Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengaruh Buruk Stunting hingga Dewasa, Orang Tua Perlu Waspada

Media talk "Mendorong percepatan penurunan stunting melalui penurunan Hak Anak atas Kesehatan" bersama Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA, Agustina Erni, Jumat (28/1/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Agustina Erni menjelaskan bahwa stunting pada anak menyebabkan seorang anak rentan mengalami penyakit kronis seperti diabetes dan kanker. Hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya IQ secara siginifikan.

"Jadi sangat rentan jadi secara fisik dari sejak di kandungan, badannya tidak tumbuh dengan baik sehingga rentan terhadap penyakuit generatif," kata dia dalam media talk "Mendorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan" secara daring, Jumat (28/1/2022).

Bukan hanya itu, Agustina juga menyebabkan pengaruh lain stunting pada anak.

1. Penurunan kualitas SDM, stunting pengaruhi IQ

Ilustrasi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah dasar. (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Berkurangnya pencapaian anak yang mengalami stunting juga akan mungkin terjadi. Hal ini akan berpengaruh pada produktivitas dan pendapatannya.

"Kita bayangkan ada 24 persen anak yang lahir kondisi stunting, berarti 24 persen SDM kita sudah bisa teridentifikasi, IQnya berkurang, dia rentan terhadap penyakit bukan menjadi SDM yang berkualitas," kata Agustina.

2. Dampak stunting ke negara termasuk penurunan ekonomi

Ilustrasi transaksi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Dampak stunting bagi negara juga ada, Agustina menuturkan, Negara akan rugi sebesar dua hingga tiga persen dari PDB atau kurang lebih Rp300 triliun per tahun.

Hal ini, menurut Bappenas pada 2018, mencakup biaya penanganan dan potensi hilangnya pendapatan akibat produktivitas yang menurun serta SDM masa depan tidak dapat unggul berkompetisi dalam era globalisasi.

3. Angka stunting pada 2024 harus 14 persen

Ilustrasi sekolah (ANTARA FOTO/Muhammmad Iqbal)

Target dalam RPJMN 2020-2024 angka stunting berada di 14 persen, pada 2019 angka stunting mencapai 27,70 persen.

Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita, sehingga anak menjadi terlalu pendek  Kekurangan gizi kronis pada saat seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) dapat menyebabkan stunting.  Selama seribu HPK terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan anak.

4. Stunting dan perkawinan anak

Ilustrasi Pernikahan (IDN Times/Arief Rahmat)

Perkawinan anak ternyata juga berpengaruh pada stunting, bila anak atau seseorang sebelum 18 tahun sampai melahirkan anak kemungkinan melahirkan anak stunting itu sangat besar.

Agustina menjelaskan hal ini terjadi karena seorang anak belum siap secara fisik untuk memiliki bayi.

"Kemungkinan anak stunting, anak lahir berat badan rendah, kemudian kemungkinan meninggal itu juga besar karena si perempuan ini belum siap," ujarnya.

Kalaupun anak lahir, secara mental anak yang jadi orang tua belum siap dalam pola pengasuhan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dwifantya Aquina
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us