MUI Minta Masyarakat Ambil Pesan Moral Usai Soeharto dan Gus Dur Jadi Pahlawan

- Bangsa harus adil dalam menilai sejarah
- Pentingnya bersikap objektif dan tidak berlebihan dalam menghakimi
Jakarta, IDN Times - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat mengambil pesan moral atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada dua tokoh besar bangsa, yaitu Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang bertepatan dengan Hari Pahlawan 2025.
MUI menilai keputusan ini sebagai langkah rekonsiliasi sejarah yang strategis dan elegan, mencerminkan kedewasaan bangsa dalam menghargai jasa para pemimpin, meski memiliki masa lalu yang kompleks. MUI juga menyampaikan apresiasi tinggi kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Zainut Tauhid Sa’adi, mengatakan, penganugerahan ini menjadi ibrah (pelajaran berharga) untuk masa kini dan masa depan.
“Keputusan ini adalah penegasan bahwa setiap pemimpin memiliki peran dan jasa besar dalam rangkaian sejarah Indonesia. Kita harus mampu mengambil ibrah dari kepemimpinan mereka untuk masa kini dan masa depan,” ujar dia.
1. Masyarakat ambil pesan moral

Zainut mengatakan, MUI menyerukan kepada seluruh umat Islam dan rakyat Indonesia untuk mengambil tiga pesan moral utama dari momentum bersejarah tersebut.
Pertama, kata dia, bersikap objektif dan adil dalam menilai sejarah, sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang adil terhadap sejarahnya.
"MUI mengajak masyarakat menilai Soeharto dan Gus Dur secara holistik, mengambil teladan dari kebaikan mereka, serta menjadikan kekurangan sebagai pembelajaran kolektif untuk perbaikan bangsa ke depan," kata dia.
2. Tidak berlebihan dalam menghakimi

Kemudian, MUI menekankan pentingnya bersikap objektif, tidak absolut, dan tidak berlebihan dalam menilai seseorang.
Menurut dia, diperlukan kejernihan, ketulusan, dan kedewasaan dalam mengambil sikap terhadap sejarah bangsa.
3. Meneladani semangat juang Soeharto

Dari Soeharto, kata dia, MUI menilai bangsa dapat meneladani semangat juang yang tak pernah surut.
Mulai dari perjuangan di masa penjajahan, upaya menegakkan kedaulatan negara, menjaga dan memulihkan keamanan nasional pasca peristiwa G30S/PKI, hingga meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui berbagai program pembangunan berkelanjutan.
4. Menghidupkan nilai kemanusiaan dari Gus Dur

Dari Gus Dur, kata dia, MUI mengajak masyarakat meneladani nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan toleransi.
“Beliau mengajarkan, 'Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu,” ujar Zainut.
Lebih lanjut, MUI memandang penganugerahan gelar kepada dua tokoh dengan latar belakang berbeda, yaitu militer dan ulama menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu bersatu dalam kebhinekaan dan menghormati beragam corak kepemimpinan.
MUI juga menyerukan agar masyarakat mengamalkan prinsip tasamuh (toleransi), tafahum (saling memahami), dan ta’awun (saling menolong) di tengah perbedaan pandangan politik maupun ideologi.
“Mari menjunjung tinggi kebesaran jiwa kedua pahlawan ini, mengakhiri segala bentuk polarisasi yang tidak produktif, dan bersatu membangun Indonesia yang adil, makmur, dan beradab,” ucap Zainut.
















