Menteri Hanif: Impor Sampah Akan Kita Akhiri

Jakarta, IDN Times - Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq menegaskan dirinya bakal menghentikan impor sampah.
Hal itu ia sampaikan setelah serah terima jabatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
“Kami juga akan mengevaluasi impor sampah itu sepertinya akan kita akhiri. Tentu langkah-langkah strategis akan kami bangun di sini,” kata dia.
Dikutip dari laman greennetwork.id, impor sampah plastik di Indonesia telah menjadi isu penting dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait dampaknya terhadap lingkungan.
Pada tahun 2022, impor sampah plastik di Indonesia mencapai lebih dari 194 ribu ton. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pengimpor sampah plastik terbesar di dunia.
Idealnya, negara pengimpor sampah plastik dapat memperoleh keuntungan finansial sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan apabila mampu mengelola dan memanfaatkan dengan baik sampah plastik kiriman dari negara pengekspor.
Namun, kenyataannya, banyak sampah plastik yang dikirim ke Indonesia tidak dapat digunakan, antara lain karena kondisinya yang tidak layak (terkontaminasi, terdegradasi/terurai, dan sebagainya) dan fasilitas pengelolaan yang kurang memadai.
Penelitian Ecoton dan Nexus3 menemukan bahwa antara 25-50 persen sampah plastik yang diimpor oleh perusahaan daur ulang plastik dan kertas di Indonesia tidak dikelola dengan baik.
Sampah plastik impor pada akhirnya mendatangkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti yang terjadi di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo dan di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.
Dua wilayah yang menjadi penampung limbah plastik impor bersamaan dengan impor limbah kertas. Sebuah penelitian mengungkap bahwa kandungan dioksin dalam telur ayam di dua desa tersebut sangat tinggi, yakni mencapai 200 pikogram per gram lemak, jauh melampaui standar aman yang ditetapkan Badan POM (0,5 pikogram per gram lemak).
Di Makassar, 55 persen sampel ikan yang dijual di pasar tradisional mengandung puing-puing plastik beracun.