Kota Bogor Butuh 82 Dapur untuk Layani Makan Bergizi Gratis

- Pemkot Bogor membutuhkan 82 dapur untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi 120 ribu pelajar
- Wali Kota Bogor menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pemilik lahan, penyedia logistik, dan SDM pelaksana
Bogor, IDN Times - Pemkot Bogor membutuhkan sebanyak 82 dapur untuk melayani program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi seluruh murid di daerah Bogor.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pemilik lahan, penyedia logistik, hingga SDM pelaksana. Ia juga mengingatkan, semua proses harus mengikuti tata kelola pemerintahan yang baik, mengingat program ini dibiayai uang negara.
"Semua prosesnya harus government, sesuai tata kelola, karena ini uang negara. Meskipun ada semacam kemudahan, tapi proses tata kelolanya harus benar, tata kelola administrasinya, tata kelola pembelian logistiknya, pembagiannya, sumber dayanya," kata Dedie saat mengunjungi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Senin (21/4/2025).
Menurut dia, program MBG bukan hanya tentang menyediakan makanan bergizi, tapi juga membangun sistem dan komitmen lintas sektor demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih sehat dan cerdas.
1. 120 ribu pelajar jadi sasaran MBG

Dedie mengatakan, saat ini ada sekitar 120 ribu pelajar di Kota Bogor yang akan menjadi penerima manfaat program MBG.
Jumlah tersebut menuntut adanya sistem pelayanan makanan bergizi yang masif dan terstruktur di seluruh wilayah kota.
2. Butuh 82 dapur MBG untuk melayani semua murid

Dedie mengatakan, dengan kapasitas satu dapur mampu melayani 2.000 hingga 3.000 murid, maka Kota Bogor membutuhkan sekitar 82 dapur MBG.
Untuk itu, ia mengajak perangkat daerah hingga camat untuk mulai memetakan kebutuhan berdasarkan data pokok pendidikan (dapodik).
3. Baru ada empat dapur

Sejak peluncurannya pada Januari 2025, baru terdapat empat SPPG yang beroperasi.
Dua dapur tambahan ditargetkan mulai aktif pada Agustus 2025. Namun, masih diperlukan puluhan dapur lagi yang membutuhkan kerja sama berbagai pihak, termasuk swasta.
"Jadi kebayang kalau kemudian kita mau nambah 10 lagi, kita butuh waktu. Ini betul-betul murni harus ada kemitraan antara pemilik aset lahan dan tentu ada yang membangunkan dapur serta peralatannya," kata Dedie.