Kemenko Polkam Bangun SPPG di Jayanti Bogor 3000 Meter

- Swadaya masyarakat, anggaran lebih hemat sebesar Rp1 miliar
- MBG berdampak 1.000 hari kehidupan
Bogor, IDN Times - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) mulai merealisasikan pembangunan Sentra Pangan dan Penyedia Gizi (SPPG) sebagai bentuk implementasi dari program Makan Bergizi (MBG) di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, hadir langsung dalam prosesi peletakan batu pertama SPPG, tepat di depan kantor Desa Cijayanti, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/8/2025).
Pembangunan dapur SPPG dilakukan di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Pembangunan dilakukan dengan bekerja sama antara pemerintah dan masyarakat sekitar secara gotong royong.
“Saya kira lahan ini cukup luas, dari syarat yang diberikan Badan Gizi Nasional seluas 400 meter. Ini seluas 3.000,” kata Lodewijk dalam sambutannya.
Pembangunan ini jadi simbol kolaborasi antara pemerintah pusat dan warga yang juga menunjukkan komitmen serius terhadap isu ketahanan pangan dan gizi.
1. Swadaya masyarakat, anggaran lebih hemat sebesar Rp1 miliar

Loedewijk mengatakan, berbeda dari proyek pada umumnya yang melibatkan kontraktor besar, pembangunan SPPG di Cijayanti dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan anggaran sekitar Rp1 miliar.
“Pembangunan dilakukan swadaya, saya kira ini lebih hemat dibanding menggunakan pihak lain,” ujar dia.
Dia mengatakan, hal ini jadi contoh bagaimana model pembangunan partisipatif bisa menjadi solusi efektif di tengah keterbatasan anggaran.
2. MBG berdampak 1.000 hari kehidupan

SPPG menjadi sarana penting dalam menjalankan Program Makan Bergizi (MBG) yang bertujuan menekan berbagai masalah gizi di Indonesia, baik kekurangan gizi, kelebihan gizi, maupun kekurangan zat gizi mikro.
“MBG akan memberi dampak pada 1.000 hari pertama kehidupan. Setelah lahir, 910 hari ditanggung pemerintah,” ujar Lodewijk.
Dapur ini akan melayani hingga 3.000 orang per hari, menjangkau anak sekolah dasar, balita, ibu hamil, remaja, bahkan santri dan sekolah keagamaan.
3. SPPG telah buka 1.000 lapangan kerja dan dorong ekonomi lokal

Selain berfungsi sebagai pusat pemenuhan gizi, SPPG juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi lokal. Koperasi Merah Putih akan jadi salah satu penyedia bahan pangan, seperti beras, sayur, telur, daging ayam dan sapi.
“Satu dapur bisa melayani 3.000 orang per hari. Artinya, akan membuka lebih dari 1.000 lapangan kerja,” ucap Lodewijk.
Program ini juga menciptakan rantai suplai lokal, yaitu warung dan UMKM bisa ikut merasakan manfaatnya.
Ia berharap, dengan hadirnya dapur gizi SPPG, pemerintah dapat memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas. Di tengah ancaman bonus demografi yang bisa berakhir 2030, upaya ini jadi langkah konkret dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.