Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Negatif Pengabaian Fisik yang Muncul setelah Dewasa

ilustrasi menggendong anak (unsplash.com/jule_42
ilustrasi menggendong anak (unsplash.com/jule_42

Dilansir The Child Abuse Prevention Center, pengabaian fisik dapat didefinisikan sebagai perlakuan lalai, penganiayaan, atau pembiaran pengasuhan pada anak yang dilakukan oleh orangtua atau pengasuh utama.

Lebih lanjut, contoh dari perilaku pengabaian fisik pada anak, antara lain ialah tidak diberi makan, kurangnya tempat berlindung yang memadai, kurangnya pengawasan, kurangnya pakaian bersih yang memadai, kurangnya perawatan medis, dan gagal dalam memberi perlindungan. Tidak hanya itu, dilansir CPTSD Foundation, beberapa bentuk pelecehan, seperti pelecehan seksual, juga termasuk dalam pengabaian fisik. 

Dampak dari jenis pengabaian ini bisa sangat menghancurkan karena akan berbekas jelas pada benak anak. Berikut ini dampak dari pengabaian fisik yang akan muncul pada saat anak setelah dewasa. Yuk simak!

1. Rendahnya self-esteem

ilustrasi pria frustasi (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pria frustasi (pexels.com/cottonbro studio)

Berbeda dengan self-confidence yang mana berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam bidang tertentu di hidupnya, seperti yang dilansir Health Direct. Sedangkan, self-esteem merupakan cara seseorang berpikir tentang dirinya dan nilai yang diberikan pada dirinya sendiri.

Lebih lanjut, Health direct melansir bahwa rendahnya self-esteem mungkin berasal dari pengalaman di masa kecil. Pada kondisi self-esteem yang rendah, seseorang cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan dan menemui berbagai masalah di lingkungannya. Selain itu, orang yang bersangkutan juga akan menjadi sangat sensitif pada kritik atau perbedaan pendapat dan menarik diri dari aktivitas dan lingkungan.

2. Gangguan makan

ilustrasi gangguan makan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi gangguan makan (pexels.com/cottonbro studio)

Psychology Today melansir bahwa gangguan makan terlihat dari gangguan pola makan secara terus-menerus yang dapat mengarah pada kesehatan fisik dan psikologis yang buruk. Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan makan, salah satunya riwayat trauma dan faktor psikologis.

Dilansir Turnbridge, ada banyak dampak yang terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan makan, baik fisik maupun mental. Pada dampak fisik, seseorang dengan gangguan makan dapat menyebabkan masalah pada jantung, dehidrasi dan malnutrisi, penurunan fungsi otak, menurunkan tingkat hormon, sampai hipotermia.

Selain itu, pada dampak mental akan menyebabkan perilaku obsesif, pikiran yang terdistorsi, self-esteem yang rendah, menyakiti diri sendiri, kecemasan, depresi, isolasi sosial, sampai risiko mengakhiri hidup.

3. Kecenderungan menyakiti diri sendiri

ilustrasi wanita menyendiri (pexels.com/Lucas Pezeta)
ilustrasi wanita menyendiri (pexels.com/Lucas Pezeta)

Dilansir Mayo Clinic, menyakiti diri tanpa percobaan mengakhiri hidup atau biasa disebut self-harm merupakan tindakan melukai tubuh sendiri dengan disengaja dalam rangka mengatasi rasa sakit emosional, kesedihan, kemarahan, dan stres.

Lebih lanjut, tidak ada penyebab tunggal atau sederhana yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan self-harm. Secara umum, hal ini dapat terjadi akibat keterampilan menanggulangi diri yang buruk dan kesulitan dalam mengatur emosi.

Mayo Clinic juga melansir bahwa terdapat faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko melukai dirinya, yaitu memiliki orang di sekitar yang juga melakukan perilaku self-harm, masalah kesehatan mental, penggunaan alkohol atau napza, dan permasalahan hidup, seperti pengalaman pengabaian, penganiayaan seksual, fisik, atau emosional di masa lalu.

4. Kecanduan

ilustrasi kecanduan (pexels.com/Clam Lo)
ilustrasi kecanduan (pexels.com/Clam Lo)

Meski tidak ada cara untuk memprediksi siapa yang akan mendapatkan perilaku kecanduan, tapi Psychology Today melansir bahwa terdapat faktor yang dapat memengaruhinya, salah satunya faktor psikologi yang terdiri dari kepribadian, kesehatan mental, trauma, dan penganiayaan.

Psychology Today juga melansir bahwa mendapat pengalaman buruk yang signifikan secara dini dapat berkontribusi pada perkembangan perilaku kecanduan, seperti gangguan pada penggunaan alkohol dan napza.

5. Kecenderungan melakukan perilaku kekerasan

ilustrasi tindakan kekerasan (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi tindakan kekerasan (pexels.com/Keira Burton)

Abuse and Neglect Defense melansir bahwa anak yang mendapat pengabaian sering dianggap lebih rentan terhadap perilaku kekerasan dan aktivitas kriminal. Selain itu, Good Therapy juga melansir bahwa tumbuh di lingkungan yang traumatis atau terjadi pengabaian dapat lebih cenderung menunjukkan agresi dan menggunakan kekerasan.

Hal ini mungkin terjadi karena anak meniru apa yang didapatkan saat kecil atau termotivasi untuk membalaskan hal yang pernah terjadi padanya ketika ia tidak berdaya dan belum memiliki kapasitas.

Pengabaian fisik bisa terjadi pada siapa saja dan dampaknya bisa muncul kapan saja. Bila kamu atau orang di sekitar ada yang sedang menghadapi kesulitan ini dan ingin menanggulanginya, temui bantuan terapis profesional untuk mendapatkan pendampingan proses untuk menjadi versi diri yang lebih baik lagi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us