Pelajaran dari Kehilangan: Menkes Ajak Perangi Kanker Payudara

- Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah kanker terbanyak di Indonesia
- Deteksi dini sangat penting, 90% pasien bisa sembuh jika diketahui sejak stadium awal
Jakarta, IDN Times - Kanker payudara sebagai salah satu penyakit mematikan menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit ini menduduki posisi tertinggi dalam jumlah kasus sekaligus menjadi penyebab utama kematian akibat kanker.
Data terbaru dari Globocan 2020 menunjukkan, kanker payudara menyumbang 16,6 persen dari total kasus baru kanker di Indonesia dengan lebih dari 22 ribu kematian.
Kanker jadi penyakit yang telah merenggut orang tersayang, tak terkecuali bagi Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Budi menceritakan pengalaman pribadi yang memilukan tentang keluarganya yang meninggal dunia akibat kanker.
"Ibu saya meninggal karena kanker payudara, ayah saya meninggal karena kanker prostat, begitu pula dengan mertua saya," kata Menkes Budi saat memperkenalkan Radiofarmaka di Cikarang, Jawa Barat belum lama ini.
1. Skrining sejak dini cegah kematian

Budi mengakui masih banyak perempuan yang takut melakukan deteksi dini kanker payudara, padahal skrining awal merupakan hal penting agar memiliki peluang kesembuhan yang besar.
Menurut dia, rendahnya tingkat deteksi dini terjadi karena masyarakat takut terhadap diagnosis maupun penanganan kanker.
"Untuk breast cancer, masih banyak perempuan yang belum menerima kenyataan terkena kanker payudara. Jadi, mereka tidak mau deteksi dini, padahal kalau ketahuannya telat bisa meninggal. Kita sekitar 70 persen ketahuannya telat,” ujar Budi.
2. Persentase kesembuhan kanker capai 90 persen jika diketahui sejak stadium awal

Budi menekankan, kanker memiliki peluang kesembuhan yang sangat tinggi dan persentase kesembuhan kanker mencapai 90 persen apabila diketahui sejak stadium awal. Untuk itu, butuh kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan deteksi dini
"Satu yang paling penting, harus deteksi dini. Kalau ketahuannya cepat, 90 persen bisa sembuh. Kalau ketahuannya terlambat, 90 persen wafat,” kata Budi.
3. Sebagian besar pasien periksa diri saat kanker sudah stadium lanjut

Budi menganjurkan seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan deteksi dini atau skrining kesehatan secara berkala.
Deteksi dini, lanjut Menkes, berpeluang besar untuk meningkatkan kesempatan seseorang menjadi penyintas untuk penyakit tidak menular seperti kanker. Dengan demikian, biaya perawatan, tingkat keparahan, kecacatan, bahkan kematian bisa dikendalikan.
“Kanker itu dapat dikendalikan, angka survival rate-nya tinggi, tapi syaratnya harus deteksi dini. Sekitar 90 persen bisa dikendalikan, kalau ditemukan pada stadium lanjut, maka 90 persen akan meninggal,” kata Budi.
Di Indonesia, sebagian besar pasien yang memeriksakan diri saat kanker sudah dalam stadium lanjut. Akibatnya 90 persen pasien kanker tidak mendapatkan penanganan yang optimal yang berakhir pada kematian.
4. Pada stadium awal kanker tidak menunjukkan gejala

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Cosphiadi Irawan, mengatakan, pada tahun 2020 setidaknya ada sekitar 10 juta penduduk dunia yang meninggal akibat kanker.
Cosphiadi membeberkan tingginya angka kematian kanker tersebut disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok, dan minum alkohol.
Kebiasaan buruk ini, lanjutnya, diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini. Pada stadium awal, kanker tidak menunjukkan gejala sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya banyak kasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut.
“Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen, karena itu deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,” kata dia.
5. Beban akibat kanker payudara diprediksi akan meningkat pada 2040

