Dokter Farida Bangun Kesadaran Kanker Payudara Lewat MammaSIP

Jakarta, IDN Times - Farida Briani Sobri adalah sosok dokter dibalik pembuatan website dan aplikasi MammaSIP untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker payudara.
Kepada IDN Times, dia menceritakan aplikasi ini sebagai luaran dari Disertasi S3-nya di Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pada masa pendidikan tahun 2020-2022.
"Kenapa kita gak coba main dari bawah? Jadi justru kita ngasih tahu ke masyarakat, ini lho yang benar tuh caranya begini sehingga sekarang ini di kedokteran ada yang namanya patient-centered era. Jadi era patient-centered itu pengobatan harus berpusat di pasien," ujar Farida yang merupakan dokter spesialis bedah konsultan onkologi dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC).
Dia mengatakan, dahulu dokter dianggap seperti dewa. Pasien sering kali menyerahkan semua keputusan medis tanpa banyak bertanya. Namun, kini pasien harus lebih terlibat dan paham dengan pengobatan mereka.
"Kalau saya punya penyakit ini, harusnya saya dapat apa? Dan kalau dokter menyarankan hal yang berbeda, pasien berhak berdiskusi. Kenapa dokter ngasih ini dan ngasih ini?" kata dia.
1. Inisiatif yang bertujuan untuk berikan edukasi kepada masyarakat

Materi-materi edukasi dalam website dan aplikasi ini disusun berdasarkan penelitian dan referensi-referensi ilmiah serta melibatkan pakar-pakar di bidang masing-masing. MammaSIP jadi sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penanganan kanker payudara.
"Jadi, intinya MammaSIP itu, kita mau bilang sama masyarakat, 'Hei, kalian tuh punya hak untuk tahu kalau kalian punya problem yang berhubungan dengan breast, dengan payudara, ini lho step by step yang harusnya kalian lalui dan kalau kalian tidak mendapatkan hal itu, jangan takut untuk diskusi karena itu hak pasien," kata dia.
2. Masyarakat akan berani mempertanyakan perawatan

Dokter Farida berharap, dengan meningkatnya kesadaran, maka masyarakat akan mulai mempertanyakan perawatan yang tidak sesuai dengan standar kepada dokter.
Hal ini diharapkan dapat memicu para dokter untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka yang akan berdampak pada perubahan kebijakan di tingkat pemerintah.
"Komplain bahwa kanker payudara banyak memakan nyawa tapi gak ada action. Jadi itu sebetulnya background kenapa MammaSIP dibikin," kata dia.
Selain memberikan ruang untuk pasien, MammaSIP juga memberikan dukungan bagi tenaga kesehatan.
"Saya juga bikin ruang untuk tenaga kesehatan dan gak main-main di ruang tenaga kesehatan itu. Ini MammaSIP dibuat pakai uang pribadi semua, gak pakai sponsor apa-apa," kata dia.
3. Dorong dokter tetap berlatih dengan standar internasional

MammaSIP menyediakan video-video edukatif seperti panduan melakukan biopsi dengan bantuan USG, sebuah prosedur standar internasional untuk diagnosis kanker payudara.
Sayangnya, prosedur ini belum ditanggung oleh BPJS di banyak rumah sakit umum Indonesia. Dokter Farida juga mendorong para dokter untuk tetap berlatih dengan standar internasional, terutama di fasilitas swasta yang tidak bergantung pada BPJS.
"Kalau kerja di swasta yang gak BPJS, cobalah mempraktikkan yang sebenarnya. Jadi, ya, sudah, kita memang tutup mata dulu mungkin kalau pasien BPJS. Tapi kalau udah pasien swasta yang pasiennya gak masalah kok bayar, ya kerjakan yang sebenarnya," kata dia.
Inisiatif MammaSIP diharapkan bisa menginspirasi perubahan, baik di tingkat pasien, tenaga medis, maupun pemerintah.
Adapun Farida memulai karier profesionalnya sebagai staf di Departemen Bedah FKUI RSCM Jakarta Pusat dari tahun 2010 hingga 2015. Seiring dengan itu, sejak tahun 2011, ia juga bekerja di RS MMC Jakarta Selatan dan bergabung dengan RS Permata Cibubur, Bekasi, pada tahun 2015 hingga sekarang.