Air Mata Pramono saat Peluncuran Buku: Saya Sebenarnya Gak Mau Nangis

- Pramono menolak dibuatkan buku
- Dhito merekam perjalanan Pramono
- Buku perjalanan hidup Pramono
Jakarta, IDN Times ā Suasana di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, mendadak hening saat suara Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung tiba-tiba terhenti.
Ia menyeka air mata yang hampir jatuh di balik lensa kacamatanya, menahan haru yang menyeruak saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku "Panggung Depan Panggung Belakang: Seuntai Kata dan Rupa Pramono Anung Wibowo (Bang Nung)", Rabu (6/8/2025).
"Sorry. Bapak-Ibu saudara-saudara sekalian, saya sebenarnya betul-betul gak mau nangis," ucapnya usai menyeka air mata, sementara matanya masih memerah.
1. Pramono menolak dibuatkan buku

Pramono mengungkapkan bahwa ia sebenarnya menolak ketika pertama kali mendengar rencana pembuatan buku ini. Ia merasa belum waktunya, terlebih momen tersebut berdekatan dengan Pilkada. Selama 25 tahun terakhir, ia pun terbiasa bekerja jauh dari sorotan publik.
"Terus terang, buku ini saya sama sekali gak tahu idenya siapa. Saya menolak. Dan terus terang saya menolak pada waktu itu. Enggak. Karena saya memang selama ini terbiasa menjadi orang yang betul-betul bekerja di belakang," ucapnya.
2. Dhito merekam perjalanan Pramono

Namun, penolakannya berubah ketika ia mengetahui bahwa proses pembuatan buku ini ternyata melibatkan orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah sang putra, Hanindhito Himawan Pramana atau Dhito.
Pramono terharu saat menyadari bahwa Dhito telah merekam begitu banyak memori, bahkan sejak masih kecil. Ia mengingat bagaimana sang anak memperhatikan peran dirinya yang kerap menjadi penengah dalam dinamika pemerintahan dari Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Presiden ke-7 Joko Widodo.
"Dia mencatat memori bapak ini selalu menjadi penengah dari berbagai kemelut yang ada di Republik ini. Ini anak pada waktu itu, saya yakin Dhito mungkin umurnya baru kelas 6 SD lah," katanya.
3. Buku perjalanan hidup Pramono

Lebih lanjut, Pramono menyampaikan bahwa buku ini merekam beberapa nilai utama dalam hidupnya. Salah satu yang paling penting adalah peran keluarga. Ia menyebut keluarga dan guru sebagai dua elemen penting yang membentuk pandangan hidupnya, terutama karena sejak kecil ia kerap berpindah tempat tinggal.
Buku ini ditulis oleh Wisnu Nugroho dan Chandra Gautama. Di dalamnya terangkum berbagai pemikiran serta pengalaman hidup Pramono selama 25 tahun berada di lingkar pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri, empat kali terpilih menjadi anggota DPR, pernah menjadi pimpinan DPR, dan dua kali dipercaya sebagai menteri.