Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daya Saing Indonesia 2025 Ada di Peringkat 40

Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Indonesia turun 13 peringkat, Malaysia naik 11 posisiTurki juga merosot 13 peringkat. Thailand turun lima peringkat, Malaysia naik 11 peringkat, Filipina naik satu peringkat.
  • Kurangnya peluang ekonomi picu ketimpangan sosial66,1% eksekutif di Indonesia menilai kurangnya peluang ekonomi sebagai faktor utama yang mendorong terjadinya polarisasi.

Jakarta, IDN Times – Peringkat daya saing Indonesia mengalami penurunan tajam dalam laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang dirilis oleh IMD World Competitiveness Center (WCC). Dari total 69 negara dunia yang diukur, Indonesia turun 13 peringkat ke posisi 40. Padahal, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia sempat menunjukkan hasil positif dengan peningkatan dari peringkat  44 pada tahun 2022, naik ke peringkat 34 tahun 2023, dan mencapai peringkat 27 tahun 2024. 

“Pascapandemik, Indonesia merupakan salah satu negara dengan performa daya saing terbaik dalam peringkat WCR yang naik 11 peringkat. Kenaikan peringkat daya saing ini didongkrak dari nilai ekspor migas dan komoditi. Namun, saat ini peringkat daya saing Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara anjlok imbas dari perang tarif yang ditujukan ke kawasan ini,” ujar Direktur World Competitive Center (WCC) IMD, Arturo Bris, dikutip dari siaran pers, Minggu (22/6/2025).


1. Indonesia turun 13 peringkat, Malaysia naik 11 posisi

ilustrasi ekonomi (pexels.com/crazy motions)
ilustrasi ekonomi (pexels.com/crazy motions)

Sama seperti Indonesia, peringkat daya saing Turki juga merosot 13 peringkat. Penurunan ini menjadi yang paling drastis di antara semua negara dalam laporan WCR 2025. Menurun drastisnya peringkat Turki disebabkan oleh memburuknya kondisi ekonomi, terutamanya akibat krisis mata uang yang berkepanjangan. 

Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara, tiga dari lima negara yang disurvei mengalami penurunan, yakni Thailand turun lima peringkat dan Singapura turun satu peringkat. Sebaliknya, Malaysia mengalami lonjakan signifikan dengan naik 11 peringkat serta Filipina naik satu peringkat. Kenaikan peringkat kedua negara ini didorong oleh kebijakan industri dan investasi digital yang strategis. 

Berikut ini merupakan lima besar negara dengan daya saing terbaik di kawasan Asia Tenggara menurut WCR 2025, beserta perbandingannya dengan tahun lalu: 

  1. Singapura peringkat 2 turun 1 peringkat

  2. Malaysia peringkat 23 naik 11 peringkat

  3. Thailand peringkat 30, turun 5 peringkat

  4. Indonesia peringkat 40, turun 13 peringkat

  5. Filipina peringkat 51, naik 1 peringkat


2. Kurangnya peluang ekonomi picu ketimpangan sosial

Ilustrasi Infrastruktur (IDN Times/Arief Rahmat).
Ilustrasi Infrastruktur (IDN Times/Arief Rahmat).

Hasil survei menunjukkan, 66,1 persen eksekutif di Indonesia menilai kurangnya peluang ekonomi sebagai faktor utama yang mendorong terjadinya polarisasi.

Menurut Bris, hal ini mengindikasikan, persoalan ekonomi mendasar seperti infrastruktur yang tidak memadai, lemahnya institusi, dan keterbatasan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia (SDM), perlu mendapat perhatian yang besar. 

"Pembangunan yang dinilai belum inklusif telah menciptakan ketimpangan struktural, tingginya tingkat pengangguran, dan pembangunan yang tidak merata. Keterbatasan dalam penciptaan lapangan kerja baru turut menambah frustrasi masyarakat, karena menghambat mereka untuk naik kelas," kata dia.


3. Tiga dari empat komponen utama daya saing Indonesia melemah

Ilustrasi ekonomi yang menurun (sumber: freepik.com)
Ilustrasi ekonomi yang menurun (sumber: freepik.com)

Dalam penentuan peringkat WCR 2025, terdapat empat komponen utama yang menjadi dasar penilaian, yakni performa pemerintah, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, serta infrastruktur. Indonesia tercatat mengalami penurunan pada tiga dari empat aspek tersebut. Performa ekonomi cenderung stagnan, sementara efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur justru mengalami penurunan. 

Adapun untuk meningkatkan performa ekonomi, Indonesia perlu memperkuat daya tarik investasi internasional yang saat ini mengalami penurunan peringkat dari posisi 36 ke 42. Nilai ekspor layanan komersial masih relatif rendah, berada di posisi 63 dari 69 negara. Meskipun demikian, performa ekonomi Indonesia masih memiliki kekuatan utama yang ditopang oleh PDB per kapita dan pertumbuhan PDB riil yang cukup stabil. 

Dalam hal efisiensi pemerintah, peringkat kerangka kerja institusional mendapat rapor merah, turun peringkat dari 25 ke 51. Penurunan ini mencerminkan perlunya perbaikan dalam berbagai aspek, seperti struktur biaya yang belum efisien,prosedur membuat perusahaan baru, cadangan mata uang per kapita, sampai tingkat kekuatan paspor Indonesia. Sementara, kekuatan efisiensi pemerintah terletak pada pengumpulan pajak pendapatan serta orang pribadi. 

"Efisiensi bisnis Indonesia mengalami penurunan signifikan, dari peringkat 14 ke 25. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi di antaranya, rendahnya ketersediaan tenaga kerja asing yang berkualitas, akses ke layanan finansial, dan tingkat produktivitas keseluruhan tenaga kerja," kata dia.

Sementara itu, di sektor infrastruktur, fokus utama perlu diarahkan pada kemerosotan infrastruktur teknologi yang turun peringkat dari 32 ke 46. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah indikator penting yang masih tertinggal jauh, seperti rendahnya total belanja kesehatan (peringkat 68 dari 69 negara), kurangnya alokasi anggaran pemerintah untuk pendidikan (peringkat 66), jumlah paten yang berlaku (peringkat 66), dan lambatnya kecepatan bandwidth internet nasional yang hanya 28,9 Mbps dari rata-rata 138 Mbps. 

4. Perlu menyusun strategi pembangunan yang terintegrasi dari hulu ke hilir

Ilustrasi Investasi Mengalami Keuntungan
Ilustrasi Investasi Mengalami Keuntungan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Lembaga Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) yang menjadi mitra World Competitiveness Center (WCC) dalam riset ini, menekankan pentingnya pengembangan tenaga kerja yang produktif guna mendorong peningkatan daya saing ekonomi nasional. 

Selain itu, Indonesia juga disarankan untuk mengintegrasikan strategi pembangunan dari hulu ke hilir secara menyeluruh. Sebab, kebijakan pemerintah berperan dalam mendukung daya saing suatu negara secara jangka panjang. 

Data dari WCR 2025 menunjukkan, Indonesia masih tertinggal dalam beberapa indikator penting. Di bidang pendidikan, Indonesia berada di peringkat 62 dari 69 negara, sementara pada sektor kesehatan dan lingkungan berada di peringkat 63. Adapun dalam hal efektivitas kerangka institusional pemerintah, Indonesia berada di peringkat 51. 

“Oleh karena itu, efisiensi pemerintah jangan menjadi cita-cita ideal semata, tetapi harus dipraktikkan agar bisa membangun ketahanan ekonomi dan daya tarik investasi di tahun-tahun mendatang," ucap Bris.


Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us