CEK FAKTA: Benarkah Orang Pendek Punya Umur Panjang?

- Gen pleiotropik mempengaruhi pertumbuhan di awal kehidupan, namun jika aktif di usia tua dapat mempercepat penuaan atau bahkan memicu kanker.
- Restriksi kalori terbukti memperlambat proses penuaan tanpa menyebabkan kekurangan gizi dan gen seperti sirtuin dapat berperan dalam memperpanjang umur.
- Gaya hidup seimbang, aktivitas fisik teratur, dan lingkungan sosial yang suportif juga berpengaruh pada umur panjang seseorang.
Jakarta, IDN Times - Benarkah orang bertubuh pendek cenderung memiliki umur yang lebih panjang? Pertanyaan ini kerap kali muncul di media sosial.
Pakar Neurosains Molekuler IPB University, Dr. Berry Juliandi mengupasnya berdasarkan sudut pandang ilmiah. Menurutnya, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi tidak juga dapat disimpulkan secara sederhana.
“Secara molekuler, memang ada gen pleiotropik yang berperan dalam pertumbuhan di awal kehidupan, tetapi jika terus aktif di usia tua dapat mempercepat penuaan atau bahkan memicu kanker,” kata Dr. Berry Juliandi dalam keterangan tertulis, dikutip IDN Times, Minggu (18/5/2025).
1. Pengurangan asupan kalori berdampak besar

Ia menambahkan, salah satu pendekatan yang terbukti memperlambat proses penuaan adalah restriksi kalori, yaitu pengurangan asupan kalori tanpa menyebabkan kekurangan gizi.
Hal ini telah dibuktikan melalui berbagai studi pada organisme model, yang menunjukkan bahwa gen seperti sirtuin dapat berperan dalam memperpanjang umur. Dr. Berry juga menyoroti perbandingan tinggi badan dengan harapan hidup tidak bisa dilakukan secara langsung.
“Kita perlu memahami konsep ukuran relatif. Misalnya, bayi secara absolut mungkin tampak lebih besar jika dihitung berdasarkan proporsi kepala terhadap tubuh. Jadi, ukuran tinggi saja tidak bisa menjadi satu-satunya indikator umur panjang,” tuturnya.
2. Gaya hidup dan lingkungan sosial punya peran penting

Lebih jauh, menurutnya, gaya hidup dan kondisi sosial juga memainkan peran penting dalam menentukan usia harapan hidup seseorang.
Ia pun menyebutkan tentang blue zone, yaitu wilayah-wilayah di dunia dengan populasi berumur panjang, seperti Okinawa [Jepang] dan Sardinia [Italia].
“Penduduk di wilayah tersebut memiliki pola makan yang seimbang, aktif bergerak, dan menjalin hubungan sosial yang kuat,” ungkap dia.
Penelitian yang dikutip Dr Berry dari Stanford University, menunjukkan bahwa dukungan sosial lebih berpengaruh pada kebahagiaan di usia tua dibanding kekayaan atau jabatan.
“Jadi, umur panjang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik (nature), tetapi juga lingkungan (nurture),” kata dia.
3. Aktivitas fisik bisa memicu umur panjang

Ia mencontohkan bagaimana epigenetik, yakni ekspresi gen yang dipengaruhi oleh lingkungan seperti makanan dan stres, turut membentuk daya tahan tubuh terhadap berbagai tekanan eksternal. Salah satunya melalui konsumsi polifenol dari tumbuhan yang mengalami stres alamiah.
Terakhir, Dr. Berry menegaskan pentingnya menjaga tiga pilar utama yang ditemukan pada masyarakat di blue zone, yaitu membatasi asupan kalori, aktif fisik teratur, dan hidup dalam lingkungan sosial yang suportif.
“Stres yang sementara seperti puasa atau aktivitas fisik justru bisa memicu umur panjang, selama tidak berlangsung terus-menerus,” tutur dia.
Dengan demikian, Dr. Berry kembali menegaskan, klaim bahwa orang bertubuh pendek berumur panjang tidak dapat digeneralisasi, karena umur panjang lebih dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor biologis, gaya hidup, dan dukungan sosial.