhadap gluten harus bekerja lebih keras untuk memproses zat yang dianggap “asing” oleh sistem kekebalan tubuh.

Saat sistem imun bereaksi terhadap gluten, tubuh melepaskan senyawa peradangan yang dapat memengaruhi metabolisme dan aliran energi. Akibatnya, banyak penderita intoleransi gluten merasa cepat lelah, sulit berkonsentrasi, atau kehilangan energi bahkan setelah cukup istirahat.

Dalam jangka panjang, proses peradangan ini bisa membuat organ tubuh bekerja dua kali lebih berat, terutama sistem pencernaan dan imun. Jadi, kalau kamu sering merasa lemas atau mengantuk setelah mengonsumsi makanan berbahan dasar gandum, bisa jadi itu tanda bahwa tubuhmu tidak cocok dengan gluten. Mencoba diet bebas gluten dapat membantu memulihkan kembali energi dan membuat tubuh terasa lebih ringan.

9. Nyeri perut

ilustrasi sakit perut (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi sakit perut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bagi banyak orang dengan intoleransi atau alergi gluten, gejala yang paling sering muncul adalah sakit perut. Rasa nyeri ini biasanya terasa seperti pembengkakan atau tekanan di area perut, terutama setelah makan makanan yang mengandung gluten seperti roti, pasta, atau sereal.

Kondisi ini terjadi karena gluten dapat mengganggu kerja otot-otot pencernaan dan memicu penumpukan gas berlebih di usus. Akibatnya, perut terasa kembung, penuh, dan kadang menimbulkan nyeri menusuk. Beberapa orang bahkan menggambarkan sensasinya mirip seperti “perut diremas dari dalam.”

Gangguan ini menjadi salah satu tanda khas dari intoleransi gluten, meskipun bisa juga muncul pada kondisi pencernaan lain. Kalau kamu sering mengalami sakit perut atau kembung setelah makan makanan berbasis gandum, ada baiknya mencoba diet bebas gluten untuk melihat apakah gejalanya mereda.

10. Diare

ilustrasi sakit perut (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi sakit perut (pexels.com/Polina Zimmerman)

Diare merupakan salah satu gejala umum dari intoleransi atau alergi gluten. Kondisi ini ditandai dengan tinja berair yang kadang disertai mual, muntah, dan kram perut. Jika pada umumnya diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau efek samping obat, pada orang dengan intoleransi gluten, gejala ini bisa muncul setiap kali mereka mengonsumsi makanan yang mengandung gluten seperti roti, pasta, atau produk berbasis gandum lainnya.

Diare akibat gluten tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga bisa berdampak serius bila terjadi dalam jangka panjang. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi, karena tubuh kehilangan cairan dan elektrolit penting terlalu cepat.

Jika kamu mengalami diare berkepanjangan disertai demam, nyeri perut, tinja berdarah, atau tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Gejala tersebut bisa menandakan masalah pencernaan yang lebih serius dan perlu penanganan medis lebih lanjut.

Mengenali tanda-tanda alergi atau intoleransi gluten sejak dini bisa membantu kamu menjaga kesehatan pencernaan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Meski gejalanya sering dianggap sepele seperti kembung, sakit kepala, atau mudah lelah, semua itu bisa jadi sinyal bahwa tubuhmu sedang berjuang memproses gluten. Jika kamu merasa beberapa tanda di atas sering muncul setelah makan makanan berbasis gandum, cobalah berkonsultasi dengan tenaga medis dan pertimbangkan pola makan bebas gluten. Dengan langkah kecil seperti ini, kamu bisa membantu tubuhmu bekerja lebih optimal dan merasa jauh lebih baik setiap hari.

Referensi:

PubMed Central. (n.d.). Non-Celiac Gluten Sensitivity: A Review. Diakses Oktober 2025.

PubMed Central. (n.d.). Recent advances in understanding non-celiac gluten sensitivity. Diakses Oktober 2025.

PubMed Central. (n.d.). The Role of Gluten in Gastrointestinal Disorders: A Review. Diakses Oktober 2025.

Cleveland Clinic. (n.d.). Gluten intolerance: Symptoms and treatment. Diakses Oktober 2025.

StatPearls. (n.d.). Gluten-associated medical problems. Diakses Oktober 2025.

Healthline. (n.d.). 8 foods to avoid with a gluten intolerance. Diakses Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Health

See More

Apa yang Terjadi jika Bayi Lahir pada Usia Kehamilan 36 Minggu?

10 Okt 2025, 22:34 WIBHealth