DPR Usul Bentuk Pansus Haji 2025, Soroti Sederet Masalah

- Sejumlah jemaah sempat terlantar hingga berjam-jam, bahkan ada yang menghabiskan waktu satu hari penuh di dalam kendaraan tanpa kejelasan.
- Pansus haji dibutuhkan untuk menelusuri secara komprehensif pelaksanaan teknis ibadah haji mulai dari aspek katering, transportasi, akomodasi, hingga sistem pelayanan terhadap jemaah Indonesia selama di Tanah Suci.
- Muslim berharap persoalan yang terjadi tahun ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk penyelenggaraan di 2026.
Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Muslim Ayub, mengusulkan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Haji 2025 demi melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan ibadah haji. Usulan tersebut muncul setelah banyaknya keluhan dari jemaah Indonesia, khususnya terkait layanan katering, akomodasi, hingga transportasi selama pelaksanaan puncak ibadah haji.
"Kalau kami runut dari perjalanan Mekah ke Arafah, Arafah ke Muzdalifah, Muzdalifah ke Mina, banyak kekecewaan dari jemaah," ujar Muslim Ayub dalam keterangannya di Makkah, dikutip Senin (9/6/2025).
1. Soroti jamaah haji yang terlantar

Politisi Fraksi Partai NasDem ini menegaskan, sejumlah jemaah sempat terlantar hingga berjam-jam, bahkan ada yang menghabiskan waktu satu hari penuh di dalam kendaraan tanpa kejelasan. Hal tersebut, menurutnya, telah menimbulkan ketidakpuasan besar di kalangan jemaah, yang tidak boleh kembali terulang pada musim haji tahun-tahun berikutnya.
"Ketidakbecusan penyelenggara ini sangat terlihat. Karena itu, kami di DPR sebagai pengawas, bertanggung jawab melakukan evaluasi menyeluruh. Rencananya, kami akan mengusulkan pembentukan Pansus Haji di DPR RI," ujar Muslim.
2. Telusuri pelaksanaan teknis haji, mulai katering, akomodasi, hingga sistem pelayanan

Pansus ini, kata Muslim, akan menelusuri secara komprehensif pelaksanaan teknis ibadah haji mulai dari aspek katering, transportasi, akomodasi, hingga sistem pelayanan terhadap jemaah Indonesia selama di Tanah Suci.
Dia juga menyoroti peristiwa inisiatif jamaah dari kloter Aceh yang memilih berjalan kaki sejauh tujuh kilometer dari Muzdalifah ke Mina karena lamanya antrean bus.
"Itu bentuk ikhtiar luar biasa. Tapi seharusnya tidak perlu terjadi kalau manajemen transportasi haji berjalan dengan baik," ujar Muslim.
3. Diharapkan bisa jadi pelajaran berharga

Muslim berharap persoalan yang terjadi tahun ini dapat menjadi pelajaran berharga agar tidak kembali terjadi pada penyelenggaraan haji di 2026. Dia juga mengapresiasi semangat jemaah yang tetap sabar dalam menghadapi situasi sulit di tengah ibadah. Diharapkan, momentum ini menjadi awal dari reformasi sistemik dalam pelayanan haji.
"Haji bukan hanya soal ibadah, tapi juga soal martabat dan keselamatan jemaah. Pemerintah harus hadir dengan sistem yang tangguh dan manusiawi," kata Muslim.