Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Peringati Hari Aksara, PAUD Dikdasmen: Adaptif terhadap Perubahan

Murid Sekolah Dasar (SD) tengah belajar di kelas (ShutterStock/Jakahelu)

Jakarta, IDN Times - Tahun ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Kemendikbudristek) mengangkat tajuk "Digital Literacy for Indonesia Recovery" dalam peringatan Hari Aksara Internasional ke-56.

Kemendikbudristek berharap program pendidikan keaksaraan dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

"Khususnya berkenaan dengan pergeseran paradigma pembelajaran," ujar Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Jumeri.

1. Pandemik ganggu pembelajaran

Ilustrasi belajar mengenai kalimat imperatif (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Diketahui tema besar peringatan Hari Aksara Internasional 2021 adalah “Literacy for a human-centered recovery: Narrowing the digital divide”. Tema ini diangkat di tengah krisis pandemik COVID-19 yang telah mengganggu pembelajaran dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hambatan ini tentu kian memperbesar ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya dalam akses ke peluang pembelajaran keaksaraan yang bermakna. Sebagi informasi, sekitar 773 juta orang muda dan orang dewasa di dunia tidak bisa membaca.

2. Masyarakat pembelajar kunci kemajuan bangsa

Ilustrasi siswa madrasah diniyah. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Sementara itu, Direktur Pendidikan Masyarakat Dan Pendidikan Khusus Dr Samto mengatakan masyarakat pembelajar adalah pemegang kunci kemajuan bangsa. Ia menyebutkan bahwa salah satu syarat utama pembentukan masyarakat pembelajar adalah masyarakat yang gemar membaca.

Menurutnya, tingkat literasi berkorelasi positif terhadap ekonomi dan kesejahteraan. Akses dan penguasaan ilmu pengetahuan pun menjadi modal bagi seseorang untuk lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup.

Pada 2015 lalu, tutur Dr Samto, Forum Ekonomi Dunia menyebutkan setiap bangsa wajib menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi, dan karakter.

Literasi dasar meliputi enam komponen yaitu, literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Dengan menguasai keterampilan abad 21, masyarakat diharapkan mampu mengimbangi laju perubahan.

3. Melakukan gerakan literasi secara masif

Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Karya Utama memanfaatkan akses internet gratis di Taman I Love Karawang, Nagasari, Karawang, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020) (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar)

Kemendikbudristek juga melakukan sejumlah gerakan literasi secara masif, baik di tingkat pusat maupun daerah. Gerakan itu di antaranya, Gerakan Indonesia Membaca, Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat.

Dari pelosok desa hingga kota-kota besar, masyarakat banyak yang secara sukarela menjadi relawan dan pegiat literasi. Baik itu tokoh masyarakat, tokoh agama, selebritas, penulis, serta elemen masyarakat lain dari beragam latar belakang ilmu dan masyarakat.

"UNESCO pun mengapresiasi kerja keras pegiat literasi sehingga saat ini angka buta aksara tinggal 1,37 persen. Selamat hari aksara," Dr Samto. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ezri Tri Suro
Ridho Fauzan
Ezri Tri Suro
EditorEzri Tri Suro
Follow Us