Berdasarkan data WHO, kanker payudara menyumbang seperempat dari seluruh kasus kanker pada perempuan. Hal ini menjadikannya jenis kanker paling umum yang didiagnosis pada perempuan pada tahun 2020.
Beban kanker payudara meningkat di banyak wilayah dunia, terutama di negara-negara berkembang. Setiap tahun, lebih dari 2,3 juta kasus baru kanker payudara didiagnosis, mencakup 11,7 persen dari semua kasus kanker global. Pada tahun yang sama, kanker payudara juga menyebabkan sekitar 685 ribu kematian di seluruh dunia.
Pada tahun 2040, beban akibat kanker payudara diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 3 juta kasus baru dan 1 juta kematian setiap tahun karena pertumbuhan populasi dan penuaan saja.
Untuk itu, WHO telah meluncurkan Inisiatif Kanker Payudara Global yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2,5 persen per tahun hingga 2040. Hal ini diperkirakan dapat menyelamatkan 2,5 juta jiwa.
Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker. Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Sebanyak 70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut. Padahal sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan jika pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.
6. Pengobatan kanker menghabiskan pembiayaan BPJS Rp7,6 triliun

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak.
Berdasarkan data dari Kemenkes Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih Rp7,6 triliun.
Tingginya angka kanker payudara di Indonesia menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah, namun bukan berarti penanganan kanker jenis lainnya diabaikan.
7. Strategi Kemenkes perangi kanker payudara

Untuk menekan angka kanker termasuk kanker payudara, Pemerintah Indonesia baru saja meluncurkan 'Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034' pada acara Konferensi Kanker Internasional Indonesia (IICC) 2024 di Bali, Kamis (3/10/2024).
Rencana ini menjadi tonggak sejarah baru dalam perjuangan melawan penyakit mematikan di Indonesia.
Terdapat enam strategi utama yang dirancang untuk memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan, dan pengelolaan kanker di Indonesia, yakni sebagai berikut:
- Skrining
Salah satu fokus utama rencana ini adalah pencegahan dan deteksi dini. Pemerintah akan gencar melakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat dan deteksi dini.
Untuk mempercepat temuan kasus dan memastikan pengobatan kanker yang lebih efektif, pemerintah menargetkan skrining dan deteksi dini mencapai 70 persen melalui skrining kanker serviks dengan metode IVA untuk perempuan usia 30-50 tahun dengan metode HPV DNA.
Pemerintah juga akan meningkatkan pemeriksaan dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis (Sadanis) dan USG.
- Penambahan fasilitas dan alat kesehatan
Untuk mendukung penanganan kanker, pemerintah berkomitmen menambah fasilitas dan alat kesehatan di rumah sakit seluruh Indonesia.
Hingga 2027, akan tersedia tambahan alat diagnostik seperti 276 mammografi, 236 CT scan, 34 SPECT-CT, dan 8 PET-CT. Selain itu, pemerintah akan meningkatkan kapabilitas rumah sakit di 514 kabupaten/kota dan 38 provinsi untuk menyediakan layanan kanker lengkap, termasuk layanan paliatif.
“Kanker payudara paling banyak diderita perempuan, kita sudah memasang 6.000 USG, mudah-mudahan 10.000 USG bisa kita penuhi tahun ini. Kedua ada serviks, kita sudah wajibkan vaksinasi HPV. Testingnya nanti kita geser dari tes IVA dan papsmear ke HPV DNA, ini untuk pencegahan,” kata Budi.
- Tiap daerah bisa lakukan perawatan
Selain upaya preventif melalui skrining kesehatan, Kemenkes juga mendorong seluruh daerah mampu melakukan perawatan dan pengobatan kanker. Hal ini mengingat banyak pasien kanker yang melakukan pemeriksaan sudah dalam stadium lanjut.
Pemerintah terus mendorong agar 514 kabupaten/kota mampu melakukan bedah onkologi dan kemoterapi serta 34 provinsi bisa melakukan radioterapi.
- Penambahan tenaga kesehatan untuk skrining kanker payudara 100 juta perempuan
Dari segi tenaga kesehatan, Menkes berupaya mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas di seluruh fasilitas layanan kesehatan di Indonesia melalui beberapa program khusus seperti pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan.
Pelatihan dokter umum di 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia untuk skrining kanker payudara pada sekitar 100 juta perempuan dewasa juga dilakukan.
8. Deteksi dini kanker dengan Sadari

Berikut langkah-langkah saat melakukan Sadari yang dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi!
1. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris? Jangan cemas, itu biasa.
2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala. dorong siku ke depan dan cermati payudara. Dorong siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran payudara.
3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada.
4. Angkat lengan kiri ke atas dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan.
5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.