Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari Kartini, Nihayatul: Perempuan Bangsa Harus Melek Literasi Digital

Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh. (Dok. PKB).
Intinya sih...
  • Ketua Umum Perempuan Bangsa, Ninik, tekankan pentingnya literasi digital bagi perempuan untuk menghindari ragam kekerasan di dunia digital.
  • Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi PKB, menekankan pentingnya literasi bagi perempuan dan berharap agar mereka mendapatkan informasi yang memadai.
  • Editor In Chief IDN Times, Uni Lubis, mengapresiasi inisiatif Perempuan Bangsa dalam menggerakkan pentingnya literasi dan menyebut literasi bagi kaum perempuan bukan sekadar membaca dan menulis.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh atau Ninik menekankan pentingnya literasi digital bagi kaum perempuan, agar terhindar dari ragam modus kekerasan di dunia digital. Menurut dia, kekerasan di dunia digital sangat beragam.

Hal itu disampaikan Nihayatul Wafiroh saat menjadi pembicara pada diskusi bertajuk "Yuk Belajar Literasi Digital" secara daring, dalam rangka memperingati Hari Kartini, Senin (21/4/2025). Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Editor in Chief IDN Times Uni Lubis dan aktivis literasi digital Rahma Arifa.

“Kekerasan di dunia digital saat ini sangat luar biasa, dan kita ingin membekali seluruh perempuan untuk mulai melek soal literasi digital. Bukan hanya menggunakan medsos hanya untuk mendapatkan informasi, tetapi juga dapat memberi informasi dan membentengi diri kita,” kata dia. 

1. Indonesia harus bersyukur punya Kartini

Ilustrasi buku Surat-Surat Kartini (shopee.co.id/Patjarmerah Official Shop)

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi PKB itu berujar, Hari Kartini cukup dekat dengan literasi. Kaum perempuan Indonesia sepatutnya bersyukur dapat belajar literasi dari Kartini, yang telah memberi contoh dengan mendobrak tradisi luar biasa, salah satunya adalah tradisi membaca.

“Saya berharap melalui kegiatan ini seluruh kader Perempuan Bangsa, juga perempuan Indonesia secara umum, bisa mendapatkan informasi yang memadai untuk kita bisa lebih melek pada masalah yang menimpa kaum perempuan,” tutur Ninik.

2. Literasi digital bukan sekadar bisa membaca

Uni Lubis dalam acara gathering Duta Besar RI pada Rabu (9/4/2025). (IDN Times/Alya Achyarini)

Pada kesempatan itu, Editor In Chief IDN Times, Uni Lubis mengapresiasi diskusi pentingnya literasi bagi perempuan yang digagas Perempuan Bangsa. Menurut dia, Perempuan Bangsa mempunyai sosok yang selama ini sudah menggerakkan pentingnya literasi dan sering dia jadikan contoh, yaitu Nihayatul Wafiroh.

“Perempuan Bangsa menurut saya rasa sudah melakukan inisiatif yang sangat baik, dan tepat dalam rangka Hari Kartini. Selamat Hari Kartini buat kita semua," kata Uni.

"Yang selalu saya jadikan contoh Mbak Ninik nih, bagaimana memanfaatkan media sosial dengan sangat baik, baik untuk mendapatkan input dan terutama untuk menyampaikan hasil-hasil kerja. Ini menurut saya patut untuk ditiru,” sambung dia.

Uni menyebut, literasi bagi kaum perempuan bukan sekadar bisa membaca dan menulis, tetapi juga memahami serta memilih sumber informasi.

“Jadi lebih jauh lagi dari sekadar informasi. Bahkan bisa mengomunikasikan. Jadi lebih dalam,” tuturnya.

3. Literasi memainkan peran penting

Rahma Arifa alias Rara anak Cak Imin (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Pada kesempatan yang sama, Rahma Arifa mendorong Perempuan Bangsa lebih saring lagi menggelar diskusi dengan menghadirkan tokoh dari luar politik, terutama yang berlatar jurnalis dan aktivis.

Menurut putri Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar itu, Perempuan Bangsa sebagai sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) perlu mendapatkan input dari tokoh-tokoh di luar politik, agar laju perjuangan politiknya lebih terarah dan terukur.

“Kita harus sering-sering nih belajar sama mbak Uni Lubis okey, kita harus sering-sering nih mengobrol dengan mbak Uni Lubis. Jadi sering-sering lah ya tante Nihayah kita diskusinya dengan kawan-kawan jurnalis, dan juga kawan-kawan aktivis yang bergerak di luar politik, karena politik itu sangat-sangat-sangat butuh masukan dan juga pencerahan dari kawan-kawan di luar politik,” kata Rara, sapaan akrabnya.

Menurut Rahma, literasi memainkan peran penting bagi setiap individu, terutama kaum perempuan. “Literasi digital harus dimulai dari literasi non digital. Contoh soal kekerasan digital, tentu akan tahu kalau itu kekerasan setelah memahami apa itu kekerasan,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us