Jaga Keluarga dari COVID-19, Dokter Hafiz Mandi hingga 7 Kali Sehari

Jakarta, IDN Times - Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Muhammad Hafiz Aini menceritakan pengalamannya selama menjalani tugas di rumah sakit Universitas Indonesia (RS UI) untuk menangani pasien virus corona atau COVID-19.
Kepada IDN Times, dr. Hafiz mengatakan harus memberi penjelasan lebih kepada keluarga karena tugas yang dihadapinya. Pengertian dan komunikasi tentang penanganan COVID-19 harus dilakukan lebih dalam agar keluarga tidak terlalu khawatir dengan risiko yang dihadapinya.
"Harus beri komunikasi lebih ya di awal, ibarat berperanglah. Jangan maju berperang tanpa ada persiapan. Jadi di keluarga juga kita persiapkan bahwa kondisi begini, kenapa kita berjarak, mengisolasikan diri," ujar dr. Hafiz lewat live streaming IDN Times, Sabtu (18/4).
1. Beri pengertian kepada keluarga tentang tugasnya

Dalam keadaan seperti ini dia juga sempat ditanyakan oleh keluarga kenapa harus memisahkan diri sementara, membedakan alat makan dan sebagainya.
Dengan keadaan itu, dr. Hafiz berusaha memberi pengertian tentang tugasnya dan akhirnya keluarga bisa menerima tugasnya.
"Mereka menerima dan akhirnya mengetahui alasannya kenapa dan sekarang sudah berjalan seperti biasa," kata dia.
2. Bisa mandi sampai 7 kali sehari

Ketika sudah sampai di rumah, dr. Hafiz juga terkadang akan mandi lagi, walaupun dia sudah mandi di rumah sakit selama menangani pasien.
Dia mengatakan bahwa selama masa COVID-19 ini dia bisa mandi sebanyak tujuh kali karena harus benar-benar menjaga kebersihan.
"Rekor saya mandi bisa 7 kali sehari, bisa sampai masuk angin," kata dia.
3. Banyak tenaga medis yang khawatir dengan keluarganya

Dr. Hafiz mengatakan bahwa COVID-19 bisa menyerang siapa saja termasuk kelompok yang berisiko tinggi seperti orang tua. Maka dari itu sebagai dokter dia terbilang khawatir dengan tenaga medis yang masih harus berkontak dengan keluarga di rumah
"Rekan saya yang serumah dengan orangtua memang harus kontak dengan orangtuanya dan anak yang masih kecilnya. Sedih sih dengarnya, karena yang biasanya mencium anaknya, untuk sementara tidak bisa," kata dia.
4. Dokter juga alami tekanan mental

Di kondisi seperti ini, dr. Hafiz mengatakan bahwa banyak tenaga medis yang bercerita tentang keluh kesah mereka. Mereka sedih karena tidak bisa bertemu orangtua dan mencium anaknya.
"Bahkan banyak yang diminta untuk kita tidak pulang. Untuk menginap saja," kata dia.
Maka dari itu, bukan hanya fisik tenaga kesehatan saja yang terpengaruh, namun mental mereka juga terpengaruh.
"Jadi kita harus tetap semangat dan jaga diri seperti istirahat," kata dia.