Menkes Minta Guru Besar ini Bantu Turunkan Kasus Stunting 14 Persen

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengukuhkan Moesjijanti Yudiarti Endang Soekatri, sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes.
Budi meminta sang guru besar yang kerap disapa Prof. Santi itu untuk ikut andil turunkan kasus stunting hingga 14 persen.
Dalam orasi ilmiah dengan judul 'Peran Ahli Gizi dalam Eradikasi Stunting Melalui Gerakan OVON (One Village One Nutritionist)' Santi memberikan perhatiannya pada penurunan angka stunting di Indonesia.
Ia menjelaskan, untuk jangka pendek stunting dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menghambat fungsi kognitif. Sementara dalam jangka panjang stunting tidak saja berpengaruh pada fisik yang pendek, tapi juga berisiko terhadap penyakit degeneratif serta menurunkan kesehatan reproduksi.
''Singkatnya stunting adalah gangguan pertumbuhan disertai dengan hambatan perkembangan pada masa kandungan ibu. Proses terjadi stunting bersamaan dengan hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ vital lainya seperti otak, jantung, dan ginjal,'' katanya dikutip laman kemkes.go.id, Minggu (3/4/2022).
1. Stunting sebabkan gagal tumbuh

Menurut Santi, stunting tidak saja menyebabkan gagal tumbuh, tapi juga bisa mengalami gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan risiko menderita penyakit tidak menular di masa yang akan datang.
Santi menyebut, salah satu cara menurunkan stunting adalah dengan pendampingan bagi keluarga berisiko stunting. Pendampingan tersebut dilakukan oleh tenaga profesional di bidang gizi dan kesehatan.
''Selama 3 bulan keluarga dengan risiko stunting didamping oleh nutrisionis dengan 9 kali kunjungan lapangan melibatkan bidan desa, kader, nakes, dan puskesmas setempat,'' ucap Santi.
2. Berdasarkan hasil pendampingan, jumlah anak kurang gizi berkurang

Berdasarkan pendampingan yang melibatkan 2.790 anak Baduta, 518 ibu hamil, 144 ibu hamil kekurangan energi kronik (KEK), dan 840 ibu menyusui yang punya anak bayi 0 sampai 6 bulan, menunjukkan keadaan yang cukup baik.
Rata-rata Baduta dengan gizi pendek turun 6 persen, anak Baduta dengan gizi kurang menurun 3 persen, rata-rata ibu hamil dengan KEK turun 7,1 persen.
''Hal ini membuktikan bahwa pendampingan selama 3 bulan terhadap keluarga berisiko stunting, memberikan bukti (adanya penurunan kasus stunting) bukan janji,'' tutur Santi.
3. Budi minta Santi bantu percepat penurunan angka stunting di Indonesia

Menanggapi hal tersebut, Budi mengaku bangga memiliki profesor di bidang ilmu gizi.
"Saya sangat bangga karena banyak teman-teman di Kemenkes tidak henti mencari ilmu dan mengembangkan kemampuannya,'' kata Budi.
Dengan pendalaman di bidang gizi, lanjutnya, Budi meminta Santi ikut andil dalam upaya mengejar target penurunan kasus stunting di Indonesia hingga 14 persen.
''Jadi Prof. Santi jangan kaget kalau nanti diajak video conference malam-malam atau week end untuk bantu bagaimana caranya kita mempercepat penurunan angka stunting ke angka 14 persen, kalau bisa lebih turun lagi,'' kata Budi.