Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Layanan Katering Jemaah Haji dari 2015, Kini di Makkah 66 Kali Makan

Layanan katering untuk jemaah haji (IDN Times/Sunariyah)

Jeddah, IDN Times - Layanan katering tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan haji. Hal ini karena jemaah haji mendapat jatah makan, baik di Madinah maupun di Makkah. Penyediaan katering dimulai sejak 2015, setelah ada perubahan kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid mengatakan, sejak 2015 katering menjadi salah satu syarat dalam pelaksanaan elektronik haji (e-hajj), selain akomodasi dan transportasi.

Awalnya, layanan katering diberikan kepada jemaah haji saat berada di Madinah, sebanyak 18 kali makan dalam rentang sembilan hari. Layanan katering juga diberikan pada fase puncak haji di Arafah – Muzdalifah – Mina (Armina), sebanyak 15 kali makan.

Saat di Makkah jemaah diminta membeli makanan sehari-harinya secara mandiri, berbekal uang saku (living cost) sebesar 1.500 riyal, yang diberikan kepada mereka di asrama haji Embarkasi, jelang keberangkatan ke Arab Saudi.

Namun pada operasional haji 1436 H/2015 M, layanan katering diberikan juga kepada jemaah Indonesia ketika mereka berada di Makkah dan living cost tetap diberikan kepada jemaah.

1. Pada 2018 dan 2019 layanan katering di Makkah diberikan 40 kali

Katering untuk jemaah haji saat baru tiba di Bandara Jeddah (IDN Times/Sunariyah)

Subhan Cholid menjelaskan, layanan katering bagi jemaah haji Indonesia di Makkah sudah berjalan selama tujuh kali musim haji, terhitung sejak 2015. Sebab, Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji pada dua tahun masa pandemik, 2020 dan 2021.

"Dalam rentang tujuh tahun itu, jumlah layanan katering di Makkah tidak selalu sama setiap musimnya," terang Subhan di Makkah, Minggu (18/6/2023).

Menurut Subhan, pada tahun pertama pemberian layanan katering di Makkah (2015), jemaah haji Indonesia saat itu mendapatkan 15 kali layanan katering yang didistribusikan sebagai makan siang.

Layanan itu diberikan sejak kedatangan pertama jemaah haji Indonesia di Makkah. Namun, pada enam hari sebelum puncak haji, layanan katering di Makkah dihentikan sementara dan baru dibuka setelah puncak haji.

"Jadi, bagi jemaah yang datang ke Makkah menjelang puncak haji, layanan katering diberikan pada fase sebelum dan sesudah Armina," sebutnya.

Pada 2016, layanan katering bertambah menjadi 24 kali berupa makan siang dan malam. Setahun kemudian, layanan konsumsi jemaah di Makkah bertambah menjadi 25 kali. Selain makan siang dan malam, ada penambahan satu kali pemberian snack berat untuk bekal sarapan jemaah.

Pada 2018 dan 2019, layanan katering di Makkah diberikan sebanyak 40 kali, dalam bentuk makan siang dan malam. Adapun pada 2020 dan 2021, Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemik Covid-19.

2. Layanan katering dihentikan sementara tiga hari sebelum fase puncak haji

Layanan katering untuk jemaah haji (IDN Times/Sunariyah)

Subhan menjelaskan, sejak 2015 sampai 2019, selalu saja ada penghentian sementara layanan katering jelang dan setelah puncak haji. Hanya saja, rentang masa penghentiannya yang berbeda-beda.

Pada 2015, penghentian sementara bahkan sudah dilakukan sejak enam hari sebelum puncak haji. Sementara pada 2016 hingga 2019, penghentian sementara dilakukan sejak tiga hari sebelum fase puncak haji. Layanan katering pada masa itu baru diberikan kembali tiga hari setelah puncak haji, tepatnya mulai 16 Zulhijah.

Ada dua alasan penghentian katering jelang dan setelah puncak haji. Pertama, menjelang wukuf, seluruh jamaah haji dunia sudah terkonsentrasi di Makkah, sehingga jalanan mulai padat dan akses menuju ke pemondokan jemaah juga sering ditutup saat menjelang salat.

"Kondisi seperti ini menyulitkan dalam proses distribusi makanan karena kepadatan lalu lintas di Kota Makkah," jelas Subhan.

"Kita sih maunya memberikan layanan makanan terus menjelang hari H-nya. Tapi kondisi di Makkah memang berbeda karena kepadatan lalu lintas. Seluruh bus transportasi juga dihentikan dua hari menjelang Arafah karena seluruhnya dikonsentrasikan untuk Armina," tambahnya.

Alasan kedua, tenaga kerja penyedia layanan katering seperti juru masak, menjelang puncak haji ikut dikonsentrasikan ke dapur-dapur di Armina. Sebab, layanan katering selama Armina dimasak di dapur-dapur yang disiapkan di tenda jemaah haji Indonesia di Arafah dan Mina.

"Jadi mereka sudah terkonsentrasi untuk Armina. Sehingga, layanan katering pada masa-masa itu dihentikan sementara," ujarnya.

3. Pada 2023 kuota normal, jemaah dapat makan di Makkah 66 kali

Masjidil Haram, Makkah (IDN Times/Sunariyah)

Pada 2022, pandemi Covid-19 mulai mereda. Indonesia kembali memberangkatkan jemaah haji. Namun, saat itu kuota yang diberikan tidak mencapai 50 persen, hanya 100.050 jemaah haji saja. Pengurangan kuota juga terjadi untuk semua negara. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang dirilis Arab Saudi, total jemaah haji 2022 pada kisaran 800.000. Jumlah ini terbilang kecil. Sebab, saat normal, jumlah jemaah haji bisa mencapai 2,5 juta orang.

“Kondisi Makkah yang lengang, mendorong PPIH atas arahan Gus Men Yaqut Cholil Qoumas untuk memberikan layanan katering secara penuh. Saat itu, jemaah haji Indonesia mendapatkan 75 kali makan selama di Makkah berupa sarapan, makan siang, dan makan malam,” paparnya.

“Kondisi 2022 yang relatif lengang, memungkinkan layanan katering diberikan hingga menjelang puncak haji,” tegas Subhan.

Untuk 2023, kuota jemaah haji Indonesia kembali normal, bahkan mendapat tambahan 8.000 orang sehingga totalnya menjadi 229.000 jemaah. Kuota haji dunia juga kembali normal. Kota Makkah pada hari ini sudah sangat padat dan akan terus bertambah menjelang puncak haji, saat seluruh jemaah haji sudah berada di Kota Kelahiran Nabi.

“Tahun ini, PPIH memberikan layanan katering jemaah selama di Makkah sebanyak 66 kali berupa sarapan, makan siang, dan makan malam,” tutur Subhan.

“Karena kondisi lalu lintas yang sangat padat dan para juru masak juga sudah dikonsentrasikan ke Armina, maka layanan katering di Makkah dihentikan sementara pada sehari sebelum puncak haji dan dua hari setelah Armina,” tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us