Kasus Positif Virus Corona Terus Meroket, Ini Penyebabnya

Jakarta, IDN Times - Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan, naiknya angka kasus COVID-19 dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Dewi, salah satu faktor yang mudah dilihat adalah karena bertambahnya pemeriksaan.
"Yang paling mudah kita lihat sekarang adalah penambahan kasus positif tinggi, karena jumlah pemeriksaan juga bertambah tinggi," jelasnya yang dilansir dalam laman Covid.19.go.id, Rabu (17/6).
1. Jumlah pemeriksaan mempengaruhi angka penambahan positif

Dewi menerangkan, jumlah pemeriksaan mempengaruhi angka rata-rata penambahan kasus positif setiap harinya.
Artinya, apabila angka positivity rate menunjukkan hasil yang sama, berarti tidak ada perbedaan meski jumlahnya bertambah.
"Kalau dalam istilahnya adalah kita melihat positivity rate, berapa persen orang yang positif dari jumlah orang yang diperiksa. Kalau jumlahnya kurang lebih sama, berarti tidak ada perbedaan walaupun angkanya bertambah besar," jelasnya
2. Target pemeriksaan 20.000 per hari

Dia mencontohkan, ketika awalnya dilakukan pemeriksaan dengan target 10.000 lalu kemudian naik menjadi 20.000 per hari, maka hasilnya juga berpotensi akan meningkat.
"Misal di awal kita punya target pemeriksaan 10.000 per hari, sekarang naik jadi 20.000 per hari, maka kita akan melihat lonjakan jumlah kasus positifnya," jelas Dewi.
Untuk itu, dia meminta masyarakat tidak mengartikan bahwa penambahan angka kasus positif tersebut berarti kondisi semakin buruk dan perjuangan melawan COVID-19 selama ini menjadi sia-sia.
"Ketika kita melihat angka, maka jangan dilihat secara bulat," ujar Dewi.
3. COVID-19 merupakan penyakit yang dinamis

Dewi menjelaskan bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang dinamis, sehingga keadaan tersebut juga mempengaruhi berubahnya angka kasus.
Menurutnya, seseorang berpotensi mengalami perubahan status dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) menjadi Pasien Dalam Pengawasan (PDP), kemudian berubah lagi positif hingga negatif setelah melalui rangkaian isolasi mandiri dan dua kali melakukan tes swab.
Perubahan tersebut mempengaruhi data laporan kasus setiap harinya. "Mungkin hari ini ada orang yang statusnya Orang Dalam Pemantauan (ODP) lalu kemudian setelah dites swab hasilnya positif, maka status berubah. Kemudian nanti selang dua minggu kemudian melakukan tes swab ulang sebanyak dua kali negatif, sembuh statusnya," jelas Dewi.
"Jadi yang tadi statusnya ODP, berubah menjadi positif berubah menjadi sembuh," imbuhnya.
4. Kapasitas tenaga medis ditingkatkan seiring pemeriksaan sampel yang masif

Menurut Dewi, gambaran tersebut dipahami satu orang dapat berpindah status dan masuk dalam akumulasi data laporan, sehingga inilah yang kemudian disebut bahwa COVID-19 adalah penyakit yang dinamis.
Dewi mengatakan, infrastruktur dan kapasitas tenaga medis serta komponen terkait penanganan COVID-19 harus ditingkatkan. Terlebih jumlah pemeriksaan sampel semakin meningkat, sebagai upaya tracing yang lebih agresif dalam menemukan kasus baru.
"Masyarakat lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan meningkatkan imunitas dengan menjaga gizi seimbang, tidur yang cukup, dan berolahraga secara teratur," pesannya.