- Letak plasenta di bagian atas rahim (fundal attachment).
- Tali pusat yang terlalu pendek.
- Penggunaan obat pelonggar otot rahim.
Viral Kasus Rahim 'Copot', Ini Kemungkinan Penyebabnya

- Inversio uteri adalah kondisi medis langka yang sangat berbahaya bagi perempuan yang baru melahirkan.
- Penanganan darurat bisa meliputi pemberian cairan, darah, dan antibiotik.
- Ibu hamil sangat disarankan untuk melahirkan di fasilitas kesehatan dengan tenaga terlatih untuk mencegah komplikasi fatal, seperti inversio uteri.
Dini hari di ruang IGD salah satu rumah sakit di Garut, Jawa Barat, seorang bapak datang tergopoh-gopoh sambil membawa kantong plastik hitam yang ternyata berisi organ rahim. Diceritakan oleh dokter, penulis buku, dan edukator kesehatan, dr. Gia Pratama, seluruh adegan itu dimulai dari proses persalinan di luar fasilitas medis, ditangani oleh seorang dukun beranak yang tak sabar menunggu plasenta keluar.
Tanpa menunggu waktu yang dibutuhkan tubuh untuk melepas plasenta secara alami, tali pusat ditarik paksa. Secara istilah rahim “copot” ini memang sangat ekstrem. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kondisi yang disebut inversio uteri, yang mana rahim tertarik keluar bersama plasenta dan tali pusat. Kondisi ini dapat menimbulkan perdarahan hebat yang dapat berakhir fatal.
Kondisi yang sangat berbahaya
Inversio uteri adalah kondisi medis yang sangat jarang, tetapi jika terjadi bisa sangat berbahaya bagi ibu yang baru saja melahirkan.
Pada proses melahirkan, setelah bayi lahir, ada tahap ketika plasenta atau ari-ari akan keluar dari rahim ibu. Normalnya, plasenta akan terlepas dengan sendirinya. Namun, dalam beberapa situasi, tenaga medis membantu proses ini dengan menarik tali pusat. Jika penarikan dilakukan terlalu cepat atau terlalu kuat sebelum plasenta terlepas dengan sempurna, ada risiko rahim ikut tertarik keluar atau “terbalik” ke arah vagina. Kondisi inilah yang disebut dengan inversio uteri. Praktik semacam ini dapat terjadi jika persalinan dilakukan oleh orang yang kurang memahami teknik persalinan yang aman.
Inversio uteri bisa menyebabkan perdarahan hebat dalam waktu sangat singkat. Bisa juga terjadi syok atau penurunan kesadaran karena tubuh kehilangan darah secara tiba-tiba. Jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis, kondisi ini dapat mengancam nyawa.
Ciri utama yang sering terlihat adalah adanya benjolan atau jaringan yang keluar dari jalan lahir, disertai dengan rasa sakit yang sangat luar biasa dan darah yang banyak.
Faktor risiko lainnya antara lain:
Bagaimana penanganannya?

Syok pada kasus inversio uteri ini bisa terjadi karena dua mekanisme, yaitu syok hemoragik akibat perdarahan hebat dan syok neurogenik karena respons sistem saraf terhadap perubahan mendadak posisi rahim. Penanganan darurat dapat meliputi pemberian cairan, darah, dan antibiotik.
Untuk mencegah kejadian ini, tenaga kesehatan harus selalu memastikan plasenta benar-benar telah lepas sebelum melakukan tindakan apa pun dan melakukan penanganan dengan penuh ketelatenan.
Jika terjadi inversio uteri, penanganan harus dilakukan secepatnya agar rahim bisa dikembalikan ke posisi semula dan perdarahan berhenti. Dokter biasanya akan melakukan reposisi rahim secara manual dengan tangan, memberikan obat perangsang kontraksi rahim, cairan infus, serta transfusi darah jika diperlukan.
Dalam beberapa kasus tertentu, jika penanganan manual gagal, tim medis akan melakukan operasi. Hal terpenting adalah pasien harus segera mendapat pertolongan di rumah sakit jika mengalami perdarahan hebat setelah melahirkan.
Pertolongan medis yang tepat saat melahirkan
Sangat dianjurkan agar semua ibu hamil melahirkan di fasilitas kesehatan dengan tenaga terlatih untuk menghindari komplikasi fatal, seperti inversio uteri. Selain itu, perlu ada pelaporan dan evaluasi rutin kasus-kasus kegawatan obstetri agar dapat dicegah di masa mendatang.
Edukasi tentang risiko inversio uteri sangat penting bagi ibu hamil dan keluarganya. Dengan mengetahui risiko dan tanda-tanda bahaya, keluarga bisa lebih waspada dan segera mencari pertolongan medis jika terjadi sesuatu yang tidak biasa setelah melahirkan.
Referensi
Kaur, Amanjot, and Beant Singh. “Acute Uterine Inversion – A Complication Revisited; a Case Series and Review of Literature.” Case Reports in Perinatal Medicine 11, no. 1 (January 1, 2022): 20200081.
Wahono, William Timotius, Angela Putri, Yudianto Budi Saroyo, Antonius Joko Nugroho, Ruth Sally, Sugianto Parulian Simanjuntak, and None Samuel. “A Case of Third Degree Hemorrhagic Shock Due to Total Subacute Uterine Inversion after Delivery.” Medical Journal of Indonesia 30, no. 1 (February 11, 2021).


















