Pemkot Jakut Semprotkan Water Mist Berbahan Sampah Buah Usir Polusi

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan uji coba penggunaan cairan organik eco enzyme, sebagai bahan baku penyemprotan water mist generator di kantor wali kota.
Eco enzyme merupakan fermentasi limbah sampah organik seperti sampah ampas buah dan sayuran, gula. Cairan yang diujicobakan itu merupakan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi dan Eco Enzyme.
"Cairan ini segera akan kami manfaatkan dan uji cobakan untuk disemprotkan alat water mist di kantor wali kota," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakarta Utara, Wawan Budi Rohman dalam siaran tertulis, Senin (9/10/2023).
1. Water mist upaya usir polusi udara

Wawan mengatakan, penyemprotan cairan melalui water mist itu merupakan upaya mengatasi persoalan polusi udara yang berkembang belakangan ini.
"Penyemprotan juga bermanfaat meningkatkan kandungan oksigen di udara, sehingga berpotensi menurunkan panas suhu udara," katanya.
2. Campuran cairan organik akan mengambang di udara jadi oksigen

Perwakilan Yayasan Buddha Tzu Chi, Juny Leong mengatakan, untuk memanfaatkan cairan organik yang dibawanya itu, perlu dicampur dengan air sebelum dimasukkan dalam water mist generator. Perbandingannya berkisar antara 1:100.
"Jadi satu mililiter cairan eco enzyme berbanding dengan 100 mililiter air. Kalau air saja yang disemprotkan akan langsung turun ke tanah, tapi dengan campuran cairan organik ini akan mengambang di udara, dan menjadi oksigen," paparnya.
3. DPRD DKI minta Pemprov kaji penggunaan eco enzyme

Anggota DPRD DKI, Nova Harivan Paloh menyarankan, Pemerintah Provinsi DKI mengkaji kembali penyemprotkan air dari atap gedung menggunakan pompa bertekanan tinggi (water mist generator) berbahan sampah buah.
“Itu harus diuji lagi. Itu kan harus ada pakar dari lingkungan, pakar eco enzyme. Kan enggak sembarangan juga untuk menangani masalah polusi,” kata Nova.
Nova menuturkan, untuk mengetahui keefektifan eco enzyme yang digunakan sebagai water mist generator perlu mengajak pakar-pakar lingkungan, seperti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).